Papa minta Mantu

1 0 0
                                    

Meja makan ini terasa tegang saat ini tidak seperti biasanya penuh dengan candaan. Untuk pertama kalinya setelah hampir tiga tahun papa Kira membahas tentang pernikahan. Penasaran dengan putrinya yang sudah cukup lama tidak pernah mengenalkan seorang pria kepada mereka sejak kejadian itu.

"Kira, apa kamu sudah mencari calon menantu untuk papa?"

"Hah? Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti ini." Kaget karena tidak biasanya papanya membahas hal seperti ini terutama di meja makan.

"Papa rasa sudah saatnya kamu mengenalkan pria yang akan jadi suami pada kami. Tidakkah kamu melihat papa dan mama sudah semakin tua?"

"Ayolah pa, Kira masih muda belum kepala tiga masa sudah di suruh menikah. Nanti dulu Pa, aku masih mau menikmati pekerjaanku dan kesendiranku."

"Mau sampai kapan? Mama juga pengen cepat punya cucu. Lihat anak teman mama yang seangkatanmu sudah punya anak." Membuat ekspresinya sesedih mungkin agar putrinya yang keras kepala itu luluh.

"Ini lagi mama pengen segala punya cucu, Kira masih muda, masih mau manja-manja sama kalian." Tidak memperdulikan keinginan kedua orang tuanya.

"Pokoknya papa ngak mau tahu minimal kamu kenalin calonnya dulu kalau belum siap ke jenjang pernikahan."

"Apa yang mau dikenalin kalo pacar aja Kira gak punya." Kesal dengan dengan permintaan aneh kedua orang tuanya.

"Masa anak mama yang cantik ini gak ada yang mau. Kamu lagi sembunyiin dari kami yakan?" mamanya tidak percaya dengan ucapan sang putri.

"Emang gak ada yang mau jadi gimana dong? Kalian aja yang cariin kalau gitu." Kira rasa pembahasan ini harus segera di selesaikan.

"Yang benar kamu? Nanti biar mama sama papa yang cariin. Iyakan Pa?" ucapnya antusias karena ucapan putrinya yang tidak disangka-sangka.

"Iya nanti papa kenalin dengan anak teman papa, tenang aja orangnya di jamin cocok denganmu."

"Terserah mama dan papa saja. Kira ngak mau salah pilih orang lagi jadi kalian aja yang pilih." Tiba-tiba teringat masa lalunya dan juga Brian yang sebentar lagi juga kan menikah. Kalau dipikir-pikir apalagi yang bisa dia harapkan kecuali bantuan orang tuanya.

"Maksud kami bukan seperti itu sayang, kalau kamu punya calon sendiri kenalkan pada kami. Seperti biasa kamu berhak atas pilihan hidupmu dan untuk masa lalu tidak usah kamu ingat-ingat lagi." Sang papa bisa melihat ekspresi sedih di wajah putri tunggalnya itu. Dia hanya ingin putrinya itu hidup Bahagia dengan keluarga kecilnya suatu hari nanti.

"Kira sayang, mama dan papa sangat menyangimu kalau belum siap tidak apa-apa. Tapi cobalah membuka hati untuk orang lain siapa tahu ada yang cocok dan baik." Mamanya tidak ingin membebani putrinya itu dengan permintaan mereka. Dia tidak ingin putrinya itu kembali terpuruk.

" Jangan merasa terbebani dengan permintaan kami. Kamu bebas menjalani hidupmu hanya saja papa beharap kamu bisa menemukan orang yang tepat nanti."

"Iya Pa,Ma. Kira juga berharap bisa bertemu orang yang tepat suatu hari nanti jadi mohon doa dan dukungannya." Sambil tersenyum menatap kedua orang tuanya. Dia tahu itu adalah keinginan hampir selueruh orang tua ingin melihat anaknya Bahagia serta mengdendong cucu.

Kira bukan tidak ingin menikah atau menjalin hubungan dengan orang lain. Masalahnya dia belum bertemu orang yang tepat buktinya dia malah menyukai calon suami orang lain. Hal ini membuat dirinya ragu akan menemukan seseorang yang akan mencintainya setulus hati mengingat dirinya yang sudah kehilangan kehormatanya.

***

Entah kebetulan apalagi Brian dan Kira bertemu disalah satu supermarket. Pertemuan yang begitu canggung dimana mereka hampir saja bertabrakan di salah satu lorong tempat barang-barang diletakkan.

"Maaf." Ucap Brian dan membantu perempuan itu mengambil barang yang tercecer di lantai.

"Tidak apa-apa. Saya juga minta maaf." Masih tetap focus memunguti barangnya dan memasukkanya kedalam keranjang belanjaan.

"Bu Kira?" ucapnya memastikan bahwa orang yang di depannya itu benar-benar mantan atasannya.

"Ohh Hai Brian. Panggil Kira saja."

"Ini belanjaanya" sambil meletakkan benda di tangannya kedalam keranjang belanjaan milik Kira. Dia heran ini kedua kalinya bertemu mantan atasannya itu di tempat yang tidak terduga seperti ini.

"Terima kasih, saya permisi dulu." Kira merasa canggung dengan pertemuannya dengan Brian saat ini. Entah mengapa dia igin sekali memeluk pria itu jadi sebelum kehilangan kewarasnnya lebih baik dia membayar belanjaanya dan pergi dari tempat ini.

Brian tidak menjawab perkataan perempuan itu karena bingung harus berekasi seperti apa. Haruskan dia menanyakan kabar hanya untuk berbasa-basi dengan manatan atasannya itu? Dia rasa hal itu tidak perlu dilakukan karena mereka adalah dua orang asing yang tidak ada hubungan apa-apa.

Saat melihat kalender di atas meja riasnya ketakutan mulai menghampiri Kira. Benar sekali dia terlambat datang bulan berbagai pertanyaan muncul di otaknya.

"Bagaimana kalau aku hamil ? Apa yang harus aku lakukan ?" dia berusaha menghilangkan kepanikan dlam dirinya. Teringat akhir-akhir ini mudah kelelahan dan porsi makannya lebih banyak membuat Kira semakin ketakutan.

"Oke sekarang kamu tenang semuanya akan baik-baik saja." Ucapnya pada diri sendiri sambil menangis meruntuki kebodohanya.

***

Apa yang benar-benar Kira takutkan terjadi dalam hidupnya dan bingung harus bagaimana saat ini. Entah apa yang kan dia katakana pada orang tuanya nanti segera mungkin harus menghubungi papanya agar tidak mengenalkan anak temannya pada Kira.

Kira menyeter mobilnya menuju suatu tempat berencana ingin memberitahu seseorang dan mencari solusi untuk hal ini. Dia berhenti di parkiran lalu menatap kedalam cafe itu melihat pemandangan yang membuat hatinya Bahagia sekaligus sedih. Bagaimana dia bisa berbuat jahat dan menghancurkan kebahagian orang lain?

Memutuskan pergi dari sana dan mencoba menghubungi sahabatnya namun hasilnya nihil. Entah kemana perginya Justin di saat dirinya membutuhkan seseorang untuk bercerita. Akhirnya dia memilih mengemudikan mobilnya kemana saja tanpa tujuan setidaknya hal ini bisa membuat hatinya sedikit lebih tenang.

Saat asik dengan pikirannya hampir saja dia menabrak mobil yang berhendi di hadapanya. Dia tidak menyadari bahwa jalan di depanya adalah lampu merah. Dia berniat kembali lagi ke cafe itu namun seperti halnya tadi dia hanya parki lalu pergi meniggalkan tempat itu.

Saat sedang asik memilih makan yang akan di pesannya seseorang menghampirinya membuat tubuh Kira lemas seketika dan tidak tahu harus berbuat apa. Ketakutan dating menghampirinya semua kejadian mengerikan itu kembali berputas di kepalanya.

"Hallo Honey apa kabar? Lama tidak bertemu. Kenapa kamu meninggalkan aku begitu saja?" ucap pria itu dan tanpa permisi duduk di hadapan Kira tanpa malu.

Ingin rasanya Kira lari dari tempat ini namun dia berusaha menguatkan hatinya untuk menghadapi manusia di hadapannya ini. Dia tidak akan lari lagi karena itu tidak akan menyelesaikan maslahnya. Sepertinya ini adalah saat yang tepat membicarakan tentang semua hal yang terjadi di masa lalu dengan pria ini.

"Seperti yang kamu lihat aku masih tetap cantik dan baik-baik saja." Balas kira dengan penuh percaya diri. Dia tidak akan takut dan merasa rendah diri di hadapan pria ini untuk membuktikan bahwa dia memang dalam keadaan baik.

"Benarkah? Lalu mengapa baru sekarang aku bisa melihatmu kembali? Kamu seperti hilang di telan bumi selama tiga tahun ini dan tanpa sengaja aku bertemu denganmu." Kata pria itu penasaran.

"Tentu saja ini hidupku jadi aku bebas kemana saja aku pergi."

"Meninggalkan orang yang begitu mencintaimu tanpa sepatah kata pun?"

Tomorrow With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang