empat

214 9 0
                                    

Kondisi mall saat ini tidak terlalu ramai, karena saat ini juga hari kerja dan tanggal tua pula. Saat Kay sudah keluar dari wc, Kay melihat sosok anak kecil yang berjongkok di dinding sambil menangis. Kayra celingak-celinguk melihat apakah anak ini bersama seseorang, tapi sayangnya lantai ini benar-benar sepi.

Kay ikut jongkok "Dik, kamu kok nangis? Papa sama mamanya dimana?"

Anak itu memalingkan wajahnya melihat Kay, yang ditatap justru terkejut karena merasa terpana saat melihat anak ini. Bagaimana Kay tidak terpana, walaupun dalam keadaan menangis, anak itu tidak bisa menyembunyikan ketampanan sekaligus keimutannya. Dengan badan putih bersih khas anak orang kaya, ditambah wajah tampan, hidung mancung, mata bulat khas anak-anak, pipi tembam yang kemerahan karena menangis, jangan lupakan bulu mata panjangnya yang ikut mengerjap-ngerjap saat ingin melihat secara jelas sosok yang ada di depannya. "Awww lucu banget ni bocah" teriak Kay dalam hati. Kay memang pecinta bocah-bocah lucu, salah satu hobinya yaitu membaca setiap komik yang temanya tentang bocah. Rasanya ada kesenangan tersendiri melihat tingkah anak-anak itu sendiri (jangan takut, Kayra bukan pedofil ya cuma fans fanatik bocah-bocah lucu).

"............................" Anak itu masih diam, sambil memasang tampang siaga.

"Emm, kayaknya kamu diajarkan gak boleh ngomong sama orang asing ya. Itu emang bener sih dan bagus, tapi sekarang tante mau bantuin kamu. Tante juga punya keponakan seumuran kamu, jadi tante seperti melihat keponakan tante sekarang" jelas Kay

"..........................." yang ditanyai masih diam

"Kalo kamu gak percaya sama tante, gimana kalo tante anter kamu ke pusat informasi. Kamu boleh jalan di belakang tante, kalo tante bohong kamu boleh lari dari tante. Gimana?" tanyanya lagi

"..........................."

"Ya udah yuk berdiri, kamu ikutin tante ya, kalo tante bohong nanti kamu boleh teriak bilang tante orang jahat" ajak Kayra dan mulai berjalan sambil tetap mengawasi anak itu.

Anak itu akhirnya berdiri dan mulai mengekori Kay, walaupun jaraknya lumayan jauh tapi masih bisa berada dalam jangkauannya. Kayra memutuskan turun dengan eskalator karena takut anak itu merasa tak nyaman dan jadi siaga lagi jika mereka naik lift. Setelah sampai ke lantai dasar, Kay langsung menuju pusat informasi sambil terus melihat kebelakang memastikan keberadaan anak itu.

Di meja informasi, anak tersebut memperpendek jaraknya antar Kay, artinya kewasapadaan anak ini sudah makin berkurang. Kay langsung berkoordinasi dengan admin meja informasi menyatakan kalo ada anak yang terpisah dari orang tuanya. Ketika ditanya nama anak tersebut Kay lupa jika dia belum menanyakan namanya daritadi.

"Dik, namaya siapa? Ini untuk manggil mama atau papa kamu, biar mereka tau kalo kamu disini?" tanya Kay lembut.

Dengan ragu-ragu akhirnya anak itu mengeluarkan suara "Namaku Cilo"

"Ya ampunnnn suaranya lucu bangetttt" teriak Kay untuk kedua kalinya dalam hati. Kalau tidak menahan diri rasanya Kay langsung ingin memeluk dan mencium pipi gembul anak itu. Tapi dia tidak boleh melakukan hal yang mengerikan tentunya.

"Kalo nama lengkapnya? Biar lebih jelas gitu, takutnya banyak yang namanya sama kayak yang kamu sebutin tadi" jelas Kay masih sama lembutnya

Yang ditanya justru memerah wajahnya, seakan ditawari ingin mainan apa.

"Rachilo Gama Fahlevi" ucapnya

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang