tujuh belas

119 6 2
                                    

Pukul 9 malam Dityo sudah berada di parkiran RS. Ia melepaskan jas dan dasinya untuk mengurangi kepengapan. Ia terdiam sejenak berpikir, selama ini ia tidak pernah bergantung atau membutuhkan siapa pun dalam mengurus Cilo. Tetapi kenapa semenjak kehadiran Kay ia seakan akan bergantung dan membutuhkan wanita itu. Dityo merasa Cilo lebih merasa bahagia saat bersama Kay. Dityo menyudahi pikirannya, kemudian melangkah keluar dari mobilnya.

Setelah sampai di depan pintu kamar rawat Cilo Dityo tak langsung masuk. Ia ingat ada sosok Kay di dalam, jadi ia mengetuk pintu terlebih dahulu.

Suara Kay menyahut dari dalam

Dityo melangkah masuk, rasanya agak aneh melihat Kay yang tampak menunggu dirinya duduk di sofa. Tapi di sudut hatinya Dityo juga merasa senang. Wanita itu nampak santai memakai baju tidurnya ditambah dengan sweater kebesaran. Rambutnya dicepol tinggi sehingga menampakkan leher jenjangnya yang putih. Tampilan Kay benar-benar seperti remaja karena badannya yang kecil itu. Tapi dalam hal positif sehingga Kay terlihat awet muda, tidak terlihat sama sekali usianya yang sudah lewat seperempat abad.

Kay tersenyum lalu berbicara "Kata dokter waktu periksa Cilo tadi, keadaan Cilo udah baikan, demamnya juga udah turun"

Dityo ikut tersenyum "Syukurlah"

Kemudian ia berbicara lagi "Saya lupa chat kamu tadi untuk bertanya apa kamu udah makan"

"Saya udah makan pak, kebetulan waktu Cilo udah tidur tadi saya buru-buru beli makanan di kantin" ucap Kay

Kemudian hening beberapa saat, sampai Dityo memutuskan untuk berbicara.

"Kayrana, apa saya boleh menanyakan sesuatu?" tanyanya

Kay tampak berfikir lalu mengangguk

"Maaf sebelumnya jika pertanyaan ini terkesan pribadi dan tidak dalam situasi yang tepat. Tapi saya benar-benar perlu menkonfirmasi sesuatu"

Kay hanya diam sambil memperhatikan penampilan Dityo. Kemeja pria itu sudah digulungnya sampai siku, kancing kemejanya terbuka (biasanya tertutup rapat karena dasi) dan rambutnya sudah tidak ada efek gel rambut tapi tampak lebih tampan karena messy.

"Apa benar hubungan kamu sama Adam hanya teman?" ada jeda lalu Dityo melanjutkan "Jangan salah paham, saya bukannya mau ikut campur tapi saya tidak ingin Cilo menjadi penghalang hubungan kalian. Karena saya merasa Adam kurang nyaman dengan adanya Cilo" ungkapnya

Kay masih diam, karena ia merasa Dityo masih ingin berbicara.

"Apapun itu hubungan kalian saya tidak akan melarang kedekatan kamu dengan Cilo. Tapi mungkin saya akan membatasi ketergantungan Cilo akan kamu. Saya gak mau Cilo merepotkan kamu dan Adam" lanjut Dityo

Setelah Kay yakin Dityo sudah selesai berbicara, Kay baru menjawab "Saya dan Adam benar-benar hanya teman pak"

"Ya...hanya teman" ucap Kay menekankan untuk hatinya

"Hubungan saya dan Adam sama sekali gak ada pengaruhnya untuk kedekatan saya dan Cilo. Saya sayang sama Cilo dan saya gak peduli apapun pendapat Adam"

"Bagi saya Adam hanya teman, jadi dia gak berhak mengatur-ngatur hidup saya" lanjut Kay lagi

Entah kenapa Dityo bisa melihat letupan emosi di mata Kay saat membicarakan Adam. Sangat berbeda dengan Kay yang ia lihat seminggu yang lalu saat bersama Adam. Dityo merasa tak berhak tahu apa yang terjadi dengan mereka berdua.

"Baiklah kalau memang begitu, kekhawatiran saya sudah terangkat sekarang" ucap Dityo kemudian tersenyum

"Oh ya apa kamu mau saya antar pulang sekarang? Saya khawatir nanti kamu kelelahan dan nanti jatuh sakit" ungkap Dityo

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang