Jentikkan jari Dewa

4 0 0
                                    

" Aku baru saja datang sejak kau teriak-teriak tadi , dan memang aku mau tidur disini " Ujar Jee sambil naik ke ranjang Joon dan tidur di sebelah Joon.

" Omo..kau akan tidur disini setiap hari ? " Joon salah tingkah.

" Tidak , gantian saja kau tidur di kamar ku nanti " Jee menatap Joon.
" Kenapa wajah mu tegang begitu ? ahahahah tenang aku tak akan macam-macam " Jee terkekeh dan memeluk Joon.
" Ayo tidur , aku besok harus bekerja lagi "  Ujar Jee sambil memejam kan mata nya.

" Emm Jee  , sebelum kau tidur dengarkan aku dulu , besok antarkan aku ke rumah orang tua Joon ya.." Joon ingat pesan Dewa.

" Mmmm nee akan ku antar sebelum masuk kerja..kau bangun pagi ya " Ujar jee terkantuk-kantuk.

-*-

Pagi nya Jee mengantarkan Joon kerumah orang tua Joon , Jee meninggalkannya bekerja .
Ibu Joon membawa nya masuk rumah dan berkeliking sebentar .

" Bagaimana , nak ...apa kau ingat sesuatu ? " Ibu Joon merangkul nya duduk.

" Tidak , bu.. Aku tak ingat apa-apa . Tapi aku kesini karena ingin bicara dengan ibu dan ayah .."  Joon mulai bicara.

Ayah dan Ibu Joon mendengarkan serius.
" Aku tak ingat apa-apa tapi ku dengar dari Jee bahwa aku dan kalian sempat berseteru.. Aku tidak ingat masalah nya apa.. Tapi maafkan lah kesalahanku , tak seharus nya aku pergi dari rumah " Ujar Joon menunduk.

" Kami juga salah terlalu memaksa kan keinginan kami padamu..kau tak tertarik dengan bisnis keluarga kita , dan lebih memilih jadi pegawai kantoran biasa...ayah memang marah , tapi tak seharusnya juga berlaku kasar padamu waktu itu , mianhae anak ku " Ujar ayah Joon menepuk pundak Joon .

" Nee ayah , ibu...maaf kan Joon juga..lagi pula setahuku Joon saat ini sudah naik posisi manager , mungkin Joon...eh maksud ku.. Mungkin aku ingin belajar mandiri saja tanpa bantuan ayah dan ibu " Joon tersenyum pada Ayah dan ibunya. Mereka berpelukan.

' Dewa , aku sudah menyelesaikan tugas ku ' Batin Moa berharap hukumannya berakhir.

-*-

Joon terus mengirimi pesan pada Jee untuk menjemputnya dari rumah orang tua Joon.

" Kenapa tak menginap saja ?" Jee membalas pesan.
" Aku tidak terbiasa , dan entah kenapa aku gelisah jauh darimu " Jawab Joon.
" Sungguh begitu ? Baiklah akan ku jemput pulang kerja nanti " Jee tersenyum membalas pesan Joon .

' Kenapa aku jadi tak terbiasa tanpa Jee ? Kenapa aku selalu bergantung pada Jee ? Aku tak ingin jauh dari nya '

Setelah Jee selesai bekerja , ia menjemput Joon . Joon kini hanya memakai tongkat Kruk untuk berjalan . Jee dengan sabar membantu Joon duduk di mobil.

Joon memperhatikan semua yang Jee lakukan padanya ' Kau begitu penyabar dan tulus , membuat hatiku luluh sejak awal , Jee bisa kah kau mencintaiku ? ' Batin Moa terasa sesak menerima kenyataan .

Setelah sampai apartemen , Jee dan Joon makan bersama .Dan tidur bersama pula .

Hari demi hari terlewati , tak terasa berganti bulan , Hingga Joon dapat berjalan tanpa bantuan tongkat .

Moa dalam tubuh Joon tak pernah mengeluh lagi , ia sudah terbiasa dengan keadaannya sekarang , dan Dewa pun lama tak muncul .
Dan Moa semakin nyaman bersama Jee .

' Aku terjebak , tak bisa keluar . Tapi aku terlena dengan cara nya memperlakukanku .
Harus kah aku kembali atau tetap begini ? ' Batin Moa yang mulai bimbang .

"Jee , apa Joon yang sesungguh nya tahu tentang perasaanmu ? " Tanya Moa dalam raga Joon , sambil memeluk Jee di sofa .

" Mungkin tidak , yang dia tahu aku menyayanginya sebagai teman " Jee menatap sosok Joon di pelukannya.

" Aku benar- benar menyukai mu , jika aku kembali sebagai Moa ..apa kau bisa mencintaiku ? " Moa mulai berharap.

" Mungkin saja,temui aku jika itu terjadi , aku sadar saat ini aku hanya memeluk raga Joon , bukan memeluk hatinya...dan aku sadar ada kau yang mencintaiku . Jadi coba lah temui aku nanti " Ujar Jee pasrah.

-*-

Tak ada Tanda-tanda Dewa datang , sampai suatu malam sesuatu terjadi. Jentikan jari sang Dewa samar-samar terdengar .

. . . ⇢ ˗ˏˋ Bersambung ࿐ྂ

Bukan DirikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang