|33| THE QUEEN OF THE SITUATION

64 9 0
                                    

| Kadang waktu begitu cepat,
Menjadikan bunga bermekaran..
Lalu membuatnya layu ketika kemarau melanda |

IM BACK!

SELAMAT MEMBACA!
____________________


     "Kenapa, Yah?"

     "Ayah mau ke Surabaya, Kakek kamu sakit!"

     "Hah? Kok bisa? Kakek sakit apa?"

     "Ayah gak tau, Jia. Kakek kamu mendadak drop bahkan sekarang udah di rumah sakit."

     Suasana di ruang tengah milik keluarga Binara tersebut berubah panik. Semua berawal ketika Zain mendapat panggilan telfon dari keluarganya di Surabaya, mengabarkan bahwa sang ayah sedang sakit dan sekarang di rawat di rumah sakit. Mau tak mau, Zain sebagai seorang anak sepantasnya ada di saat-saat seperti ini.

     Lelaki empat puluhan itu melirik wanita di sampingnya, "Bun," panggilnya lemah sambil menyentuh bahu Sang istri.

     Aghna mengangguk, dia balas mengusap punggung tangan suaminya, "Ayah harus kesana, Papa pasti butuh kamu sekarang." ujarnya lembut.

     "Tapi kalian?"

     "Udah! Kamu gak usah khawatir soal istri sama anak-anak kamu, masih ada Ibu buat jagain mereka!" timpal Nia.

     Zain mengangguk paham, "Titip mereka ya, Bu. Zain harus banget hari ini terbang kesana."

     "Iya."

     "Aku siapin barang-barang kamu dulu."

     Kemudian Zain melirik anak sulungnya, "Kamu ikut Ayah, ya?"

     Sebelum menjawab, Zeal sempat melirik Omanya dan Kezia kemudian lirikannya mendapat anggukan dari keduanya.

     "Baik, Yah!" jawab Zeal.

     "Jia pengen ikut tapi besok sekolah."

     Zain mengusap kepala putrinya, "Kamu harus sekolah Sayang. Nanti Ayah bakal terus ngabarin soal kondisi kakek." tutur Zain sambil mengusap kepala putrinya.

     Kezia mengangguk. Meski jarang bertemu dengan Kakek dan neneknya di surabaya, Kezia tetap menyayanginya. Dia jadi merasa khawatir mendengar kakeknya jatuh sakit.

     "Kamu siap-siap, Zeal. Ayah mau pesan tiket dulu."

     Perintah sang ayah di angguki nya. Zeal berlalu menuju kamarnya. Kezia tidak tahu mau melakukan apa jadinya gadis itu ikut melangkahkan kaki mengekori Kakaknya.

    ...

     "Ngapain kamu?"

     "Bantuin Kakak."

     "Ya udah kemasi barang-barang Kakak, Kakak mo mandi dulu."

     Kezia mengangkat tangannya memberi hormat. Gadis itu berbalik menuju lemari Zeal. Dia mulai dengan membuka pintu lemari itu, Kezia tersenyum. Dia tahu bahwa disinilah gudangnya wangi enak yang ingin di cari para wanita. Dia beruntung punya Zeal sebagai Kakaknya kalau tidak dia mungkin hanya akan menjadi gadis yang kurang merasakan sesuatu yang ada di diri laki-laki. Contohnya wangi enak dari baju-baju Kakaknya.

     Gadis itu berjalan ke pojok kamar, melihat ada ransel besar, tas berukuran sedang juga koper milik Zeal. Kezia mengatupkan jarinya ke dagu, bingung harus memilih yang mana diantara ketiganya.

     "Kakak bisa berapa hari kesana?" Kezia cukup meninggikan suara agar lelaki yang ada di dalam kamar mandi itu bisa mendengarnya.

     "Ransel aja!"

MAFIOSO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang