Cerita III

443 49 0
                                    

Wisuda berlangsung dengan lancar. Acara yang diselenggarakan disalah satu gedung ternama bisa dibilang cukup hikmat. Wajah bahagia terpancar sangat jelas. Perjuangan mereka tidak sia-sia dan usaha mereka membuahkan hasil.

Setelah acara selesai, mereka keluar gedung untuk melalukan sesi foto bersama. Ada yang foto sesama angkatan, ada yang foto bersama keluarga, adapula yang foto bersama teman atau pasangannya.

Haruto yang selesai melakukan sesi foto bersama dengan keluarga dan teman-temannya, menghampiri Doyoung yang kini sedang bersama sepupunya.

"Doyoung".

"Haruto".

"Selamat ya, akhirnya kamu lulus juga".

"Iya makasih. Kamu juga selamat ya sayang".

"Iya. Hari ini mau ke makam ibu kamu?".

"Heem, aku rencananya mau ke makam sama kak Ajun. Aku mau pamer sama ibu kalau aku berhasil jadi sarjana hukum".

"Aduhh bangganya aku miliki kamu, hehehee. Oh iya perlu aku temenin gak!".

"Kalau kamu gak cape dan gak repot, boleh aja".

"Ya udah nanti aku ke rumah kamu, sekarang kita foto dulu".

"Ayo".

.

.

.

Seiring berjalannya waktu, baik Haruto maupun Doyoung kini kedua sukses di bidang masing-masing. Haruto yang bekerja sebagai CEO di perusahaan orang tuanya menggantikan sang ayah. Sedangkan Doyoung yang berhasil menjadi seorang aktor terkenal di Asia.

Haruto yang hidupnya sudah terjamin lantaran dia dari keluarga orang kaya, berbanding terbalik dengan Doyoung yang harus merintis usahanya dari nol. Haruto yang sibuk dengan pekerjaannya tidak henti-hentinya memberikan dukungan pada Doyoung.

Setelah dinyatakan lulus saat sidang kuliah, dirinya langsung terjun ke dunia entertaiment. Teman-teman Doyong yang membuka usaha fashion meminta Doyoung untuk menjadi modelnya. Hingga salah satu agensi besar melirik Doyoung dan menawarkan dirinya untuk bergabung dengan agensi besar. Dengan penuh pertimbangan dan menyakinkan Haruto, akhirnya Doyoung mengambil kesempatan tersebut.

.

.

.

drrrttt drrttt

"Halo".

"Kamu udah pulang?".

"Aku lagi dijalan arah pulang, kamu sendiri udah pulang belum?".

"Belum, aku masih di kantor banyak kerjaan yang harus aku kerjakan dan sepertinya aku akan pulang malam hari ini".

"Huft, rasanya sangat sulit sekali bertemu dengan mu. Aku sudah mengosongkan jadwalku untuk kamu tapi kamu malah sibuk dengan berkas-berkas di meja kamu".

"Maaf sayang, kamu tahu sendirikan menjadi CEO tidak mudah. Walaupun aku punya bawahan tapi aku juga tidak mau terlalu membebani semua pekerjaanku pada mereka".

"Iya aku paham dan mengerti. Lalu kapan waktu senggang mu, Haruto?".

"Sebentar, bagaimana kalau sabtu nanti. Aku janji akan datang ke apartemen mu".

"Awas ya kalau kamu berbohong".

"Iya, aku janji sayang".

"Ya sudah kalau gitu aku akan menunggu mu dan meminta manager ku untuk mengosongkan kembali jadwalku".

"Oke".

"Sana kerja kembali biar cepat selesai dan cepat pulang".

"Siap ibu negara, i love you".

"I love you too".

Pip.

Setelah sambungan telepon terputus, manager Doyoung yang sedang mengemudi melirik sang artis dari kaca kecil di depannya.

"Kamu tidak ingin mempublikasikan hubungan kalian!".

"Tidak".

"Kenapa?" tanyanya kembali.

"Haruto tidak menginginkan hubungan kami mencuat ke publik".

"Alasannya?".

"Entahlah, aku juga tidak tahu".

Sebenarnya pihak agensi baik itu direktur, staf atau manager Doyoung sudah mengetahui hal tersebut. Semua tidak ambil pusing asal Doyoung bisa mengatur waktunya saja. Dan pihak agensi juga memberikan lampu hijau jika emang mereka ingin mempublikasikan hubungannya. Bukannya takut akan jatuh karna masalah asmara sang artis, malah bagus jika hubungan keduanya mencuat menurut sang direktur.

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
HARUSKAH !!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang