graced destiny.

1.2K 225 12
                                    

"Apa aku mengenalmu?"

Vasco menatap Hyungseok yang kini bertubuh Keisuke dengan bingung.

"E-eh... y-ya? T-tidak juga, maksudku siapa yang tidak ...mengenalmu?"

Mendengar itu keluar dari bibir Hyungseok sontak membuat mata Vasco berbinar. Sebenarnya, tidak ada maksud untuk menyanjung, tapi karena Vasco menganggap ucapannya begitu maka biarlah.

Terkekeh dengan sorot kekanakan, lengan Vasco yang tadinya melingkar di pinggul Hyungseok berpindah menepuk-nepuk bahunya.

"Hehe, kau ini. Oh ya, wajahmu seperti bukan berasal dari lingkungan sekitar. Apakah kau anak baru?"

Hyungseok mengigit bibir bawahnya. Haruskah ia memberi tahu? Ia melirik manapun asal tidak menatap wajah Vasco karena siapa yang tidak lemah ketika ditatap dengan binar kekanakan yang murni itu.

Ia juga masih memiliki hati nurani untuk tidak membohongi orang sepolos Vasco.

"Er.. mungkin?"

Jawaban ambigu yang diucapkan Hyungseok membuat pria bernama lengkap Lee Euntae itu mengerenyit. Tetapi, sebelum dia sempat mengucapkan sesuatu lebih banyak, Hyungseok sudah keburu menundukkan kepala singkat lalu berbalik arah.

"Semoga kita bertemu lagi, Vasco!" ujar Hyungseok dengan senyum lebar lalu berlari menjauhi kawasan sekolahnya.

Satu hal yang ia minta. Semoga saja dia adalah Vasco yang memang Hyungseok kenal.








Langkah kaki Hyungseok lagi-lagi membawanya ke tempat yang membuatnya merasakan nostalgia. Matahari sudah semakin tenggelam dan kurang dari satu jam pasti langit akan menggelap.

Kini, Hyungseok berada di rumah lamanya yang ia tempati bersama tubuh keduanya.

Ia bisa melihat ada beberapa tangkai bunga krisan putih yang mengering dan segar. Juga foto tubuh keduanya bersama teman-temannya ketika festival berlangsung.

"Ah..." Pelupuk mata Hyungseok terasa penuh. Ia memutar kenop dan pintu di hadapannya pun terbuka, menampilkan ruangan kosong yang berdebu.

"Kurasa aku sudah benar-benar mati" bisiknya lirih seiring dengan mengalirnya air mata dari salah satu iris cokelatnya.

Hyungseok memindai ruangan tersebut dengan perasaan hampa dari ambang pintu. Tumpukan buket bunga yang mengering sudah pasti mengindikasikan apa yang dia pikirkan.

Belum sempat melangkahkan kaki untuk masuk ke dalam, tepukan di bahunya membuat ia tersentak dan refleks menoleh lalu melayangkan tinju perlawanan.

Merasa bahwa ia meninju udara kosong, justru sekarang Hyungseok merasakan jemari kuat beralih melingkari batang lehernya.

Laki-laki yang tidak asing menatapnya dengan ganas, tak lupa desisan berbahaya yang terkesan mengancam. "Kau siapa?"

Cengkeraman di leher Hyungseok kian erat, ia beranggapan dengan tubuh ringkih Keisuke pasti akan meninggalkan bekas.

"Kh—l-lepas" Hyungseok meremat pergelangan laki-laki di hadapannya dengan kedua tangan. Batinnya menjeritkan berbagai umpatan kepada tubuh Keisuke yang begitu lemah tidak bertenaga.

Sebulir air mata kembali lolos dari pelupuknya dan sontak membuat si pelaku pencekikan melepaskan tangan dengan segera.

Suara batuk mendominasi lingkungan sepi dan Hyungseok berebut menghirup napas yang sebelumnya diputus paksa oleh laki-laki ini.

"Biar kutanya sekali lagi. Siapa kau? Kenapa kau bisa berada di sini dan membuka rumah ini?!" Pria itu menarik kemeja Hyungseok tanpa menghiraukan bekas jemari yang tercetak di leher yang merupakan ulahnya.

morally grey | nomen ft. jonggun x hyungseok [✅️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang