dua puluh lima

118 6 0
                                    

Dityo gugup setengah mati, ia bukan tidak pernah mengalami momen seperti ini. Tapi dulu Dityo hanya menemui Ibu Sandra, istrinya. Dan seingatnya, momen yang ia rasakan tidak semenegangkan ini. Bahkan saat bertemu dengan klien-klien penting baik dari dalam maupun luar negeri, Dityo bisa menghadapinya dengan santai.

"Minum dulu Dityo" ucap Ferly

"Terima kasih tante" jawab Dityo yang meraih cangkir berisi teh dengan konsentrasi tinggi agar tangannya tidak gemetar

Setelah ia meletakkan cangkir tehnya kembali, pertanyaan pertama terlontar dari Ayah Kay.

"Kenal sama anak saya dimana?" tanya ayah Kay

Dityo menegakkan bahunya, merasa kegugupannya harus segera ia atasi agar memberikan keyakinan untuk kedua orang tua Kay.

"Saya bertemu Rana tiga bulan yang lalu, kebetulan kami satu gedung kantor om. Sebenarnya yang memperkenalkan kami adalah anak saya Cilo" jawab Dityo tegas

Ayah Kay mengerutkan alisnya.

Dityo tersenyum melanjutkan ceritanya "Entah apakah udah takdir, waktu itu Cilo sempat hilang di mall dan yang menemukannya adalah Rana. Saya sangat bersyukur akan hal itu, dari awal pun Cilo sudah menunjukkan kesukaannya pada Rana"

"Apa karena alasan Cilo kamu menikahi Kay?" tanya Ferly

Dityo menatap wajah kedua orang tua Kay bergantian "Saya tidak munafik itu menjadi salah satu alasannya, Cilo merupakan anak yang tidak mudah untuk dekat dengan orang lain. Tapi berbeda saat Cilo bertemu Rana, anak saya tidak segan untuk berbicara akrab bahkan memeluknya. Awalnya saya bingung kenapa anak saya bisa sebegitu menyayangi Rana, tapi ternyata setelah mengenal Rana saya tahu-"

"Rana adalah sosok yang memang mudah membuat orang sayang padanya. Dia sosok yang baik, penyayang, perhatian, suka dengan anak kecil, cerdas, ramah, dan saya yakin akan banyak sifat-sifat istimewa lain akan saya tahu nantinya" ucap Dityo

Kedua orang tua Kay berpandangan, tampak masih kurang puas untuk mengetes Dityo.

"Maaf saya bertanya begini, kamu duda bercerai?" tanya Ferly

"Bukan tante, ibu Cilo meninggal setelah melahirkan" jawab Dityo

"Saya minta maaf. Berarti kamu udah single sama dengan umur Cilo?"

Dityo mengangguk "Iya tante, sudah 5 tahun tepatnya"

"Kenapa selama itu kamu memutuskan sendiri?" tanya Ayah Kay

"Waktu dua tahun pertama, sejujurnya saya masih berduka dengan kematian istri saya dan saya juga terlalu fokus untuk mengurus Cilo, saya tidak kepikiran tentang hal lain. Tahun selanjutnya, saya mulai berfikir Cilo membutuhkan sosok ibu. Tetapi setiap saya membawa wanita yang saya anggap bisa menjadi ibu yang baik, Cilo pasti memberikan respon yang negatif. Dia tidak pernah setuju dengan wanita-wanita yang saya pilih" jelas Dityo

Ayah kay meminum tehnya kemudian meletakkannya kembali "Dityo jujur saja, kami kurang setuju kalau Kay menikah dengan seorang duda"

Dityo tersenyum, merasa sadar diri. Siapa orang tua yang dengan senang hati menerima anaknya menikahi seorang duda. Tapi jika ia menyerah sekarang semua rencana yang sudah ia susun dengan Kay tidak akan berhasil.

Masih dengan tampang dinginnya ayah Kay berbicara lagi "Saya tidak yakin kamu akan mencintai anak saya sebesar kamu mencintai anak kamu. Gimana saya bisa yakin kamu bisa menjamin kebahagiaan anak saya?"

Dityo tak gentar, sejujurnya dalam lubuk hati Dityo yang terdalam, ia benar-benar ingin memperjuangkan Kay. Entah kenapa, Dityo merasa yang terjadi selama ini benar-benar berasa tulus dari hatinya. Bukan sekedar untuk akting semata.

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang