12. Halo, Musim Panas!

3 0 0
                                    

Keiko menggigit bibir bawahnya dengan senyum menyeringai. Kedua matanya menatap Keisuke dengan pandangan meminta maaf. Dia tahu bahwa dirinya adalah orang yang ceroboh. Bisa-bisanya dia mengundang Gin di saat seperti ini. Gadis itu tahu, jika Gin tengah berusaha mendekati Sayo, entah dengan maksud apa. Harusnya mulutnya bungkam. Akan tetapi, bagaimana lagi? Keiko sedikit lemah jika menyangkut soal pria itu.

Demi mendengar nama Gin disebut oleh Keiko, Sayo pun teringat dengan mimpinya tentang Mume semalam. Sampai saat ini, dia tidak mengerti kenapa perempuan ningrat itu terus mendesaknya untuk mendekati Gin. Bahkan Sayo hampir dibunuh karena menyuruhnya pergi. Dadanya masih sesak dan gemetar. Dia benar-benar merasa peristiwa tersebut bukan hanya sekadar bunga mimpi. Namun, sungguhan terjadi.

Saat tangan Mume meraih leher dan mencekiknya hingga Sayo hampir kehilangan napas, gadis itu merasakan ada sesuatu yang menolongnya. Sebuah tangan yang menariknya kuat sampai terlepas dari cengkeraman Mume. Lalu, perempuan cantik yang berubah wujud menyeramkan tersebut pun seakan terpental jauh darinya.

“Sayo-chan!” panggil Keiko seraya mengguncang lengannya. “Kau tidak apa-apa, kan?”

Sayo tergelagap. Bola matanya menggulir dengan cepat ke arah Keiko. “Apanya?”

“Gin-san akan datang kemari. Kau tidak apa-apa, kan?”

“Aku?” Sayo tidak tahu harus menjawab apa. Jika bertanya pada hatinya yang sebenarnya, maka dia memilih untuk jauh-jauh dari pria penguntit nan mesum itu. Namun, mimpinya semalam membuatnya sedikit takut jika Mume benar-benar akan membunuhnya.

Kini, pandangan Sayo berubah arah ke Keisuke yang masih sibuk memasak. Entah apa yang ada di pikirannya. Laki-laki itu seakan menulikan telinga saat Keiko berkata bahwa Gin akan datang.

“Ya, sudah.” Keiko menggidikkan bahu tepat di saat Gintaro tiba-tiba menggonggong keras. Anjing ras murni asli Jepang itu bangun dan mengibas-ngibaskan ekornya dengan riang. Keempat kakinya melangkah tergesa ke arah pintu depan yang tak lama kemudian terdengar bunyi bel menggema.

“Itu pasti Gin-san. Aku akan membukakan pintu,” ucap Keiko seraya berdiri dan menghampiri Gintaro yang terus menyalak di depan pintu. Diusirnya anjing putih itu agar menyingkir dari sana.

Gintaro pun patuh. Ia sedikit menjauh dan duduk dengan manis sambil menatap ke arah Keiko. Seperti hendak menunggu-nunggu kedatangan seseorang di luar sana.

Pintu depan dibuka dan sosok Gin yang pagi ini terlihat santai dengan mengenakan kaus pun masuk. Wajahnya tampak semringah dengan lengkungan yang terus menghiasi bibirnya. Langkah ringannya menjelaskan bahwa pria itu sedang bahagia. Akan tetapi, mendadak kakinya terhenti ketika suara salakan mampir ke telinganya. Spontan dia menoleh dan mendapati Gintaro yang melihat ke arahnya. Kedua mata anjing itu berbinar-binar dengan lidah yang menjulur keluar. Seketika Gin pasi.

“Jangan ke sini, Anjing Baik!” ucap Gin waspada tatkala melihat Gintaro berdiri pada keempat kakinya dan mengibas-ngibaskan ekornya.

Gin merapat ke dinding dengan mata waspada yang terus mengamati Gintaro. Memberikan tatapan tajam agar anjing tersebut tidak mendekatinya. Napasnya mulai tidak teratur kala  hewan itu tidak mengalihkan pandang kepadanya. Lalu, hal yang tidak dia inginkan pun terjadi. Dengan sekali lompatan, Gintaro berhasil menerkam tubuh Gin yang menyebabkan pria itu langsung terjatuh dengan wajah pucat pasi. Tak ayal lagi, Gin berteriak-teriak dan berusaha menyingkirkan Gin dari atas tubuhnya. Ini tidak boleh terjadi.

Panik. Keiko dan Keisuke yang melihat itu semua pun segera menarik Gintaro yang sedang asyik menjilati wajah Gin. Keisuke bahkan langsung membawa anjingnya ke teras belakang dan mengikatkan kekang padanya. Sedangkan Keiko membantu Gin yang masih setengah terbaring di lantai dengan wajah terkejut.

Return Of The Plum Blossoms [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang