Mafioso merekrut anggota baru? Cewek? Yah itu adalah hal yang dikagetkan oleh tiap tiap geng lawan. Bagaimana bisa seorang perempuan memasuki dunia dimana hanya ada kejahatan itu?
Tapi itulah kenyataannya.
Satu-satunya gadis yang mengambil bahaya...
Seorang pemimpin akan merasa gagal jika salah satu dari anggotanya terluka dan itu yang sedang Leo rasakan sekarang. Walau pandangannya menangkap tawa canda dari anggotanya yang terluka tetap saja api amarahnya masih berkobar di dalam dadanya.
"Lo udah telfon orang tuanya?" pertanyaan itu terucap dari bibir lelaki di samping Leo, Zio.
Zio sebagai anggota tertua dan ikut bertanggung jawab atas teman-temannya merasakan hal yang sama dengan Leo. Keduanya mengamati Jojo yang sedang bercanda gurau dengan Vero Veno dan Afla.
Veno dan Zio langsung di hubungi Vero setelah Arella dan Kezia pulang. Mendengar salah satu Mafioso terluka jelas membuat kedua laki-laki itu langsung menancap gas menuju rumah sakit.
Leo menggeleng untuk pertanyaan Zio, "Jojo gak ngizinin!" balasnya.
Zio paham akan permasalah Jojo dengan kedua orangtuanya yang sudah dikatakan tidak baik sejak cowok itu bergabung dengan Mafioso tapi untuk membiarkan seorang anak yang terluka jauh dari orang tua itu nampak sulit.
"Kenapa lo gak nelfon gue pas kejadian?" sungut Zio.
Leo meliriknya, "Gak ada waktu!"
"Habis ini kita pikirin caranya buat balas mereka." lanjut Leo.
"Pasti! Gue gak puas kalo cuman satu orang yang luka!" Vero menceritakan semuanya, tentang Aldi yang berakhir sama seperti Jojo namun saat itu Zio marah karena satupun dari Mafioso tidak inisiatif untuk membunuh lagi.
"Lo semua ngebiarin mereka lolos? Satu tembakan doang? Pengecut!"
"Udahlah Bang! Adeknya Arella udah bikin salah satu dari mereka sama kek gue!"
"Dan lo bangga karena itu? Cewek lebih berani dari lo semua!"
"Zi! Lo pikir kita puas karena gak bunuh mereka? Nggak! Jojo lebih penting dari mereka lagian ini bukan terakhir kita musuhan sama mereka. Masih ada hari lain buat mereka terima semuanya."
