shadowed.

1.2K 211 5
                                    

Hyungseok berangkat ke sekolah seperti biasa setelah meliburkan diri selama seminggu.

Sebenarnya ia merasa tidak masalah jika harus berangkat sehari setelah dipaksa beristirahat oleh Jonggun, tetapi Ryuhei memaksanya untuk tetap tinggal dirumah selama 7 hari ke depan dengan dalih menemani pria berhelai cerah itu.

Siapa dia untuk menolak hal tersebut? Sebenarnya, ia juga cukup nyaman bermalas-malasan dirumah.

Selain itu, kegiatannya bersama Ryuhei dan Jonggun membuat ia teralihkan dengan ingatan terkait Jiho.

"Apa yang kau pikirkan sampai alismu berkerut seperti itu?"

Hyungseok tersentak ketika menoleh dan mendapati Zin sedang menopang wajahnya seraya menatap Hyungseok lamat.

"Bukan apa-apa" balas Hyungseok sambil mengulas senyum yang direspon dengusan.

Zin kembali mengalihkan wajahnya dan menatap ke papan tulis yang masih bersih tidak bernoda. Sejenak, Hyungseok juga mengikuti arah pandang Zin, lalu tatapannya jatuh pada kursi kosong yang biasa ditempati oleh Choi Soojung.

Nampaknya wanita itu masih absen kegiatan sekolahnya sampai sekarang.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?"

Zin tiba-tiba menanyakan kondisi Hyungseok dan bahkan pria itu tidak mencoba menatapnya sama sekali.

Tertawa pelan, Hyungseok menarik nafasnya panjang. "Sejujurnya, aku tidak akan mengakui kalau mentalku baik-baik saja, tetapi setidaknya itu lebih baik dari yang sebelumnya"

Lelaki bernama lengkap Lee Jinsung mengangguk. "Baguslah"








"Seok-ie! Mau pulang bersama?" Haneul dengan senyum manisnya menatap Hyungseok penuh harap dan dengan sopan ia menolak ajakan tersebut.

Masih ada tempat yang perlu dia kunjungi setelah pulang sekolah. Selain itu, menghindari agar tidak pulang kemalaman dan membuat repot Ryuhei serta Jonggun maka dia harus bergegas.

"Maaf Haneul-a, aku harus pergi ke suatu tempat. Lain kali saja?" tawar Hyungseok dengan senyum sungkan yang langsung direspon antusias oleh Haneul.

"Tentu, bukan masalah! Berhati-hatilah, Seok-ie!"

Hyungseok melambai sebelum melangkahkan kaki, tetapi ucapan Mijin membuat ia mengurungkan niat. "Haruskah Zin menemanimu, Seok-a?"

Lelaki tampan yang senantiasa berdiri di sebelah Mijin mengerenyit. "Kenapa aku?"

Hyungseok terkekeh. "Tidak, terima kasih atas tawaranmu Mijin-a. Lebih baik Zin mengantarmu dan Haneul pulang. Aku akan baik-baik saja"

"Oh, benarkah?"

Hyungseok dapat melihat sorot mata Mijin yang nampak khawatir tetapi segera ditutupi dengan ekspresinya yang seperti biasa.

"Kalian bisa percaya padaku. Kalau begitu, aku pergi. Hati-hati di jalan kalian bertiga!"

Setelahnya, Hyungseok berbalik dan melambaikan tangan singkat. Membiarkan dua wanita dan satu pria disana terdiam menatap punggung Hyungseok yang menghilang di tikungan gerbang.

"Mijin-a, kamu juga melihat Seok seperti Hyungseok kan?" Haneul bertanya kepada Mijin yang tersenyum sedih sementara Zin tidak mengatakan apapun.

Menghela nafas, ia melangkah mendahului keduanya. "Terkadang aku berusaha untuk melihat Seok sebagai dirinya sendiri tapi nampaknya agak sulit. Mereka seperti orang yang sama, hanya saja berbeda"









Tempat yang hendak Hyungseok tuju adalah rumah lamanya. Tetapi ia terlalu terdistrak dengan hal-hal yang sudah lama tidak ditemuinya. Sesekali dia akan berhenti di warung yang menjual street food.

morally grey | nomen ft. jonggun x hyungseok [✅️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang