dua puluh tiga

102 6 0
                                    

"Kok lama banget tan?" tanya Cilo

Kay tersenyum "Namanya juga kerja sayang"

Kay yang baru bertemu Bu Wati langsung memperkenalkan dirinya.

Lalu Bu Wati bertanya ragu-ragu pada Kay "Anu, mbak Kay ini calon ibunya Cilo ya?"

Kay tersenyum canggung, lalu hanya merespon dengan anggukan.

"Duhh, ayu tenan. Pinter Mas Dityo cari bojo. Kamu juga suka toh punya ibu cantik sepeti ini?" tanya Bu Wati kepada Cilo

Anak itu mengangguk lalu tersenyum bangga, nampak sekali kebahagiaan dibalik matanya.

Ketiganya larut dalam obrolan cukup lama sampai-sampai tidak sadar dengan kemunculan Dityo.

"Lagi ngobrolin apa sih?" tanya Dityo yang duduk disebelah Kay kemudian memegang pundak Kay

Kay sontak menegang, lalu melotot ke arah Dityo. Walaupun ia yang merencanakannya tapi tetap saya Kay dibuat kaget dengan reaksi alami Dityo.

"Latihan" bisik Dityo di telinga Kay, yang membuat telinga wanita itu memerah

"Aduh, yen wong jatuh cinto rasane donya duwe loro*" sela Bu Wati

Kay yang masih gugup berlahan tenang, merasa senang ternyata akting yang mereka lakukan berhasil. Dityo juga bisa merasakan perubahan dari diri Kay.

Cilo yang diam-diam memperhatikan interaksi mereka berdua pun ikut senyum-senyum, berpikir jika memang ayahnya jatuh cinta pada Kay.

Terdengar suara klakson motor di depan rumah, yang membuat Bu Wati izin pamit. Kemudian Dityo, Kay, dan Cilo berpindah ke ruang keluarga.

"Cilo, ada yang papa dan tante Kay mau omongin" mengajak Cilo untuk duduk di sebelahnya

Lalu Kay meyusul duduk disebelah Cilo, sehingga membuat anak itu duduk di tengah-tengah mereka berdua.

"Tante Kay, udah cerita semua. Tentang permintaan kamu" ucap Dityo

"Papa mau tanya, kenapa Cilo gak minta ke Papa tapi langsung minta sama tante Kay?" tanya Dityo kemudian

Cilo menunduk takut jika ayahnya akan marah "Cilo mau tante Kay tau kalo memang Cilo yang ingin tante Kay jadi mamanya Cilo"

Kay tertegun mendengarnya, ternyata memang sebesar itu harapan anak itu kepada dirinya.

"Cilo takut kalo Papap yang minta tante Kay jadi ibunya Cilo, tante Kay bakalan nolak" lanjut Cilo

"Kenapa?" tanya Dityo

"Cilo awalnya ngira tante Kay gak suka sama Papap, tapi sukanya sama om Adam. Jadi Cilo takut Papap ditolak" jelas Cilo

Baik Kay atau Dityo sama-sama tekejut, mereka tak habis pikir anak seumur Cilo sudah mengerti situasi yang seharusnya tidak ia tahu.

"Tapi sekarang Cilo tahu, ternyata yang disuka sama tante Kay itu Papap. Cilo senenggggggg banget" lanjut Cilo kemudian memeluk keduanya

Kay dan Dityo saling berpandangan canggung. Dityo tak menyangka, anaknya memiliki rencana yang matang dengan kemungkinan yang sangat kecil untuk ditolak.

"Terus Papap sama tante Kay kapan nikahnya?" tanya Cilo polos

Kali ini Kay yang ganti menjelaskan ke Cilo "Cilo, jadi gini. Papa sama tante Kay baru bisa menikah setelah dapet izin dari orang tuanya tante"

"Terus" Kay menggaruk hidungnya "Kalo kami gak dapet izin menikah, maaf tante gak bisa jadi mamanya Cilo" ucap Kay terus memperhatikan ekspresi Cilo

"Kalo gitu, Cilo akan minta izin juga sama orang tuanya tante Kay. Cilo yakin orang tuanya tante Kay bakal izinin tante jadi mamanya Cilo" Kata Cilo dengan tatapan yang optimis

Kay pikir anak itu akan berubah murung, tapi ternyata anak itu memang seserius itu dengan keinginannya. Hati Kay rasanya berbunga-bunga, ternyata begini rasanya diperjuangkan.

Kay memeluk Cilo "Ya tante yakin, kalo Cilo yang minta orang tua tante pasti bakal ngizinin"

"Jadi kamu gak yakin kalo saya yang minta izin?" sela Dityo

Pandangan Kay dan Cilo otomatis berpindah ke Dityo.

"Saya yakin, tapi gak sebesar keyakinan saya ke Cilo" jawab Kay santai

Dityo mendengus, menunjukkan seakan dirinya cemburu. Reaksinya itu mengundang tawa Kay dan Cilo.

"Hari jumat ini, kita bertiga akan pergi ketemu orang tuanya tante" ucap Kay setelah tawa mereka berhenti

"Asik" lalu ditanggapi tepuk tangan oleh Cilo

"Saya mau nyiapin makan malam dulu" ucapnya kemudian bangkit berjalan menuju dapur

"Saya mau bantu" ucap Kay ikut bangkit

Alis Dityo menukik "Oke" balasnya

"Cilo tante bantu Papa kamu masak dulu ya, kamu bisa main sendiri?"

Cilo mengangguk "Bisa tante" kemudian berlari menuju mainannya

Kay yang mengikuti Dityo ke dapur kemudian menggunakan apron.

"Kamu yakin mau bantu? Saya gak mau dapur saya kebakaran loh Ran" ucap Dityo setengah bercanda dan setenganya lagi serius

"Saya gak seburuk itu kok, kalo di rumah saya juga suka bantuin mama" protes Kay

"Oh okay, kalo gitu bisa bantu saya rebus pastanya?"

Kay kemudian menyiapkan air untuk rebusan pasta, setelah air mendidih Kay memasukkan pasta yang ada.

Saat Kay ingin meniriskan pastanya, banyak pasta yang menempel di panci.

"Emm Mas, biasanya emang gini ya?" tanya Kay

Dityo yang sibuk menyiapkan saus untuk pastanya menoleh ke arah Kay.

"Air rebusannya tadi gak kamu kasih minyak?" tanya Adam memastikan

Kay menggeleng "Biasanya kalo saya masak mie gak perlu pakai minyak

Dityo menepuk jidatnya, salahnya memang tidak memperhatikan Kay. Dityo berterima kasih pada Kay kemudian mempersilahkan Kay bermain dengan Cilo yang dituruti oleh wanita itu karena merasa bersalah.

Dityo menghela nafas, ia bersyukur setidaknya Kay tidak meledakkan dapurnya.

********


*Kalo orang jatuh cinta rasanya dunia milik berdua



Vote & Komen, thanks🫰🏻

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang