Aku hanya Mantan atasannya

3 0 0
                                    


Keadaan malam ini sangat buruk terlihat Ibu Brian yang saat ini menangis sambil memeluk putrinya di salah satu kursi tunggu. Betapa hancurnya hati seorang ibu saaat mendengar putranya mengalami kecelakaan. Begitu juga dengan Karin yang benar-benar terkejut saat menerima panggilan telepon dari sang Ibu.

"Karin, Abangmu" ucapnya bergetar karena tidak bisa menahan rasa sesak di dadanya membayangkan kondisi anaknya saat ini.

"Ibu, kita harus mendoakan yang terbaik untuk Abang. Karin yakin semuanya akan baik-baik saja." Ucapnya meyakinkan diri sendiri dan berusaha membuat Ibunya tenang. Dia juga bingung harus berbuat apa saat ini yang bisa mereka lakukan hanya berdoa yang terbaik.

"Harusnya tadi ibu menahannya dan tidak mengijinkan Abangmu berangkat kerja. Ini semua salah ibu Karin." Menyalahkan dirinya karena tidak bisa menahan sang anak untuk berangkat kerja tadi.

"Bukan salah Ibu, kita tidak pernah tau apa yang akan terjadi. Tolong jangan menyalahkan diri sendiri Ibu, kita harus kuat demi Abang." Tangisnya masih dengan memeluk ibunya.

"Ibu benar-benar takut Karin, ibu tidak siap jika terjadi sesuatu hal buruk pada abangmu."

"Karin juga tidak siap Bu, tapi kita harus yakin bahwa Bang Brian akan kuat dan semuanya akan baik-baik saja."

"Ya Tuhan lindungi putraku." Memohon pada sang pencipta agar anaknya itu diberikan kekuatan dan dilindungi dari hal buruk yang kemungkinan bisa terjadi.

Mereka masih senantiasa menunggu di sana tiba-tiba seorang datang menghampiri dan langsung memeluk sang ibu. Mereka menagis bersama-sama menyalurkan semua luka yang mereka rasakan saat ini. Kesedihan yang tidak bisa mereka sembunyikan serta rasa takut akan kehilangan seseorang yang sangat mereka cintai.

"Ibu......Brian, dia tidak akan meninggalkan Tasya kan?" tangisnya dalam pelukan calon ibu mertunya.

"Dia akan baik-baik saja, dia tidak akan meminggalkan kita nak." Sekarang sang ibu yang berusaha menguatkan calon menantunya yang juga sama terpukulnya dengan Dia.

"Kak Tasya kita dokan yang terbaik ya buat Abang." Ucap Karin menenangkan calon kaka iparnya yang saat ini menangis di kursi tunggu rumah sakit.

"Karin, abangmu jahat. Kenapa dia melakukan ini ? pernikahan kami tinggal hitungan hari." Ucapnya tidak terima dengan keadaan yang dialami kekasihnya saat ini.

"Nanti kita kasih pelajaran kalo dia sudah siuman ya Kak, sekarang kakak tenang dan jangan lupa berdoa."

"Nak Tasya, kita semua sama-sama terluka saat ini jadi mari saling menguatkan." Kembali merangkul calon menantunya yang masih menangis.

"Maafkan Tasya bu, aku hanya belum bisa terima keadaan ini."

"Iya, ibu mengerti perasaanmu nak. Tidak perlu meminta maaf kamu tidak melakukan kesalahan."

"Sekarang kita tunggu saja info selanjutnya."

***

Berbeda dengan Kira saat ini hanya diam dan menatap kosong ke depan. Mengingat semua kejadian yang barusan terjadi sebelum keluarga Brian sampai ke ruamah sakit. Darah mengalir dari tubuh Brian membuatnya merasa sakit di sekujur tubuhnya. Belum lagi pertayaan perawat saat mengurus administrasi Brian tadi.

"Mbak istri korban ya? Bisa bantu kami mengisi data pasien?" ucap perawat itu hati-hati karena melihat kondisi perempua di hadapanya ini tidak sedang baik-baik saja.

"Saya hanya mantan atasannya, tapi saya akan bantu setahu saya." Jawabnya singkat dan tidak berniat menanyakan mengapa perawat itu mengira dirinya istri Brian.

Tomorrow With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang