tujuh

187 8 0
                                    

Makan malam Kay kali ini benar-benar terasa berbeda. Biasanya makan malamnya sepi dirumah sendirian atau makan malam di kantor karena lembur. Tapi kali ini makan malamnya ditemani oleh celotehan anak laki-laki baru favoritnya. Reaksi Kay hanya senyum sambil sesekali tertawa mendengar cerita anak itu yang ternyata begitu ekspresif. Sangat berbeda sekali dengan anak laki-laki yang duduk jongkok sambil menangis di depan wc mall waktu itu.

"Kalo boleh tahu rumah tante dimana? Nanti biar sekalian Papap sama Cilo anterin" tanya Cilo tiba-tiba

Kay merasa diserang dengan rasa tidak enak lagi, untuk kali ini dia memutuskan untuk tidak menjawab ajakan Cilo.

"Emm kebetulan tante ngekost di Jakarta karena orang tua tante gak disini. Kost-an tante di daerah Palmerah" jawab Kay setelah selesai meneguk minumannya

"Kenapa gak nyari kost-an yang lebih dekat dengan kantor?" tanya Dityo ikut dalam perbincangan yang selama ini hanya bisa ia perhatikan

"Kebetulan itu kost-an milik keluarganya teman saya, jadi sekalian dititipin sama teman saya itu. Saya juga merasa lega karena ada sosok orang yang dikenal saat pertama kali hidup jauh dari orang tua" ungkap Kay

Dityo manggut-manggut lalu lanjut berbicara lagi "Kebetulan rumah kami juga di daerah yang sama, jadi saya bisa sekalian mengantar kamu seperti yang dikatakan Cilo tadi"

Mata Cilo berbinar-binar senang, mendengar jika kost-an wanita itu ternyata dekat dengan rumah mereka. Akses untuk bertemu dengan wanita itu semakin mudah pikirnya.

"Papap jangan lupa minta kontaknya tante Kay biar Cilo nanti gak susah hubunginnya" celetuk anak itu

"Ah iya, bisa saya minta kontak kamu?" tanya Dityo

Kay mengangguk lalu menyebutkan nomornya. Kemudian Dityo membuat panggilan dan kemudian keduanya sudah selesai bertukar nomor ponsel.

"Kita pulang sekarang?" tanya Dityo kemudian

"Let's gooo" ucap Cilo semangat lalu berlari keluar lebih dulu menuju mobil mereka terparkir.

Kay dan Dityo berjalan beriringan menyusul Cilo keluar, kemudian Kay memutuskan untuk mengutarakan pikirannya.

"Pak saya pulang sendiri saja, terima kasih atas traktiran makan malamnya, dan tawaran untuk pulang barengnya juga" ucap Kay lalu berenti berjalan

Dityo juga ikut berhenti berjalan karena Kay berhenti, karena melihat Cilo sudah sampai di mobil mereka ia lalu memencet kunci mobilnya untuk membuka pintu agar Cilo bisa masuk lebih dulu, kemudian berpindah fokus memperhatikan Kay.

"Kamu dijemput?" tanya Dityo

"Emm enggak sih pak"

"Lalu kenapa mau pulang sendiri? Saya kan yang ajak keluar malam, jadi saya harus tanggung jawab nganter kamu sampai rumah"

Kay menghela napas memutuskan mengeluarkan pikirannya yang mengganjal selama mereka bersama tadi.

"Saya mohon maaf sebelumnya pak, tapi sejujurnya dari tadi saya memendam rasa gak enak" ucap Kay

Dityo mengernyit bingung "Boleh saya tau apa itu?"

"Saya merasa gak enak sama mamanya Cilo" ucap Kay sambil melihat ujung sepatunya

Kernyitan di kening Dityo makin dalam, lalu seketika dia baru tersadar kalau Kay tidak tahu statusnya. Tapi karena Dityo menikmati ekspresi Kay, lelaki itu memutuskan untuk melanjutkan percakapan ini lebih lama lagi.

"Ahh, maksudnya kamu gak enak sama istri saya?" tanya Dityo dengan ekspresi yang sengaja dibuat serius

"Ya iyalah siapa lagi emang?!" jawab Kay dalam hati yang hanya bisa ia telan, akhirnya ia hanya bisa mengangguk sebagai jawaban

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang