lima belas

129 5 0
                                    

Ketika Kay keluar dari kamar Sasmi, Kay bisa melihat Adam mondar-mandir di tempat tak jauh dari kamar ibunya.

"Hei kok lama banget sih" sapa Adam ketika melihat Kay keluar

"Gak pa-pa Dam" ucap Kay

Adam memperhatikan wajah sembab Kay, lalu memegang pipinya "Kamu nangis? Mama ada salah ngomong ya?"

"Gak ada apa-apa Dam, aku cuma mau nangis aja" jawab Kay lalu melepas tangan Adam yang ada di pipinya

Adam diam, tampaknya Kay memang tak ingin bercerita dengan dirinya.

"Dam, kamu bisa anter aku pulang sekarang?" tanya Kay

"Ah kamu udah mau pulang, yaudah kalo gitu" ajak Adam

Kemudian setelah pamit dengan Sasmi, Kay masuk ke dalam mobil. Sama halnya seperti perjalanan pergi tadi, keduanya tak banyak berbicara. Kay sibuk dengan pikirannya, dan Adam sibuk memperhatikan Kay.

"Dam bisa kita berhenti di taman komplek rumah aku dulu?" tanya Kay

Kay sengaja memilih tempat itu, karena tempatnya yang tidak terlalu jauh dari rumahnya. Juga tempat ini dirasanya aman untuk menjadi tempat 'putus' dengan Adam.

Adam menurut, lalu membelokan mobilnya ke taman yang biasa jadi tempat mereka nongkrong ini juga.

Kay keluar dari mobil lalu menuju ke ayunan yang biasa ia mainkan. Adam lalu ikut mengisi ayunan kosong disebelah Kay.

"Sebenernya ada apa sih Na, kamu beneran serem loh dari tadi" ucap Adam akhirnya

"Dam ada yang mau aku bicarain sama kamu" ucap Kay

Adam mulai memainkan ayunannya "Ini kita udah bicara loh Na"

Kay diam tidak menjawab, hening beberapa saat lalu Kay menghembuskan nafasnya.

"Sepertinya kita berdua butuh waktu untuk saling menjauh Dam" ucap Kay

Bagai disambar petir, Adam langsung menghentikan gerakan ayunannya "Ini pasti karena pembicaraan mama tadi kan?" tuduh Adam

"Nggak, ini bukan karena orang lain. Ini memang udah jadi keputusan aku" jawab Kay

"Mau kamu apa sih Na?" tanya Adam

Kay diam tidak menjawab

"Kamu mau kita nikah?" tanya Adam

Kay masih diam.

Adam mengusap wajahnya lelah "Kalo kamu mau nikah ayo kita nikah, tapi kamu tau hubungan kita akan tetap seperti ini. Aku gak akan bisa mencintai kamu Na. Bisa-bisa aku justru menyakiti kamu"

Kay terhenyak, rasanya seperti ada palu godam menimpa kepalanya. Mendengar kata-kata itu langsung dari Adam rasanya perih sekali. Jadi sikap Adam selama ini apa salah diartikan Kay sebagai cinta? Apa selama ini kepekaannya memang salah?

Kay tidak berhenti menyalahkan dirinya, sampai kedua tangan Adam menyentuh pipinya "Apa kita selamanya gak bisa seperti ini aja Na tanpa pernikahan? Kamu tau pernikahan dan cinta gak ada dalam kamus hidupku"

Kay menghempaskan tangan Adam dari pipinya "Tapi aku enggak Dam, aku memimpikan keluarga yang bahagia"

"Well, let's build a family" ucap Adam enteng

Kay mencemooh "Kamu tau aku bukan cuma butuh membangun keluarga tapi aku juga butuh cinta di dalamnya Dam"

Adam mendengus "Kamu tau itu gak mungkin bagi aku Na"

"Kamu egois Dam" ucap Kay

Adam tekejut dengan reaksi Kay, Kay tidak pernah seperti itu terhadapnya.

Adam menghela nafas "Ya aku memang egois, tapi selama ini kamu gak pernah masalah dengan hal itu. Jadi kenapa baru sekarang Na?"

Kay mulai berang, menurutnya sudah cukup Adam yang seakan-akan terus menyudutkan dirinya "Selama ini nampaknya aku yang terlalu bodoh memahami sikap kamu Dam. Aku terlalu buta sampai-sampai yang aku lihat itu cinta. Tapi ternyata kamu cuma terobsesi sama aku"

Kay melanjutkan "Kamu tau Dam, sedetik pun selama tujuh tahun ini aku gak pernah berhenti mencintai kamu" akhirnya kata-kata itu pun keluar "Selama tujuh tahun ini aku coba mengerti kamu, mengikuti semua keinginan kamu, sambil aku berusaha merubah prinsip kamu tentang cinta dan pernikahan"

Tangisan Kay kemudian pecah "Aku pikir-....aku pikir akan ada waktu dimana kamu udah gak peduli dengan prinsip kamu itu, aku pikir kamu menyadari dan bisa mencintai aku, aku pikir-....aku pikir kita akan menikah Dam"

"Tenyata aku tinggal di balik ilusi bodoh yang aku ciptakan sendiri. Ternyata sampai kapan pun kamu gak akan pernah melupakan prinsip kamu itu. Sampai hari ini aku baru tau, ternyata kamu memang gak pernah sedikitpun mencintai aku" air mata Kay makin deras mengalir di pipinya.

Adam diam, rasa bersalah itu kemudian bergelayut di dadanya. Ternyata selama ini, wanita di depannya ini menahan semua derita selama bersama dengannya. Dia jadi berpikir apa bedanya ia dengan laki-laki itu, jika ia menyakiti orang yang ia sayangi. Tapi Kay salah, dirinya memang tidak mencintai Kay, tapi semua sikapnya selama ini tulus untuk Kay. Adam sayang dengan wanita ini.

Adam buka suara, hatinya hancur melihat tangisan Kay "Na, aku minta maaf aku salah. Tapi aku beneren sayang sama kamu Na, tulus dari dalam hati aku. Gak ada maksud apapun, apalagi aku cuma obsesi sama kamu, itu gak bener Na. Semua yang kamu pikirkan tentang aku itu salah, kamu gak seperti Nana yang aku kenal"

"Aku akui selama ini aku melarang kamu dekat dengan orang lain karena aku takut, aku takut sahabat yang aku percayai satu-satunya diambil dari aku"

"Aku gak akan rela kalo kamu pergi dari sisi aku Na, aku benar-benar butuh kamu" lanjut Adam

Hening beberapa saat, lalu Kay menghapus air matanya dan berucap "Aku butuh waktu sendiri. Jangan hubungi aku sampai kamu selesai introspeksi diri Dam, aku gak mau hubungan kita akan menghentikan masa depan yang aku impikan" lalu Kay berjalan ke arah jalanan komplek.

Adam menyugar rambutnya "Apa ini karna duda itu? Kamu mau nikah sama dia? Iya kan?"

Kay berbalik ke arah Adam "Aku udah bilang, ini bukan karena orang lain Adam!" ucap Kay sedikit berteriak

Adam diam, ia sadar dirinya sudah salah bicara. Adam melihat ekspresi Kay, wajahnya memerah menahan amarah. Adam tidak pernah melihat sosok Kay yang seemosional ini, Kay yang ia kenal selalu tenang dan dewasa. Ini pasti karena kesalahan dirinya yang membuat Kay semarah ini.

Adam menghela nafas "Aku minta maaf oke? Aku beneran salah. Kayaknya kamu beneran butuh istirahat Na, ayo aku anter kamu"

Kay menggeleng sambil menepis tangan Adam yang mencoba memegang dirinya "Gak usah, aku bisa pulang sendiri. Kamu pulang aja."

Kali ini Adam mengalah, ia sadar emosi tidak akan pernah berakhir baik pada dirinya. Penolakan-penolakan Kay pun sangat sulit bagi dirinya.

"Kalo gitu aku pulang ya, kamu hati-hati jalan ke rumahnya. Good night my Nana" ucap Adam

Kay berbalik tidak membalas ucapan Adam. Rasanya, baik hati, pikiran, dan fisiknya benar-benar kompak untuk merasa lelah saat ini. Kay butuh pulang dan segera menjauh dari sosok yang bernama Adam.

********



Vote & Komen, thanks🫰🏻

The Little MatchmakerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang