Cerita XVI - END

760 49 0
                                    

Semenjak berhenti dari dunia hiburan, Doyoung memutuskan untuk menjadi seorang penulis.

Setelah lama menghilang beberapa minggu, tiba-tiba Doyoung menampakkan dirinya untuk memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan alasan mengapa dirinya berhenti.

Direktur dari ABC Entertaiment juga mengatakan, sebenarnya saat Doyoung mengumumkan bahwa dirinya mundur itu bertepatan dengan berakhirnya kontrak mereka. Cuman pihak agensi belum memperpanjang masa kontraknya.

Sang direktur juga memberi tawaran lagi, jika seandainya Doyoung kembali kedunia hiburan maka ABC Entertaiment siap menaunginya kembali.

.

.

"Gimana kabar kamu sekarang?" tanya Junghwan yang sedang berkunjung ke rumah Doyoung.

"Sangat baik. Kamu sendiri kapan perginya?" tanya Doyoung balik sambil menyerahkan minuman.

"Pengen banget ya liat aku pergi" rajuk Junghwan.

"Bukannya gitu Ju, bentar lagi buku terbaru ku akan rilis, aku takutnya malah gak bisa anterin kamu" bela Doyoung yang kini duduk didepan Junghwan.

Junghwan tidak merespon ucapan Doyoung. Matanya sibuk melihat Doyoung yang sedang bertukar pesan.

"Doy" panggil Junghwan.

"Apa" jawab Doyoung tanpa menoleh karena dirinya sedang mengetik sesuatu.

"Ayo kita nikah".

Doyoung menghentikan aktivitasnya dan menatap Junghwan.

"Junghwan".

"Kenapa?, apa aku gak boleh mengajakmu untuk menikah!".

Doyoung meletakan handphonenya ke samping.

"Menikah bukan perkara yang mudah Ju, jika hanya satu orang yang mencintai maka akan sia-sia pernikahannya" senyum terulas diwajah Doyoung.

"Lagi pula karir mu lagi bagus, jangan sampai hancur karena skandal tentang cinta. Aku yakin bila saatnya tiba, kamu pasti akan mendapatkan pasangan yang lebih baik dariku" lanjut Doyoung.

Junghwan diam kepalanya menunduk. Dia ingin mengatakan sesuatu tapi agak ragu. Doyoung yang sedang menunggu respon dari Junghwan, bertanya lebih dulu.

"Kenapa Ju?".

"Eemm...boleh peluk!?" pinta Junghwan.

"Tentu" Doyoung bangun dari kursinya, berjalan ke kursi Junghwan dan mereka saling berpelukan.

"Terima kasih Doy, kamu selalu ngedukung aku, kamu selalu ingetin aku hal-hal kecil, kamu selalu mendengarkan keluh kesahku. Kamu udah buat aku nyaman selama ini".

"Sama-sama Ju, aku minta maaf tidak bisa menerima hatimu dan terima kasih sudah menyukaiku".

.

.

"Cinta adalah seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks yang mempengaruhi cara berpikir, perasaan dan tingkah laku seseorang."

-Tinjauan Pustaka-

.

.

Haruto menentang tas kerjanya bersama langkahnya menuju apartemen Doyoung. Ah, mungkin sudah bukan milik Doyoung, bukan pula milik Haruto karena dirinya juga tidak pernah menempatinya.

Haruto yang menyesel dan ingin memperbaiki semuanya, berusaha untuk menemui Doyoung tapi tidak pernah berhasil.

Hari ini jadwal Haruto membersihkan apartemen Doyoung, meski tidak tahu Doyoung bakal kembali atau tidak tapi Haruto tetap melakukannya.

Pintu apartemen terbuka, Haruto masuk kedalam dan melepas alas kakinya. Saat ingin masuk lebih dalam, langkah Haruto terhenti, berdiri membeku kala melihat sosok pria mungil yang ia tunggu selama ini sedang melihat langit dari kaca balkon. Menyadari ada seseorang dibekalangnya, pria mungil itu pun membalikan badan.

"Hai" sapanya.

Tas kerja yang ia pegang jatuh manakala dirinya berjalan pelan ke arah sosok itu. Berjalan pelan layaknya seorang bayi yang baru bisa jalan dengan air mata yang sudah turun, sambil bergumam kecil entah apa yang ia ucapkan.

"Kamu!?".

"Ini beneran kamu?".

Yang ditanya ngangguk pelan.

Saat sampai tepat didepan sosok mungil itu, tangan Haruto terangkat untuk memegang pipi pria didepannya.

"Hiks, Doyounga" tangis pilu Haruto sampai ke dada Doyoung seperti ikut merasakannya.

"Doyounga" ucapnya lagi.

"Iya ini aku Haruto".

Haruto langsung memeluk erat, sangat erat karena merindukan Doyoung.

"Hiks, Doyounga".

Haruto tidak henti-hentinya memanggil nama Doyoung, membuat Doyoung terisak.

.

.

Kini keduanya duduk di sofa dengan tangan Haruto menggenggam tangan kecil Doyoung.

"Gimana kabar kamu?" tanya Doyoung lembut.

"Aku gak baik-baik aja bby".

"Maaf".

"Kamu gak salah sayang, aku yang salah. Aku nyesel dan aku mau memperbaiki semuanya. Aku janji gak bakal ngulangin kesalahan yang sama".

"Aku udah maafin semuanya sayang dan aku udah gak marah" balas Doyoung sambil membelai wajah Haruto. Bohong jika Doyoung tidak merindukan sosok pria dominan didepannya ini.

Entah tepat atau tidak dengan situasi ini tapi Doyoung harus tetap mengatakannya.

"Haruto".

"Iya bby".

"Ayo kita akhiri hubungan ini".

.

.

Haruskah ,,,
Pilu menjadi akhir cerita ini
Haruskah ,,,
Permata menjadi debu

Andai aku bisa mengulang waktu akan aku perbaiki semuanya.

.

.

.

HARUSKAH !!! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang