19. Bertemu Lagi

497 8 0
                                    

Jalanan siang ini begitu padat merayap, tetapi tak membuat pria tampan yang tengah mengemudi mobil range rover miliknya itu menjadi patah semangat. Ia bahkan bersenandung lirih ikut menikmati musik dalam radio. Ia dengan santai dan bahkan sedang merasakan kegembiraan yang luar biasa.

Bagaimana tidak, hari ini ia mendapat hadiah kejutan dari sang papa karena bulan lalu telah berhasil mendapatkan lima tender besar berturut-turut untuk perusahaannya. Dan lebih membahagiakannya lagi, hadiah tersebut merupakan sesuatu yang ia idam-idamkan selama ini.

Papanya memberikan hadiah mobil impiannya yaitu range rover sport yang kini langsung ia coba untuk meluncur ke tempat salah satu proyek. Alasannya untuk memantau perkembangan proyek yang saat ini sedang proses dibangun, padahal tujuan utamanya hanya untuk bersenang-senang dengan mobil barunya.

Nggak sia-sia emang, trik yang ia lakukan akhirnya membuahkan hasil. Hampir setiap hari ia secara sengaja menunjukkan majalah mobil pada papanya dan menjelaskan bagaimana ia sangat menyukai mobil mewah tersebut. Pecinta otomotif apalagi yang berbau mobil seperti dirinya, nggak akan ada hadiah teristimewa jika tidak ada hubungannya dengan hobinya satu itu.

Ia sebenarnya tidak percaya papanya akan menghadiahkan mobil impiannya. Ia pikir kemungkinan besar beliau hanya akan memberikan insentif berupa uang ratusan juta rupiah seperti bulan-bulan sebelumnya tiap ia mencapai target—yeah, walaupun nilai insentif maupun gaji miliknya juga tetap akan menjadi yang paling besar daripada karyawan lainnya, secara dia anak dari pemilik perusahaan yang diberikan hak khusus dari papanya sendiri—tetapi intinya sekarang, ternyata di luar dugaan beliau bahkan membelikan range rover seharga milyaran rupiah kepadanya.

Katanya sih, sang papa merasa kasihan begitu melihat wajah putranya akhir-akhir ini tampak frustrasi dan sedih. Hitung-hitung untuk penyemangat kerja anaknya dan sebagai apresiasi nilai kerja dalam kontribusinya untuk perusahaan.

Sebagai anak, ia merasa bangga sekaligus tersanjung. Ia cengengesan sedari tadi, tak henti-hentinya tersenyum lebar. Pria itu tak menyangka bahwa papanya juga bisa khawatir dan peduli padanya.

Di saat ia tengah bersiul-siul mengikuti irama musik, nggak seberapa jauh darinya, ia melihat seorang perempuan yang terhuyung-huyung di pinggir jalan.

Dari sosok tubuh dan panjang rambutnya, ia seperti mengenali perempuan tersebut. Dengan segera ia memberhentikan mobilnya tepat di sebelah perempuan itu. Ia juga bergegas menurunkan kaca mobil dan dugaannya benar ketika menyaksikan Inez menoleh ke arah mobilnya.

Wajah pria tampan berkulit putih itu seketika tersenyum.

"Hai, butuh bantuan?"

Cewek itu menyipitkan matanya, mencoba memfokuskan pandangan. Beberapa detik setelahnya, tiba-tiba matanya membelalak.

"Udah inget nama gue?" ucapnya lagi, senyumnya kali ini tengil banget. Sang playboy rasa-rasanya udah mulai kembali.

"Rian?" ujar Inez disertai rasa kaget di wajahnya.

Cewek di depannya mengerjap pelan. Mata itu masih terlihat indah dan sejernih embun pagi. Hanya saja wajahnya terlihat kuyu dan agak tirus.

"Tepat sekali," seru Rian, lantas turun dari mobil menghampiri Inez. "Ayo, gue bantu."

"Ng-nggak perlu, gue bisa sen—"

"Wajah lo pucat, kalo entar lo pingsan, gimana?" potong Rian. Tiba-tiba terdengar klakson dibunyikan dari beberapa arah. "Nah, para pengemudi udah mulai nggak sabar nunggu kita. Lo nggak mau gue digebukin gara-gara asal parkir di pinggir jalan, kan?"

Gelengan samar dari cewek itu, membuat Rian berinisiatif mengambil langkah pertama. Meletakkan belanjaan Inez ke dalam bagasi mobil, kemudian berlari membuka pintu untuk Inez dan dirinya sendiri.

Cewek Agresif VS Cowok PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang