white lies.

1.4K 245 16
                                    

Bandara Incheon, Korea Selatan.

"Hyungseok-ie, maaf aku tidak bisa menemanimu lebih lama, baru saja eksekutif di Lucky Pachinko meneleponku jika ada masalah yang harus segera dibereskan"

Ryuhei menatap wajah Hyungseok dengan tatapan sedih, ia benar-benar enggan meninggalkan sisi pemuda manis tersebut dan menyerahkannya kepada Jonggun begitu saja.

Sementara Hyungseok mengibaskan tangannya pelan. Ia tersenyum maklum. "Tak apa, Ryuhei. Aku hanya perlu menunggu di cafe terdekat untuk menunggu Yuzuru-san bukan?"

Pemuda pirang itu mengerucutkan bibirnya yang membuat Hyungseok kesal. Sama sekali tidak ada imut-imutnya.

Menahan diri untuk tidak mendecih, Hyungseok tersenyum tipis ketika Ryuhei mendesis kesal begitu mendapati ponselnya kembali bersering ribut.

Menekan layar ponselnya ia pun mengumpat dalam bahasa Jepang non formal. "Tunggulah sebentar bajingan. Aku datang dalam lima menit" pukasnya lalu mengusap sisi wajah Hyungseok singkat dan melambai pergi.

"Jangan kemana-mana sampai benar-benar bertemu si sialan itu, oke? Aku pergi, akan kukabari nanti"

Ryuhei tidak memberikan kesempatan bagi Hyungseok untuk menjawab perkataannya karena pria pirang itu langsung bergerak cepat diantara kerumunan bandara.

Hyungseok mengedikkan bahu, tidak ambil pusing. Melangkahkan kaki, dia pun memilih untuk memasuki salah satu cafe dan memesan minuman disana.

Melihat papan menu, Hyungseok mengigit bibir bawahnya ragu. Mahal pikirnya. Tiba-tiba saja ingatan tentang dua tubuhnya terlintas.

Sungguh perbedaan yang sangat besar ketika mencari uang jika memiliki wajah yang tampan.

Ya... visual memang segalanya dan Hyungseok tidak menyangkal itu karena ia sudah mengalaminya sendiri.

"Uhm.. Tuan, anda ingin memesan apa?"

Seorang barista perempuan bertanya, menghancurkan lamunan Hyungseok yang tiba-tiba. Menggaruk pipinya canggung, Hyungseok memasang senyum minta maaf. Sepertinya ia sudah berdiri selama lima menit memandangi papan menu.

Ia bersyukur tidak banyak antrean di tengah malam seperti ini. "Ah, maaf... Ice Americano ukuran biasa"

Barista tersebut tersenyum dan segera memproses pesanan Hyungseok setelah sebelumnya ia memberikan kartu debit pemberian Mitsuki sebagai alat pembayaran. Sambil menunggu, ia mengedarkan pandangan ke sekitar.

Suasana cafe di bandara Incheon lumayan lengang, mengingat ini sudah tengah malam dan belum masuk musim libur nasional.

Ah, akhirnya dia kembali ke tanah kelahirannya huh?

Sejujurnya ini adalah pertama kalinya Hyungseok melihat bandara terbesar di Seoul. Benar, sebelumnya juga merupakan pengalaman pertamanya naik pesawat.

"Tuan, ini kopi An—T-tuan, apakah Anda baik-baik saja?" Barista tersebut menatap wajah Hyungseok yang tiba-tiba memerah.

Menggeleng, Hyungseok mengambil Es Amerikanonya sambil menutupi separuh wajahnya. "Tidak apa-apa, terima kasih, Nona" bisiknya lalu mencari tempat duduk di sudut cafe, mencoba menjauh dari beberapa orang yang ada di sana.

Mendudukkan diri di sofa berwarna hitam, Hyungseok meletakkan es kopinya di meja lalu menutupi wajahnya dengan dua tangan.

Entah mengapa ia merasa aneh dengan dirinya sendiri. Sebenarnya ia berpikir bahwa ini adalah salah satu fase penyesuaian diri berada di raga lain yang sebelumnya memiliki pemilik. Berbeda dengan tubuh keduanya.

Hyungseok menghela napas ketika memori dimana ia mengalami serangan panik ketika pesawat yang ia naiki bersama Ryuhei lepas landas di Bandara Haneda.

Tangannya berkeringat dan napasnya memendek dan tentu saja Ryuhei menyadari itu. Sampai sepanjang perjalanan pria berhelai cerah yang duduk disampingnya enggan melepaskan genggaman tangannya pada Hyungseok dan seolah terbiasa menangani perilaku seperti ini.

morally grey | nomen ft. jonggun x hyungseok [✅️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang