45. Bertemu Mantan Saat Akan PDKT

139 2 0
                                    

"Lo nggak kenal gue?" Cewek itu makin maju dan menarik kursi untuk dirinya sendiri tanpa menghiraukan keberadaan Inez. "Gue Ana, Yan. Mantan lo waktu kuliah dulu."

Damn! Mantan nongol di saat yang tidak tepat. Sial!

"Lo lupa sama gue?"

"Oh, eee ...," Ia mengurut keningnya sambil mikir, "iya, inget."

Cowok itu menatap Inez sekilas, ada rasa was-was dan juga kesal dalam pikirannya. Ia jadi serba salah. Takut dia ngomong sama tuh cewek, entar si Inez malah salah paham.

"Lo di sini juga?"

"Iya," jawabnya ogah-ogahan.

"Sama siapa?"

"Sama temen."

"Mana temen lo?"

"Belum datang," balas Rian sambil menggerutu dalam hati. Nih cewek kapan selesainya, sih? Tanya terus, udah kayak wartawan aja.

"Eh, sekarang lo kerja apa?"

"Gue?"

Cewek itu mengangguk.

"Gue ...," Ucapannya mengambang dan menggaruk pelipisnya sambil berpikir cepat. "Kerja kuli."

Bodoh amat asal jeplak. Biar cewek yang berani ngerusak rencananya itu segera pergi dan cepat kelar.

Sementara Inez seketika membekap mulutnya, menahan tawa sekuat tenaga. Rian melirik Inez sekilas, mengetahui respons tuh cewek nggak seburuk yang ia kira, hatinya berangsur tenang. Malahan ia kini bersemangat melanjutkan sandiwara konyolnya, hitung-hitung buat hiburan cewek cantik itu.

"Masak gaya sekeren gini lo bilang kerja kuli. Bohong, ah!"

"Ngapain gue bohong. Ini setelan minjem dari temen gue," ucapnya sambil menunjuk pakaian kantor yang ia pakai.

"Ah, masak? Kok gue ragu. Lo kan anak konglomerat."

"Iya, beneran. Ah, itu mah yang kaya bokap nyokap gue, lha gue ditendang suruh cari kerja sendiri." Rian menampilkan wajah sedihnya. "Bentar juga temen gue datang mau ambil baju gue ini sama ngasih baju gue yang sempat gue titipkan ke dia. Nah, ketemuannya di sini."

"Oh, ya?" Cewek berambut pink itu mengernyitkan dahinya. "Kok gue susah percaya, ya?"

"Mending percaya daripada kecewa nanti," ucap Rian menimpali, lalu menghela napas berat seraya mengusap kasar wajahnya. Seakan ia ingin menunjukkan betapa stresnya menjadi dirinya yang kini hanya seorang kuli bangunan.

Jika dipikir-pikir ada benarnya juga Rian ngomong gitu. Kerjaannya emang berkecimpung dalam bidang bangunan atau lebih tepatnya proyek bangunan. Cuma bedanya dia bukan bagian kuli, tapi manajer proyek.

Cewek itu melihat penampilan Rian sekali lagi, kemudian agak berubah sinis. Mungkin di pikirannya dia jijik sama pekerjaan Rian jika apa yang dikatakannya emang benar.

"Ya, udah deh. Gue balik ke temen gue lagi."

"Oke," sahut Rian cepat.

Si cewek seketika menjauh tanpa balik badan. Pergi bersama teman-temannya. Sempat terlihat ia ditanya oleh sebagian teman ceweknya dan ia menjawab seolah itu tidak penting dan segera angkat kaki saat itu juga.

Inez masih mati-matian menahan tawanya. "Lo bener-bener parah, Yan! Dia sampai syok denger lo jelasin kerja jadi kuli."

"Itu namanya dia seumpama mau balik sama gue, hatinya nggak tulus. Cuma liat dari tampang dan materi doang."

"Kalo dia mau mikir lebih jauh lagi, sebenernya apa yang lo bilang tadi itu semua nggak masuk akal. Dari riwayat keluarga lo, gue yakin meskipun lo disuruh nyari kerja sendiri ya tetap nggak mungkinlah kalo kerjanya cuma kuli. Harusnya dia nggak gampang percaya semudah itu," ungkap Inez mencoba untuk bernalar.

Cewek Agresif VS Cowok PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang