dua puluh dua

118 6 0
                                    

Kay dan Dityo memasuki rumah pria itu, di ruang tamu Cilo sedang bermain dengan pengasuhnya Bu Wati.

"Tante Kay!" panggil Cilo sambil berlari ke arah Kay

"Halo boy, udah mandi sore?" tanya Kay

"Udah dong, tante kesini mau main sama Cilo?"

"Boleh, tapi tante ada kerjaan sedikit sama Papa Cilo dulu. Jadi Cilo main lagi sama Bu Wati ya" ucap Kay

Cilo yang tak terlalu paham hanya mengangguk mengiyakan lalu kembali bermain dengan pengasuhnya.

"Yuk kita ke ruang kerja saya" ajak Dityo

Kay mengangguk lalu mengekori Dityo ke ruang kerja. Lagi-lagi Kay dibuat tercengang dengan interior ruang kerja Dityo, pasti banyak sekali uang yang Dityo habiskan untuk rumahnya ini, pikir Kay.

"Duduk Ran" ucap Dityo

Kay yang malu karena merasa tertangkap basah hanya nyengir kuda kemudian duduk di sofa.

"Kamu suka dengan interior rumah ini?" tanya Dityo lalu mengambil berkas di lemari meja kerjanya

Kay malu sebenarnya, tapi kemudian ia mengangguk.

"Nanti kalo ada bagian yang gak kamu suka, kamu bisa dekorasi ulang sesuai keinginan kamu. Toh nanti kamu juga akan tinggal di rumah ini" ucap Dityo lalu duduk bergabung dengan Kay

Kay menggeleng "Itu gak perlu kok Mas, menurut saya semuanya udah cantik"

Dityo tersenyum "Mungkin kamu mau menuangkan kretivitas kamu di rumah ini?"

Kay diam, tapi ia tahu tawaran Dityo tulus dan jelas sulit untuk ditolak. Tapi setidaknya Kay harus tau diri, ia terus mengungatkan dirinya.

"Lakukan apapun yang kamu suka di rumah ini, anggap rumah ini sebagai rumah kamu juga" jelas Dityo

Kay kemudian tersenyum "Iya Mas, terima kasih"

"Ya Kayrana" ucap Dityo

"Anyway, ini surat perjanjian yang sudah saya buat. Kamu bisa baca dulu, dan kalo ada yang kamu gak suka beri tau saya" Dityo memberikan suratnya kepada Kay

Kay membaca isi surat itu dengan serius "Harus ada jangka waktunya Mas?"

Dityo yang juga membaca surat dengan kertas yang berbeda kemudian berhenti "Untuk surat perjanjian yang memiliki kekuatan hukum sebaiknya memang memiliki jangka waktu tertentu, dan paling singkat waktunya satu tahun" jelas Dityo

Kay manggut-manggut, lalu ia terpikir sesuatu. Kay ragu untuk mengatakannya kepada Dityo.

Dityo bisa melihat gelagat Kay "Ada yang mau kamu tanya? Gak masalah Ran tanya aja"

Kay tidak berani menatap mata Dityo tapi ia memberanikan diri untuk bicara "Gini Mas" ada jeda "Kalo misalnya saya mau punya kamar sendiri apa bisa?"

Dityo tampak terkejut tapi ia segera menutupi keterkejutannya.

"Maaf kalo saya menyinggung Mas, tapi saya rasa, saya butuh waktu beradaptasi untuk bisa seterusnya sekamar sama Mas. Tapi Mas jangan salah paham ya, ini karena saya gak terbiasa membagi kamar saya bersama orang lain. Karena saya anak tunggal, saya terbiasa pake' kamar sendiri." lanjut Kay

Dityo manggut-manggut paham dan bisa mengerti dengan alasan wanita itu. Dalam hati kecilnya Dityo lega, ternyata yang menjadi alasannya bukan karena ingin menjaga jarak darinya.

"Ya saya sudah bilang, kamu bisa lakukan apapun yang kamu suka di rumah ini. Ada lagi?" tanya Dityo

Kay sudah memikirkan rencananya ini, rencana untuk meyakinkan semua orang tentang hubungannya dan Dityo. Tetapi entah kenapa Kay malu untuk mengutarakannya. Seketika wajah Kay memerah, untuk permintaannya kali ini rasa malunya lebih berlipat-lipat.

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang