Lamaran

2 0 0
                                    


Semua orang sangat bahagia dengan acara yang diakan hari ini. Benar sekali hari ini Brian dan Tasya melaksanakan prosesi lamaran yang dihadiri oleh kerabat dan orang-orang yang menjadi tamu undangan kedua belah pihak.

Saat ini sudah terpasang cincin di masing-masing jari mereka yang menandakan sudah melewati satu tahap sebelum lanjut ke tahap berikutnya. Acara ini diadakan di kediaman keluarga Tasya.

Brian memperkenalkan orang-orang yang mendampinginya saat ini kepada keluarga Tasya. Saat ini giliran sang ibu bercerita tentang putra pertamanya yang saat ini duduk di sebelahnya untuk melamar calon menantunya.

"Saya sebagai ingin seorang Ibu berbicara sedikit tentang putra sekaligus anak pertama saya ini. Namanya Brian Edwardo dia adalah anak yang saya banggakan dan sangat saya kasihi sekarang sudah tumbuh dewasa dan menemukan tambatan hatinya. Harapan tiap orangtua adalah melihat anak-anaknya bahagia begitu juga harapan saya." Sambil bergetar menahan haru melihat putra akhirnya sampai di hari ini.

Selanjutnya keluarga Tasya juga memperkenalkan orang-orang yang mendampingi mereka. Sang ayah juga menyampaikan sedikit sambutan dan memperkenalkan putrinya yang sangat di kasihinya.

"Natasya adalah putri tungal kami yang kami jaga dengan sepenuh hati. Saat ini seorang akhirnya datang untuk menunjukkan keseriusannya kepada putri kami. Seluruh keluarga menyambut baik kedatangan kalian." Supriandi menyampaikan sambutannya dengan penuh rasa bahagia karena hari yang di tunggu selama ini akhirnya tiba.

Setelah acara perkenalan kedua keluarga dilanjutkan dengan seorang yang mewakili keluarga Brian yaitu adik sang Ibu. Pamannya yang akan menjadi juru bicara. Untuk menyampaikan maksuda dan tujuan kedatangan mereka.

"Saya mewakili keponakan yang sudah seperti anak sendiri bagi saya, menyampaikan niat kami untuk melamar putri Bapak." Suara paman Benny terdengar jelas dan tegas.

"Ya, pada dasarnya kami setuju dan mendukung niat baik yang harus di segerakan. Sebelumnya saya sudah berbicara dan mengenal baik Brian." Jawab ayah Tasya dengan serius " namun mari kita tanyakan langsung kembali kepada putri kami." Sambil menatap Tasya.

"Saya menerima lamaran ini dengan penuh suka cita" ucapnya lantang dan tidak terasa air matanya menetes.terharu dan bahagia bercampur menjadi satu saat ini.

Mendengar jawaban yang sebenarnya sudah Brian tahu akan mendapatkan jawaban seperti itu namun mendengarnya secara langsung dan disaksikan oleh kedua keluarga membuat suasana hatinya benar-benar bahagia. Merasa bersyukur Tuhan mengirimkan sesosok seperti Natasya dalam kehidupanya.

"Terima kasih banyak nak Tasya. Tentang mahar dan biaya lainya bagaimana Pak? Lanjut sang paman bertanya kepada ayah Tasya.

"Seperti yang sudah kita ketahui bahwa anak-anak kita sudah menyepakati tentang hal ini sebelumnya. Sebagai orangtua kita menuntun yang terbaik saja."

"Bagaimana Nak?" tanya sang paman kepada keponakanya memastikan kesanggupan Brian tentng kesepakatan mereka sebelumnya.

"Brian sudah sepakat dan bersedia dengan semua itu." Ucapnya tegas dan lantang menunjukkan keseriusannya. Brian yakin bahwa semuanya akan berjalan lancar karena dia dan kekasihnya saling mencintai dan saling mendukung tentunya. Tidak ada keraguan dalam dirinya setelah memutuskan akan menjalin hubungan ynag lebih serius.

Setelah berbincang dan membuat kesepakatan banyak hal tentang rencana selanjutnya. Sepakat bahwa pernikahanya akan dilakukan sebulan dari hari ini. Kebahagian yang begitu luar biasa sedang menyelimuti kedua keluarga ini.

Saat semua orang sedang menikmati hidangan yang telah di sediakan Brian dan Tasya duduk di salah satu meja. " Aku sangat bahagia akhirnya bisa melamarmu sayang." Ungkapnya tidak bisa menyembunyikan rasa yang membuncah dalam dirinya.

"Aku juga sangat bahagia By. Aku benar-benar mencintaimu, terimaka kasih banyak sudah setia baersamaku." Tersenyum manis sambil menatap mata Brian yang sendari tadi tidak berhenti menatapnya.

"Kamu sangat cantik hari ini, aku yang ingin menyampaikan banyak terima kasih karena kamu sudah setia menunguku dengan sabar." Mensyukuri kesetian Tasya yang begitu luar biasa selama delapan tahun menjalin hubungan dengannya.

"By aku menjadi orang yang sangat beruntung bisa menjadi kekasihmu."

"Terima kasih. Aku juga benar-benar beruntung menjadi pria yang bisa menaklukkan hatimu sayang."

Prosesi lamaran berjalan lancar dan penuh kebahagian berbeda dengan seseorang yang saat ini sedang meratapi nasibnya. Dia duduk di depan meja risa sambil menatap dirinya di cermin besar di hadapnnya.

"Akira, seharusnya kamu bahagia saat orang yang kamu kasihi bahagia jangan jadi perusak dalam hubungan orang lain." Ucapnya pada dirinya sendiri sambil menangis menahan rasa sesak di dadanya. Dirinya tidak setegar itu dalam menghadapi semua ini namun dia berjanji hanya hari ini saja menangisi semua ini.

Bergegas menuju rumah orang tuanya untuk menenangkan pikiranya sekaligus ingin menceritakan kejadian beberapa waktu yang lalu dimana dia tanpa sengaja bertemu dengan mantan kekasihnya.

"Hallo. Mama dan Papa apa kabar?" menghampiri orangtuanya dan memeluk mereka secara bergantian. Saat ini keduanya sedang bersantai di ruang keluarga sambil menyaksikan sebuah film.

"Kabar baik sayang. Kamu gimana? Sekarang kok makin jarang sih pulang kesini?" protes sang mama menggamit wajah putrinya dengan gemes.

"Seperti yang kalian lihat aku baik-baik saja. Mama, akhir-akhir ini banyak kerjaan di kantor coba deh tanya papa. Iyakan Pa?" mencari dukungan sembari menatap papanya yang saat ini focus ke layer TV.

"Iya Ma." Ucapnya singkat membuat sang mama jengkel dengan dua orang di sampingnya itu. Suami dan anaknya sama saja memiliki sifat menjengkelkan yang membuatnya kesal.

"Belain aja terus putrimu itu."

"Kok marah sih ma? Papa ngomong apa adanya akhir-akhir ini emang banyak kerjaan dikantor terutama di rungan Kira." Sang papa tidak ingin berakhir perang dingin dengan istrinya karena membela sang putri.

"Tuh ma, Kira ngak bohong. Ini buktinya Kira ada disini sekarang karena sudah tidak terlalu sibuk." Meyakinkan sang mama bahwa yang dia katakan adalah sebuah kebenaran.

"Baiklah mama percaya." Ucapnya tidak rela dengan alasan yang di berikan oleh anak tungalnya itu.

"Kira mau cerita"

Mendengar itu kedua orangtuanya langsung mengalikan pandangannya kepada anaknya dan menatap lekat putrinya. Sepertinya ada hal serius yang ingin di sampaikan.

"Ada apa sayang?" tanya sang papa penasaran.

"Kira bertemu Andrew beberapa waktu yang lalu." Ucapnya santai namun berbanding terbaik dengan kedua orang tuanya.

"Dimana kamu bertemu dengannya? Dia tidak melakukan sesuatu yang kurang ajar denganmu." Tanya mama penuh emosi dan khawatir dengan putrinya.

"Iya sayang, kamu betemu di mana? Biar papa kasih pelajaran si brengsek itu." Terlihat sekali kemaran yang di wajah orang tua itu mengingat penderitaan yang di hadapi putrinya.

"Di sebuah cafe waktu Kira mau makan siang, tidak perlu cemas aku baik-baik saja. Kehadirannya tidak akan memepengaruhi kehidupanku lagi karena kami sudah tidak ada apa-apa." Jawabnya santai dengan penuh keyakinan.

Mendengar itu kedua orantuanya bahagia bahwa anaknya sudah mampu berdamai dengan masa lalunya sekarang.

"Kalau kamu bertemu dengan dia lagi segera beri tahu Papa jangan biarkan dia mengganggu kehidupanmu." Dia tidak ingin putri tunggalnya itu mengalami hal buruk lagi setelah bertemu dengan si brengsek itu.

"Siap Bos." Ucap kira sambil tertawa melihat ekspresi papanya yang menurutnya lucu saat mencemaskan dirinya.

"Papa serius nak."

"Iya papaku sayang. Coba deh mama liat muka papa." Ucapnya sambil terus tertawa membuat kedua orangtuanya juga ikut tertawa karena Kira bahkan bisa begitu bahagia hanya karena hal sepele.

"Kamu kayak baru tahu aja gimana wajah papamu." Sambil tertawa menaggapi ucapan Kira.

"Dari pada sibuk menertawakan wajah ganteng papa lebih baik kita lanjut nonton film." Mengalihkan pembicaran agar kedua perempuan di sebelahnya ini berhenti membahas perihal wajahnya.

Tomorrow With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang