tiga belas

130 7 0
                                    

Kay sengaja tidak minta jemput orang tuanya kerena dia takut orang tuanya akan segera bertemu dengan Adam dan mencecarnya dengan beragam perkataan yang aneh. Sebenarnya bukan aneh menurut Kay, tapi Kay tau perkataan tersebut pasti bakal aneh di telinga Adam. Tentu saja Kay tidak akan bisa lama menahan pertemuan Adam dengan kedua orang tuanya, tetapi setidaknya Kay bisa mempersiapkannya.

Untung saja tadi Adam tidak banyak bertanya ketika Kay mengusulkan mereka untuk pulang sendiri-sendiri. Kay sengaja ingin memikirkan alasan-alasan yang bisa diterima kedua orang tuanya mengenai masalah pernikahan. Kay perlu berpikir jernih, tanpa ada Adam disekitarnya.

Rumah bercat putih itu sudah terlihat, Kay membuang nafas menghilangkan kegugupannya. Semenjak alasan-alasan mengenai pernikahan yang biasa diberikan Kay tidak mempan lagi kepada orang tuanya, Kay merasa selalu gugup setiap akan berinteraksi dengan mereka. Walaupun hanya dari telepon sekalipun.

Setelah menurunkan barang bawaanya, Kay masuk melewati pagar lalu mengetuk pintu rumahnya. Rasanya masih terasa tenang ketika menginjakan kaki ke rumah ini. Tak lama berselang, sesosok wanita muncul dari balik pintu. Melihat sosok yang lama dirindukan, wanita itu langsung menghambur ke pelukan Kay.

"Mama" sapa Kay sambil membalas pelukan Ferly

"Kenapa gak minta jemput Kay?"

"Pingin ngasih surprise aja"

Ferly mengurai pelukan lalu menjitak kepala Kay "Suka banget ya ngerjain orang tuanya"

Kay hanya tertawa melihat respon ibunya.

Keduanya masuk ke dalam rumah, Kay bisa melihat sosok ayahnya yang serius nonton berita di ruang keluarga.

"Serius amat, hari libur masih aja nontonnya berita" ucap Kay sambil meletakan barang bawaannya di depan pintu kamarnya.

Ayahnya yang terkejut mendengar suara anak perempuannya itu, otomatis memutarkan kepalanya untuk memastikan jika dirinya tidak berhalusinasi.

"Kay?" tanyanya memastikan

Kay tertawa "Ya iyalah, emang siapa lagi pa"

Ayahnya langsung bangkit dari sofa santai kesukaannya untuk mengampiri Kay. Kay mencium tangan kemudian memeluk ayahnya. Padahal Kay selalu pulang setidaknya dua kali dalam setahun atau mencuri pulang ketika ada libur panjang, tetapi masih saja rasanya seperti orang yang bertahun-tahun tidak pulang ke rumah.

Dari dapur suara ibunya terdengar "Adam gak ikutan kesini Kay?"

"Tuh kan" simbat Kay dalam hati

"Adam udah kangen berat sama mamanya ma, jadi dia pulang dulu katanya. Entar kalo ada waktu pasti kesini" bohong Kay

Ibunya yang keluar dari dapur sambil membawa sirup jeruk manggut-manggut mendengar ucapan Kay.

"Kamu mandi lalu istirahat sana" ucap ayah Kay lalu kembali ke sofa santainya

Kay hanya mengangguk sambil membawa sirup jeruk yang diberikan ibunya masuk ke kamar.

Setelah makan malam bersama, Kay berguling-guling di kasurnya sambil mengecek ponselnya. Ia lupa belum menonaktifkan mode pesawatnya, sehingga semua notifikasi baru masuk ke ponselnya.

Liza: Sayyy, udah sampe belum?

Bima: Kayyyy, selamat sampe rumah kan lo?

Adam: Kalau udah sampe kasih kabar

Papanya Cilo: Kayrana, sudah sampai rumah?

Beberapa personal chat dari orang-orang terdekatnya membuat Kay tersenyum. Kay mencoba membalas satu persatu pesan, mulai dari yang paling lama.

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang