LIMA BELAS

14 2 0
                                    

Di hari minggu Gracia masih bergelung di dalam selimutnya yang hangat, sehabis sholat subuh Gracia melanjutkan tidurnya sampai pukul 11.30. Tak ada yang menegur adalah keuntungan baginya. Tak perlu mengkhawatirkan Renata karena dia bisa mengurus dirinya sendiri.

Badan nya pegal pegal setelah ia terbagun, namun matanya lebih fresh.

Gracia mengucek matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Setelah nyawanya terkumpul Gracia turun ke bawah untuk membuat sarapan untuk dirinya sendiri.

Mari kita lihat ada apa saja yang tersedia di lemari es nya.

Chicken Nugget

Cheesy Chicken with Broccoli 

Nugget ayam stik

Smoked Chicken Breast Dada Ayam Fillet

Spicy Karage

"Buset lengkap amat siapa yang beli?" gumam Gracia terperangah melihat isi lemari es nya sendiri.

"Cheesy Chicken aja deh seenggaknya ada sayur-sayuran nya lah dikit"

Gracia mulai memasak beberapa, untungnya ia selalu memiliki nasi yang di masak oleh Renata.

Gracia makan dengan menonton video  asmr yang ad dihpnya

Renata sedari tadi Gracia makan tidak menampakan wajahnya sama sekali? Dimana dia?

Semalam ia telah memikirkan matang matang caranya untuk berbicara dengan Ibunya itu tanpa melibarkan pertengkaran didalamnya. Terakhir kali mereka berbicara pertengkaran terjadi dan Renata kembali drop. Gracia tak mau memperburuk keadaan nya setidaknya untuk bulan ini.

Mengingat akan sangat sibuk bulan ini dan kemungkinan mengurus Renata juga tidak akan serutin sekarang.

Tok tok!

"Bu? Aku masuk ya..."

Rupanya Renata sedang merajut sebuah kain. Mungkin itu hobi barunya? Atau kebiasaan lamanya? Ntahlah. Gracia tidak tau

Gracia duduk di tepi kasur yang luas itu sambil memandangi Renata yang sedang merajut.

"Ada apa sayang?" tanya Renata membuat Gracia menerjap pelan

"Ah... Enggak aku cuman lagi mau sama Ibu hari ini" Renata mengangguk dan terus melanjutkan aktivitas nya

"Gimana sekolah kamu?"

"Aku lumayan suka"

Renata terseyum gemas ke arah Gracia. Renata tampak baik dan perilaku nya begitu hangat. Gracia menyukai nya

"Ibu udah minum obatnya?" Renata tersentak sejenak lalu tersenyum

"Sudah,sehabis makan saya langsung meminum nya" Gracia melirik nakas ternyata obatnya masih utuh di nampan yang di siapkan Dokter Mayang setiap jam 06.00 pagi.

"Ibu, aku sedih loh kalo ibu bohong kaya gini? Kenapa? Ibu nggak suka ya cepet sembuh? Gracia kangen Ibu" Gracia menahan tangis frustrasi nya. Apa lagi yang harus ia lakukan sekarang?.

Walaupun dalam hatinya tak benar benar kenal Renata. Gracia tentu sedih melihat keadaan ini.

"Kalo saya sembuh, apa kamu akan terus nurut sama saya?"

"Bukannya selama ini aku selalu nurut sama Ibu? Apa itu kurang buat Ibu?" tanya Gracia sedih

"Enggak sayang... Saya cuman takut kamu berontak dan menemui Papa kamu"

"Aku nggak bakal temuin laki-laki jahat itu Bu, percaya sama aku ya?"

"Iya Ibu percaya. Tapi Ibu mau minta satu hal sama kamu, setelahnya Ibu akan rajin minum obat dan terapi"

"Aku bakal lakuin apapun! Tapi Ibu harus janji Ibu bakal rajin minum obat dan terapi ya?"

"Iya!"

"Jadi? Ibu mau apa?" padahal rasanya sudah tidak enak karena takut Renata meminta hal yang tidak masuk akal.

Tapi tidak mungkinkan? Mungkin Renata akan menyuruh nya membuat puding coklat?

"Kamu masih inget Tante Lily?"

Lily, Lily? Siapa Lily? Dia tidak mengingat nya bahkan namanya terasa asing di telinganya.

"Maaf, tapi aku nggak inget"

"Kamu pernah ketemu pas umur kamu menginjak 5 tahun"

Mana mungkin dia mengingatnya.

"Ibu dan Lily sudah merencanakan perjodohan antara kamu sama anak laki laki nya. Awalnya saya tidak setuju biar bagaimana pun, ini hidup kamu, kamu yang berhak menentukan pilihan kamu di masa depan" ucap Renata mengelus pipi Gracia

"Iya benar!" jawab Gracia dengan senyum merekah, dugaan perjodohan langsung sirna seketika saat Renata berbicara hal bijak ini.

"Tapi karena keadaan Ibu yang seperti ini. Ibu berpikir dengan tidak menjodohkan kalian berdua adalah keputusan yang salah. Ibu semalam menghubungi Tante Lily Grac" ucap Renata memberi tahu

"Jangan bilang..." ucap Gracia dengan raut panik

Renata terseyum mengangguk " Iya, Tante Lily bilang dia juga masih menginginkan perjodohan kalian"

"Saya dan Lily kembali merencanakan perjodohan kalian. Bagaimana menurut kamu?" tanya Renata membuat Gracia terperangah

Ayolah?! Kenapa dia bertanya dengan pertanyaan yang sudah dia tau jawabannya?! Tentu saja Gracia keberatan. Sangat keberatan.

"Bukannya ini keterlaluan? Perjodohan? Aku sama sekali nggak berpikiran kesana apalagi untuk menyetujui nya! Aku yakin Ibu juga tau kalo aku bakal nolak kan?" tanya Gracia menuntut.

"Padahal baru beberapa menit yang lalu kamu bilang akan menuruti kata saya, apa itu juga bohong?" tanya Renata dengan tenang

"Oke! Aku bakal nurutin permintaan Ibu kecuali yang ini!"

"Tapi Saya cuman mau itu"

Gracia menggeram frustasi, mengacak rambutnya dengan kasar. Dia harusnya tau Renata itu licik.

"Tenang Gracia, cuman tunangan kalo pernikahan saya serahkan pada kamu akan melanjutkan nya atau tidak" ucap Renata yang sama sekal tak membuatnya tenang.

Bukankah setelah tunangan akan meminta  Gracia menikah pada akhirnya? Ayolah! Ini keterlaluan!

Jika ia menolaknya keadaan pasti akan sangat kacau dan bisa bisa Renata menambah beban hidupnya. Tak bisa di biarkan!.

Oke! Cuman tunangan? Ia akan menyetujui lalu memikirkan cara supaya laki laki yang di jodohkan dengannya tak tahan dengan sikapnya, ini akan mudah kan? Iyakan?.

"Oke! Temuin aku sama anak Tante Lily yang Ibu maksud. Tapi Ibu enggak akan bohong sama aku tentang yang Ibu janjiin tadi kan?"

"Janji tetaplah janji Gracia, saya tidak akan melanggar nya"

"Bagus!" Gracia di ambang pintu sebelum menutup pintunya Gracia kembali memincingkan matanya ke arah Renata. Gracia tiba tiba mengubah ekspresi nya dengan memelas

"Ibu? Ngomong kalo tadi cuman becanda?!" Renata langsung menggeleng dengan tersenyum tulus. Garcia berbalik langsung menutup kencang pintu kamar Ibunya. Ia juga berhak marah!

Renata kembali merajut lalu menatap pintu yang tadi di tutup Gracia

"Ibu cuman mau kamu ada yang jaga Gracia" gumamnya pelan. Mungkin keputusan nya terlalu egois bagi Gracia namun, ini semua demi kebaikan nya.

****
Gimna? Seruuu gga?
Aku bikin cerita ini ngga akan bikin mumet-mumet ya, taktnya kalian udah cape sama real life dan butuh hiburan kann?

GRACIA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang