|4| THE GREATEST FEAR IS ...

177 20 0
                                    

|Ketakutan terbesar adalah berpura-pura menjadi kuat dan Ketakutan terbesar adalah menjadi lemah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

|Ketakutan terbesar adalah berpura-pura menjadi kuat dan Ketakutan terbesar adalah menjadi lemah.|

ANNYEONG

JANGAN LUPA VOTE KOMEN YA BESTIEE BESTIE.

KALO ADA YANG SALAH TOLONG DIKOREKSI.

SELAMAT MEMBACA
(⁠*⁠^⁠3⁠^⁠)
_____________________________

     Kadang hal yang tidak kita duga-duga terjadi dalam hidup ini. Berfikir bahwa tidak akan melakukan hal ini namun justru hal itu malah terjadi. Seperti halnya MAFIOSO. Vero pernah berkata bahwa MAFIOSO itu 6 dan akan selamanya 6 tapi si ketua malah ingin merekrut anggota baru.

    Namun dibalik semua itu, Leo selalu memikirkan keputusannya dan dampak dari keputusan ini. Walau Leo tahu ini akan sangat berdampak buruk bagi orang yang akan ia rekrut tersebut. Tapi Leo sangat tertarik dan penasaran dengan gadis itu, gadis yang hampir di lecehkan namun tidak terlihat rasa ketakutan pada wajahnya. Seharusnya kata tolong itu beriringan dengan rasa takut bukan? Jadi Leo sangat ingin tahu apa yang membuatnya bisa seberani itu.

    Disinilah Mafioso ada, tempat yang selalu mereka gunakan untuk memberi musuh mereka pelajaran. Tempat itu jauh tersembunyi dan untuk sampai ke sana harus melewati banyak preman. Lalu untuk apa mereka kesini padahal tidak ada yang sedang mereka beri pelajaran.

    "Lo serius? Ini bahaya lho buat cewek kesini." Jojo benar, titik lokasi yang diberikan Mafioso adalah tempat ini.

    "Iya, Yo. Ya kita gak peduli sama tuh cewek tapi kalo dia kesini terus mampus, orang tuanya nyari dan lapor polisi. Polisi bakal tau tempat kita. Gak hanya itu banyak geng lawan yang akan tau juga." ucapan Vero tak di gubris, ia menatap Afla disampingnya.
  
    "Bang?"

    "Udah biarin. Kita liat aja rencana Leo."

<•••>

    "Kamu mau kemana udah siap gini?" tanya Aghna melirik putrinya yang baru keluar kamar.

    "Mo ngantar jaket." jawab Arella berjalan ke meja makan lalu meminum susunya.

    "Sama Damian?" Arella menggeleng.

    "Jadi sendiri?"

    "Iya. Gak papa kok, Bun. Deket juga dari sini."

    "Nggak, Bunda telfon Damian buat ngantar kamu."

MAFIOSO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang