dua puluh empat

106 6 0
                                    

"Lo gila ya?!?" ucap Bima sembari berdiri

Kay memutuskan untuk bercerita setelah rapat selesai. Kay tidak menyangka reaksi Bima akan seperti ini. Untungnya mereka masih berada di ruang rapat.

"Gila kenapa?" tanya Kay masih santai

"Lo baru kenal cowok itu beberapa bulan dan mutusin untuk nikah" ucap Bima makin ngegas

Liza hanya diam, ia tahu kalau sahabatnya satu ini menyimpan perasaan untuk Kay.

Bima menyugar rambutnya "Lo gak tau sekarang banyak cowok tukang tipu, kenapa lo selalu mudah ditipu cowok sih Kay"

Bima hanya diam selama ini karena ia tahu Kay tidak akan berakhir dengan Adam. Dirinya tau lelaki itu memang tidak ada niatan untuk menikah dengan Kay. Jadi Bima hanya perlu menunggu hati Kay terbuka untuknya. Walau Bima tahu, jalan untuk bersama Kay tidak akan mudah, tapi tidak ada yang tidak mungkin jika Kay memang mau dengannya.

Kay menghela nafas, jengah dengan sikap Bima. Mungkin sudah saatnya ia juga harus mengakhiri ini.

"Liz bisa tinggalin kami berdua?" pinta Kay

Liza mengangguk, sebelum keluar dirinya mengelus pundak Kay.

"Bisa lo duduk dulu Bim?" ucap Kay

Bima menurut, tapi emosi masih tercetak jelas di wajahnya.

"Gue mentolerir semua sikap lo karena gue anggap lo sahabat gue" lanjut Kay

Bima melengos, tidak sudi rasanya hanya dianggap sahabat oleh wanita yang ia sayangi ini.

"Gue tau lo suka sama gue, dan lo juga tahu kita gak akan bisa bersama. Apa gue salah?"

Ya Kay tau perasaan Bima padanya. Adam pernah memaksa dirinya untuk menjauhi Bima, karena Adam yang yakin jika Bima menyukai dirinya. Saat itu Kay dengan bodohnya merasa bahagia dengan sikap Adam yang dianggapnya sebagai rasa cemburu. Tapi Kay bisa meyakinkan Adam jika Bima hanya dianggap teman oleh Kay. Begitu pula Liza yang sering memberi tahu dirinya, kalau Bima tidak hanya menganggap Kay sebagai sahabat.

Selama ini Kay bukannya tidak peka, selain perasaannya pada Adam, Bima adalah sosok yang out of criteria nya. Dirinya berbeda agama dengan Bima, bagi Kay hal tersebut sudah menjadi pembatas baginya untuk mempunyai perasaan.

Tapi herannya Bima seakan masih tidak mengerti dengan keadaan, jelas-jelas hal tersebut sudah menjadi jurang pemisah untuk mereka. Dan sikap Kay selama ini pun tidak pernah rasanya memberi harapan untuk Bima.

Bima mendengus "Benar gue suka sama lo Kay dan bukan gak mungkin bagi kita bisa bersama"

Kay menghela nafas "Lo tahu itu gak mungkin"

"Lo salah Kay, gue mampu lakuin apa aja buat lo asal lo emang buka hati buat gue. Selama ini gue nunggu lo berpaling dari si brengsek Adam itu, tapi ternyata apa justru gue ditikung orang lain"

Kay masih diam, membiarkan Bima mengeluarkan uneg-unegnya.

"Gue bahkan rela tinggalin keluarga gue demi bisa sama lo" ucap bima frustasi

"Lo gila Bim, justru hal itu yang gue paling gak mau. Gue gak mau ngerusak hubungan keluarga orang hanya karena egois. Dan sekarang lo bersikap egois Bim, dan lo sama brengseknya sama Adam"

Bima tertawa "Seenggaknya gue punya niat nikah sama lo, gak kayak dia yang cuma bisa ngegantungin lo gak jelas Kay"

Kay lelah, rasanya ia sudah tidak sanggup melanjutkan pembicaraan ini.

"Gue anggep semua pembicaraan ini gak ada. Gue harap lo lupain perasaan lo ke gue. Kalo lo mau gue masih kerja disini" ucap Kay

Bima diam tidak menjawab, rasanya sulit. Tapi ia tidak mungkin sejahat itu sampai membuat Kay pergi dari kantor ini.

Kay tidak menunggu jawaban Bima, ia memutuskan keluar dari ruang rapat. Kay anggap semuanya sudah selesai. Dirinya berharap Bima akan menemukan orang lain yang bisa membuat dirinya bahagia dan itu jelas bukan Kay.

********

Kay tampak gugup ketika melihat sosok Dityo dan Cilo bersama dirinya di depan rumah orang tuanya. Dua sosok yang tidak pernah ia sangka sebelumnya ia ajak ke tempat ini. Kay juga dapat melihat kegugupan yang sama di wajah Dityo. Sedangkan Cilo, bocah itu tampaknya sangat senang dengan apa yang akan ia temui.

"Relax, kita udah banyak latihan loh di depan Cilo" bisik Kay pada Dityo

"Tapi ini kan orang tua kamu Ran, level intuisinya jauh berbeda" bisik Dityo meremas tangannya sendiri untuk mengurangi kegugupan

"Benar juga sih" ucap Kay dalam hati

"Yang penting bersikap se-natural mungkin jangan berlebihan" bisik Kay lagi

"Saya usahakan" bisik Dityo balik

"Kok gak diketuk pintunya tan?" tanya Cilo

"Oh ini tante mau ketuk kok sayang" Kay menghembuskan nafasnya lalu mengetuk pintu

Beberapa saat pintu terbuka disertai suara Ferly "Hei udah datang? Ayo masuk"

"Perkenalkan tante Dityo, calon suaminya Ran" ucap Dityo memperkenalkan diri sambil menyalimi tangan Ferly

"Ran?" tanya Ferly bingung

"Ahh itu panggilan Mas Tyo untuk Kay ma, dari Rana" sela Kay

Ferly membulatkan mulutnya lalu tatapan matanya berpindah ke arah Cilo.

"Kalo yang ini Cilo kah?" tanya Ferly

Yang disebut namanya tersenyum "Iya, saya Cilo" bocah itu tampak berpikir kemudian bertanya "Boleh Cilo panggil oma?"

Tampak kekaguman dan kebahagian yang dapat Kay lihat di mata Ibunya, tapi sengaja ditutupi ibunya agar tetap terlihat cool.

Ferly berdehem "Iya boleh. Ayo duduk"

Reaksi Ferly yang terlihat kurang ramah makin membuat Dityo gugup.

Kay melihat perubahan Dityo, lalu Kay menggenggam tangan Dityo. Kay berfikir mungkin saatnya aktingnya dimulai.

"Jangan terintervensi oleh mama, itu cuma akal-akalan mama aja untuk ngetes nyalinya Mas" bisik Kay

Dityo melirik pada tangannya yang digengam Kay, rasanya hangat pikirnya. Pria itu mengangguk kemudian tersenyum.

"Oh ya ma, papa mana?" tanya Kay

"Tadi lagi di kamar mandi, nah itu dia" sontak semua orang melihat ke arah yang ditunjuk dagu Ferly

Dityo melepas genggangam tangan Kay kemudian berdiri. Kay tertawa geli melihat ekpresi Dityo.

Dityo kemudian berjalan ke arah Ayah Kay untuk menyalimi tangannya. Namun ekspresi Ayah Kay lebih tidak santai dari Ferly. Seakan terpaksa ayah Kay menerima tangan Dityo.

"Apa kabar om? Perkenalkan saya Dityo, calon suami Kayrana" ucap Dityo

"Ya saya tahu" respon ayah Kay kemudian berjalan untuk duduk di sebelah Ferly

Dityo meneguk ludahnya kemudian kembali duduk di sebelah Kay.

"Kay bisa kamu ajak Cilo ke kamar kamu?" tanya Ferly

'Ternyata orang tuanya ingin menyerang Dityo sesegera mungkin' pikir Kay

"Cilo mau ke kamar tante" tanya Kay

"Papap gak ikut?" ternyata bocah itu belum paham situasinya

"Papa mau ngobrol sama Oma dan Opa dulu" jawab Kay

Cilo mengangguk "Oke deh"

"Aku ke kamar sama Cilo dulu ya" ucap Kay menggenggam tangan Dityo sebelum beranjak pergi ke kamarnya bersama Cilo.

********



Vote & Komen, thanks🫰🏻

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang