32. Peristiwa Dalam Perjalanan

249 8 0
                                    

"Pak Komar, meluncur....!" seru Dara dengan semangat membara.

"B-baik, Non." jawab Pak Komar tergagap mendengar suara Dara yang kelewat berapi-api.

Dari kaca spion tengah, beliau bisa melihat bagaimana centilnya anak majikannya terhadap pemuda itu. Memeluk erat lengan yang ada di sebelahnya, meski si pemuda sangat tegang dan tidak nyaman. Hanya saja ada yang aneh, padahal saat berangkat tadi di mobil dia terus menghindari Dara dan selalu berniat melarikan diri, sementara sekarang cowok tersebut seakan membiarkannya walaupun terlihat pasrah dan tak bisa berkutik.

Pak Komar jadi berpikir, apa jangan-jangan rencana dari anak majikannya kali ini berhasil?

"Non Dara kayaknya lagi seneng banget. Ada apa nih, Non?" pancing Pak Komar sembari menyetir.

"Kok, Pak Komar tau?" Dara sok kaget, kemudian menempelkan kepalanya pada pundak Ari. "Iya, nih, Pak, gue sekarang sama Kak Ari pacaran, kyaaaa...!"

Dara kembali belingsatan hingga membuat Ari terkejut. Gimana nggak terkejut, tuh cewek berteriak tepat di samping telinganya. Kalau bisa ingin rasanya ia melompat dari kaca jendela mobil saat itu juga. Tapi nggak mungkin kan ia mengorbankan diri cuma karena rasa malu yang terus berlanjut gara-gara Dara? Sepertinya ada jin gila yang suka menempel pada tubuh cewek itu. Dan Ari pun hanya bisa meringis menahan malu seorang diri.

"Wah, selamat, ya, Non. Selamat juga buat Den Ari."

"Makasih, Pak," seru Dara, sedangkan Ari hanya tersenyum dan mengangguk kikuk.

Selang beberapa menit tiba-tiba Dara menepuk-nepuk pundak Pak Komar. "Stop, stop, Pak. Berhenti!"

"Kenapa, Non?" Pak Komar masih sibuk menyetir karena belum ada area pemberhentian.

"Berhenti di sana, Pak!"

"Emangnya ada siapa, Non?" tanya Pak Komar, sesekali melihat arah yang ditunjukkan Dara.

Bahkan Ari pun menjadi ikut penasaran dan menoleh ke kaca mobil belakang. "Ada apaan?"

"I-itu, Kak. Tadi ada anak, tapi—" Wajah Dara panik dan juga bingung mau berkata apa. Akhirnya ia kembali menepuk-nepuk Pak Komar. "Aduh, Pak Komar cepet dong. Ke sana, Pak. Pak Komar kelewatan."

"I-iya, Non. Tapi jalannya ini nggak boleh berhenti di sini." Beliau turut panik. "Sebentar, Non, saya cari jalan memutar dulu."

Akhirnya Pak Komar memutar mobilnya dan mengikuti petunjuk Dara untuk berhenti di sebuah toko kue. Begitu mobil itu berhenti, Dara buru-buru keluar dan berlari ke arah dua anak kecil yang satunya menangis di depan etalase depan toko.

"Aku mau itu, Kak," ucap si anak kecil sambil menangis sesenggukan. Ia menunjuk-nunjuk beberapa kue yang tengah di pajang di dalam etalase.

"Tapi kakak nggak punya uang, Dek. Ini juga hasil mengamen kakak cuma cukup untuk beli dua nasi bungkus, buat kamu sama ibu di rumah," jawab sang kakak yang baru menginjak kelas 5 SD.

"Nggak mau, nggak mau! Pokoknya aku mau itu, Kak," sahut si adik nggak mau tahu. Bahkan ia sekarang duduk di lantai dan menangis keras.

Mengetahui anak kecil itu masih menangis, Dara segera menghampiri. Beberapa karyawan toko pun ada yang keluar bermaksud melihat keadaan.

"Adek kenapa nangis?" tanya Dara lembut. Badannya ia rendahkan agar sedikit sejajar dengan kakak beradik itu.

Sang kakak mendongak dan mengerjap polos. Dari mimik mukanya seakan mencoba mengamati Dara.

Dara tersenyum. "Kakak baik kok, nggak punya maksud jahat. Kamu jangan takut, ya," ujarnya sembari mengelus puncak kepala sang kakak. "Kamu pasti kakaknya, kan?" Dan dijawab anggukan pelan. "Adiknya kenapa?"

Cewek Agresif VS Cowok PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang