30. Menembak Gebetan

193 9 0
                                    

Beberapa saat lalu serasa ada kebakaran dalam mobil. Duduk berdua di belakang dengan si cewek yang terus aja menunjukkan taringnya. Meskipun si cowok pantatnya udah ia geser terus-menerus sampai mentok di ujung jendela mobil, si cewek seakan nggak punya urat malu, tetap aja pengin nempel dan tangannya nggak mau diam menggaet lengan targetnya dan meraba-raba di bagian tertentu.

Alhasil saat sang sopir memarkir mobil di suatu tempat, cowok berdagu belah itu langsung keluar detik itu juga. Keringat menetes dari dahi dan punggungnya walaupun AC mobil udah dinyalakan. Gerah dan panas mendominasi bak diserang si jago merah. Ada juga rasa takut dan panik yang menyerbu bersamaan.

Kepalanya nyut-nyutan, ia bahkan berpikir tuh cewek lagi kesurupan.

"Oh, udah sampai, ya? Yuk, kita masuk," ucapnya, siapa lagi kalau bukan si Dara. Berlagak lupa adegan sesat yang sempat ia praktikkan di dalam mobil tadi.

"Lo duluan, Ra," ujar Ari, memilih waspada.

Dara memandang Ari, menunjukkan senyuman lembut lantas mengangguk pelan. Ia berjalan normal di depan, maksudnya cara jalannya nggak ia lenggak-lenggokkan dengan lebay layaknya saat dia kumat, juga bukan lemah gemulai seolah putri solo, tetapi normal seperti sikapnya orang normal. Dia bergaya menjadi cewek feminin lagi nggak kebanyakan tingkah. Ia lakukan dengan senatural mungkin.

Ari makin bertambah curiga. Ia berjalan di belakang Dara, pikirannya was-was. Cowok itu bertanya-tanya dalam hatinya antara saat di mobil atas tingkah Dara yang bisa menyebabkan seseorang berisiko terkena serangan jantung, dengan sikapnya sekarang berubah drastis lebih baik dan seakan tidak terjadi apa-apa. Membuatnya bingung akan perilaku tuh cewek.

Sementara sang sopir yang udah hafal kelakuan anak majikannya tatkala melihat kejadian tersebut hanya mampu geleng-geleng dan mengelus dada dari jauh sambil bergumam, "Semoga saja pemuda itu tetap waras menghadapai Nona Dara."

Ari mengikuti Dara masuk ke sebuah rumah tinggi, bagian depannya terdapat batu besar lebih mirip gua. Awalnya kesan yang tertangkap amatlah suram dan gelap, tetapi semakin masuk kita akan disuguhi cahaya terang dari lampu ruangan, serta banyaknya meja yang hampir terisi semua oleh pasangan muda-mudi seperti mereka.

Omong-omong soal pasangan, alarm di kepala Ari langsung menyala, ia cukup pintar untuk menebak maksud dari Dara mengajaknya ke tempat kayak gini. Meskipun ia tak pernah berhubungan sama cewek lain, tetapi pengalaman jebakan dari tiap cewek yang bersekutu bersama Alvin menjadikannya peka pada hal semacam ini.

Berhubung kali ini ada sang mama ikut andil, ia harus lebih hati-hati dan terpaksa bersandiwara seolah-olah ia tak tahu apa-apa.

Dara berhenti di sebuah meja dan terdapat beberapa macam makanan yang udah ia pesan lebih dulu untuk menyajikan dalam keadaan hangat saat mereka datang.

"Gimana rasanya, Kak? Enak, nggak?" tanya Dara tatkala mereka sedang menyantap hidangan tersebut.

Ari mengangguk. "Lumayan," jawabnya sambil mengunyah makanannya.

Ia melihat sekeliling, tatapannya jatuh pada banyaknya pasangan seumuran mereka bermesraan sambil makan, dan ada juga yang jalan bareng masuk lebih dalam sambil berpegangan tangan.

"Mereka mau ke mana?" tanya Ari sambil menunjuk beberapa pasangan yang berjalan semakin dalam setelah menikmati makanan.

Dara tersenyum lembut bahkan sangat manis. "Itu yang mau gue tunjukkan ke Kak Ari nanti. Tapi sebelumnya, mending Kak Ari nikmati aja dulu makanannya."

Ari nggak menaruh curiga apa pun, oleh sebab itu cowok itu balas tersenyum dan hanya memberi tanggapan anggukan kepalanya, lalu lanjut makan. Ia nggak tahu aja di sudut bibir Dara ada senyuman misterius terlaknat yang keluar saat Ari tidak melihatnya.

Cewek Agresif VS Cowok PolosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang