19. Arena Pertarungan

3 0 0
                                    

“Lama tidak berjumpa, Yoshizuki,” desis Mume dengan suara rendah disertai seringai yang menghiasi bibirnya.

Rahang Keisuke yang tiba-tiba datang menerobos itu pun mengeras. Tatapannya tajam ditujukan untuk sosok yang kini ada di himpitan lengannya. Ekspresinya benar-benar seperti ingin menelan Mume bulat-bulat saat itu juga.

“Ini bukan waktunya untuk bernostalgia!” geram pria berkacamata itu. Napasnya masih tersengal-sengal. Saking terburu-burunya, dia tidak tahu lagi berapa kecepatan yang ditunjukkan spedometer saat melajukan mobilnya menunju ke apartemen milik Sayo. Pikirannya hanya terfokus agar sampai di sini secepatnya. Bahkan dia tak sadar melewati dua-tiga anak tangga sekaligus ketika harus mencapai lantai dua gedung ini.

“Kau tidak merindukanku?” tanya Mume kembali dengan suara tertahan karena himpitan lengan Keisuke yang tepat berada di lehernya.

“Untuk apa aku merindukan iblis sepertimu?” Keisuke kini melepas himpitannya dan menarik kerah baju yang dikenakan Mume ke atas.

“Kau berubah kejam sekarang.” Mume memasang ekspresi memelas di wajahnya. Sepasang matanya berubah sayu seakan meminta perhatiannya.

“Jangan mencoba merayuku!” desis Keisuke muak. “Aku bukan Yoshizuki yang mudah terlena karenamu. Cepat keluar dari tubuh Kobayashi-san!”

“Setelah mengurungku selama seribu tahun di pohon sialan itu, kau pikir aku akan mematuhimu?” Wanita itu mendengkus kesal. Triknya ternyata tidak mempan untuk Keisuke. Sepasang mata berbentuk almon tersebut memicing penuh kebencian.

“Tidak usah banyak bicara! Cepat keluar dari tubuh Kobayashi-san sekarang! Atau aku yang akan mengeluarkanmu dengan paksa,” gertak Keisuke semakin kesal karena Mume tidak berniat mendengarnya.

“Kau benar-benar menyukai gadis membosankan ini rupanya,” ejek Mume yang berhasil membuat Keisuke naik pitam.

Cengkeraman tangan Keisuke kini beralih lagi pada leher kecil Mume. Mengeratkannya hingga wajah itu berubah pasi. Tubuhnya meronta-ronta karena akses jalan masuk udara ke paru-parunya dihambat.

“Hentikan, Keisuke! Kau bisa membunuh Kobayashi,” seru Gin yang sedari tadi luput dari perhatian Keisuke.

Gin meraih tubuh Keisuke dan menariknya ke belakang. Berusaha menyadarkan laki-laki tersebut dari pengaruh Mume yang sengaja memancing emosinya. Tentu saja keuntungan bagi Sang Onryo jika tubuh yang dia tumpangi kehilangan nyawa. Dia bisa berkuasa penuh atas raga itu.

Keisuke pun tersadar akan niat Mume agar dirinya membunuh Sayo. Dia lalu menyentak tangannya dengan kasar dari leher Mume yang langsung merosotkan tubuh dan terbatuk-batuk dengan seringai mengerikan. Laki-laki itu mengambil jarak beberapa langkah untuk mengatur kembali deru napasnya yang berantakan.

Sepasang mata di balik kacamata itu bergulir ke arah Gin. Tatapannya menyiratkan sesuatu, seakan ingin memberi sebuah isyarat tanpa kata-kata. Tak perlu waktu lama bagi kitsune tersebut untuk mengetahui arti pandangan yang diberikan Keisuke. Dia pun mengangguk mantap.

Mendapatkan persetujuan, membuat Keisuke langsung menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Sebuah mantra pemanggil didarasnya sebentar, sebelum mulutnya melafalkan sebuah nama, “keluarlah, Gintaro!”

Kepulan asap putih mendadak muncul. Awalnya tipis, lalu berangsur menebal hingga membentuk satu sosok roh pelayan milik Keisuke; Gintaro. Tubuh anjing itu menyala, berhias besi zirah di beberapa bagian. Wajahnya yang biasa terlihat manis, berubah menyeringai dengan ekspresi angkuh.

“Rupanya iblis itu telah berhasil menguasai tubuhnya,” ucap Gintaro dengan suara besar yang menggelegar, memenuhi langit-langit apartemen.

“Kita akan lakukan sesuai rencana, Gintaro,” perintah Keisuke yang ikut bersiap-siap. Begitupula dengan Gin yang telah mengubah wujudnya menjadi siluman rubah dalam sekejap.

Return Of The Plum Blossoms [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang