Kenapa harus di Batalkan?

1 0 0
                                    


Keadaan Brian memang cukup memprihatinkan terutama bagian paha kirinya yang mengalami patah tulang yang mengharuskannya melakukan operasi pemasangan Pen  kedalam tulang. Tujuan operasi ini untuk menjaga posisi tulang yang patah (remuk) akibat kecelakaan.

Saat ini Brian sudah sadar dan sudah bisa berinteraksi dengan orang lain. Terdapat lecet di bagian wajah kiri dan juga lengan kirinya. Bersyukur karena kecelakaan itu tidak menghilangkan nyawa Brian. Pengendara mobil yang menabrak Brian sudah diamankan polisi. Ternyata pengemudinya mabuk berat sehingga tidak konsentrasi saat mengendarai mobilnya.

Untuk beberapa waktu Brian harus mengunakan gips sampai keadaan kakinya lebih baik dan bengkak di kakinya hilang. Dokter menjelaskan langkah apa saja yang akan dilakukan setelah luka operasi membaik, akan dilakukan Latihan mobilisasi atau Latihan berjalan.

Saat ini Ibu dan Karin menunggu di ruang inap Brian. Tasya baru saja pulang karena harus berangkat kerja dan menemui orangtuanya yang dari tadi malam terus-terusan  menelepon dan menyuruh dia pulang.

"Ibu..." suara lirih terdengar membuat kedua perempuan yang sedang duduk di sofa  menghampiri ranjang Brian.

"Iya nak? Apanya yang sakit?" Tanya Ibunya bahagia sekaligus cemas karna anaknya sudah siuman dan melewati masa komanya. Sementara Karin menekan bell lalu kembali ke sisi Abangnya.

"Abang akhirnya sadar, kami sangat khawatir." Ucapnya tidak bisa menahan air matanya dia sangat bahagia saat Abangnya sadar.

" Selamat siang Ibu, saya mau periksa Tn. Brian dulu ya." ucap sang dokter sambil berjalan mendekat ke ranjang pemuda itu.

"Pagi Tn. Brian, bagaimana perasaannya sekarang?"

" Rasanya badan saya nyeri semua dokter."

" Iya itu karena luka dan bekas operasinya. Sekarang saya akan menjelaskan kondisi anda. Jadi kaki sebelah kiri anda mengalami patah tulang dan sudah dilakukan opersai pasang pen. Tangan kiri anda juga mengalami luka yang mendapatkan beberapa jahitan." Jelas sang dokter.

" Apa saya masih bisa jalan dokter?" Tanya Brian dengan raut wajah sedih.

"Tentu saja bisa, walaupun memang membutuhkan proses yang tidak sebentar. Jadi anda harus semangat ingat Ibu, adek, dan calon istri anda. Serta orang yang sudah mendonorkan darahnya pada anda tadi malam." Ucap dokter memberi semangat.

"Baik dokter, terima kasih banyak."

"Nanti kalau ada perlu panggil saja perawatnya, saya permisi dulu." Pamit sang dokter lalu keluar dari ruang inap Brian.

"Ibu maafkan aku merepotkanmu." Brian sedih melihat Ibunya yang menahan tangis dari tadi. Dia menyesali perbuatannya yang tidak mengindahkan larangan ibunya malam itu.

"Tidak apa nak, melihatmu siuman membuat Ibu sangat bahagia." Ucapnya agar sang anak tidak merasa bersalah dengan kondisinya.

"Tapi Brian tidak mendengarkan perkataan Ibu saat melarangku pergi bekerja."

"Namanya juga musibah tidak ada yang tahu, sekarang Abang harus semangat agar lekas sembuh."

"Natasya mana Bu?" matanya memandang sekelilingnya dan tidak mendapati sang kekasih di sana.

"Kak Tasya pulang ke rumahnya karena dari semalam dia menunggu disini." Menjelaskan agar Abangnya tidak berfikir yang aneh-aneh. Karin tahu orang sakit seperti ini cenderung berfikir berlebihan begitulah yang dia pelajari.

Diluar sana seorang perempuan memperhatikan mereka. Dia sangat bahagia akhirnya pria itu sadar dan kembali membuka matanya. Dia hanya bisa melihat dari kejauhan namun itu sudah lebih dari cukup dia tidak ingin ada keributan karena hal ini.

Tomorrow With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang