Delapan Belas

8 1 0
                                    

"Woi! Jangan dorong-dorong bangsat!" teriak Gisella pada orang yang baru saja menenggor bahunya. Ya sebenarnya pelan, namun perempuan itu sangat sensitif hari ini.

"Lah! Gue gak dorong lo Kak!" balas adek kelas yang bernama—Nia di name tagnya.

"Alah ngaku lo! Lo pikir gue gak liat! Muka lo bopeng! gue tandain lo!" Amarah lawannya tersulut ketika Gisella membahas tentang mukanya.

"Maksud lo apa Kak! Lo pikir muka lo ngga bopeng apa?!"

Keributan itu terdengar semakin memanas, awalnya Gisella berniat membeli makanan di kantin depan yang kebetulan di dominasi anak kelas 10. Selain lebih dekat Gisella juga berniat mencari bibit-bibit cogan.

"Woi Tan itu si Gisell?" tanya Danu yang kebetulan sedang menagih uang baju eskul dengan Sultan.

"Mana?" Tanya Sultan melirik kearah yang di tunjuk Danu.

"Noh! Dari rambutnya si Gisell, samperin yok?" Ajak Danu yang di angguki oleh Sultan.

Setelah mereka mendekat benar saja ternyata Gisella sedang menjambak rambut Nia adek kelasnya. Sultan dan Danu tak tau harus berbuat apa, enggan memisahkan karena takut terkena cakaran kedua wanita itu.

"Lo pisahin gih." suruh Sultan pada Danu

"Lo aja Tan, otot lo gede. Masa takut." ledek Danu

"Bacot! Gue gak mau muka gue kena cakar ya anjing" Danu tertawa mendenger itu, ya dia juga sama seperti Sultan.

"Telpon Gracia gih" suruh Danu

"Gue gak punya nomer nya, lo aja. KM kan lo?" mendengar ucapan Sultan, Danu berdecak kesal lalu merogoh kantung nya dan menelpon Gracia.

Danu menelpon Gracia mengatakan bahwa Gisella sedang berbuat masalah dikantin depan. Seperti Gracia tak lama lagi juga akan sampai.

Tak berlangsung lama Gracia muncul dengan keringat yang membasahi tengkuk lehernya.

Danu mengode bahwa Gisella berada di sini dengan kedua bola matanya.

"Gisell! Udah, kayak anak kecil lo!" Ucap Gracia menarik kerah baju Gisella

"BANGSAT! NGOMONG APA LO ANJING!  SINI LO NIA!" Gisella tak menghiraukan ucapan Gracia dan terus beradu dengan Nia.

Sepertinya Gisella akan sangat sudah dipisahkan. Tenaganya juga lebih besar Gisella, Gracia menengok ke arah manapun untuk meminta bantuan orang orang di sekitar nya.

Dari kejauhan terlihat jika Marlio dengan tenang nya sedang memakan mie ayam di pojok kiri. Gracia mengeram bagaimana bisa Marlio seabai itu dengan keadaannya.

"Pantesan pake airphone anjir" Gracia langsung berlari menuju Marlio yang sedang mengguk anggukan kepalanya mengikuti nada musing yang terdengar merdu di telinganya.

Ctass!

"Apa sih lo!" ucap Marlio dengan nada tinggi

"Bantuin gue!"

"Kemana? Ogah! Gue mau ngabisin mie ayam dulu, mubazir tau." Marlio sempat sempatnya menjilat sumpit itu.

"Itu tinggal sumpit sama mangkok doang! Buru si Gisel udah nggak karuan keadaannya"

"Si Gisel ngapain lagi si?" Marlio langsung berlari ke arah kerumunan orang itu. Gracia yang ditinggal hanya melongo melihat Marlio begitu gercep melerai pertarungan itu.

Diam-diam Gracia tersenyum miring memikirkan bagimana jika ia jodohkan saja Gisella dengan Marlio? Dengan begitu Marlio tidak mengincarnya dan tidak ada alasan untuk menyukai nya dimasa depan.  Dan kematian dirinya tak akan pernah terjadi.

"Woi kampret! Malu-malu in Eskul gue lo! Ribut-ribut sama adek kelas lagi. Gak malu?" omel Marlio setelah mendudukan Gisella ke kursi kantin

"Dia dulu yang nyenggol gue Kak! Emang anjing tu anak." Gisella berkata pelan namun masi terdengar oleh Marlio.

"Sekarang lo puas?" tanya Marlio merapihkan rambut Gisella yang berantakan.

Gracia sudah Senyum-senyum tak jelas, membayangkan dua couple ini akan berlayar.

"Kurang! Hiks, lagian lo kenapa si segala narik gue! Liat! Mata gue ke cakar, gue belum sempat cakar balik tau" isak Gisella mulai menangis, dari tadi Gisella memang berusaha keras menahan air matanya, karena ia tak mau di bilang lemah oleh adik kelasnya.

"Sakit? Ikut gue ke UKS yaa? Gue obatin, nanti gue jitak orang yang udah bikin mata lo sakit kok. Tenang aja" Marlio mengajak Gisella bangun

"Kok jitak! Nggak kerasa lah! Pokok nya lo harus bikin tato di mukanya" Ucap Gisella yang membuat Marlio tertawa. Oke, akan Marlio buat tato dengan pulpen nanti.

Padahal kan yang dimaksud Gisella adalah tato biru alias lebam.

"Boleh-boleh"

"Woiii sialann! Gemes banget mereka!" jerit Gracia tertahan dan mengikuti langkah kedua manusia tersebut

Ketika langkah ke empat ada yang menarik rambutnya kebelakang hingga Gracia menjerit kesakitan.

"Aww! Bangs—

"Mau kemana?" tanya seseorang dengan wajah datarnya

"Ck! Lepas! Kak Ghares! " erang Gracia ketika Ghares malah tambah menjambaknya.

"Mau ngikutin mereka? Ngikutin orang pacaran mulu, gak punya pacar lo?" sarkas  Ghares yang membuat Gracia meradang.

"Terserah gue lah! Mau ngikutin siapa kek! Bukan urusan lo. Dasar pengangguran!" ucap Gracia membuat Ghares menampakan ekspresi tak percaya.

"Pengangguran?"

"Iya! Gak punya kerjaan lo ngikutin gue mulu Kak? Ngapain kek. Lap kaca mushola, atau cabutin uban Bu indri kek! Yang jelas gak ada di pandangan gue!"

"Ini kerjaan baru gue" Ghares tertawa sinis mengejek

"Apa?"

"Ngikutin lo" setelah berucap seperti itu Gracia langsung hendak pergi namun dihalangin Ghares. Ghares langsung menarik tangan Gracia dan membawanya ke ruang teater yang tak terpakai lagi.

Usang.

Satu kata yang terlintas dibenaknya, Gracia baru tau jika ada ruangan teater yang sudah tak terpakai. Banyak sekali debu yang beterbangan. Namun, fasilitas yang masi lengkap tetapi sangat disayangkan telah rusak.

"Ngapain lo ngajak gue kesini?" tanya Gracia menatap selidik Ghares.

"Suka-suka" ucap Ghares mengangkat kedua bahu tak acuh.

"Ck! Awas aja macem-macem lo!"

Ghares mendekati Gracia dengan perlahan, Gracia yang melihat tanda bahaya pun mudur dan terduduk di kursi empuk yang ber debu.

"Gue? Macem-macem ke lo? Gak selera!" ucap Ghares mengundurkan badannya, melihat Gracia yang terlihat tertohok dengan ucapannya dengan senyum miring yang menghiasi bibir nya.

Ghares menggulung bajunya dan melepaskan kancing baju nya menampakan kaos putih yang melekat di tubuh atletis nya.

"Mau apa lo?!. Katanya gak selera sama gue, berubah pikiran hm?" ledek Gracia yang langsung di jitak oleh Ghares.

"Cabul otak lo, bantuin bersihin ruangan ini" Gracia tersipu malu karena ternyata hanya dirinyalah yang berpikiran tidak senonoh.

****

Aku minta waktunya buat vote dan komen apapun di bawah!

Banyak bangat dari kalian yang nggak ngevote cerita aku, apa ceritany ngga semenarik itu? Sedihh jadi ga mau upp:((

GRACIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang