Part 5: Jalan Keluar

726 66 31
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Kamu bisa melewati semua masalah dengan mudah, asalkan kamu percaya kalau kamu bisa melewatinya."

-Naura Himmatul Kaafi-

🕊️


"Ra?"

Wanita yang baru selesai mengganti pakaiannya berbalik. Ia sedikit terkejut melihat Ochi yang sudah berdiri di belakangnya. "Kamu udah lama di sini?" tanyanya.

Gadis yang berprofesi sebagai perawat itu hanya tersenyum. Ternyata dialah yang sempat mendengar curhatan Naura barusan. Itupun karena tidak sengaja.

"Enggak lama banget, sih. Kebetulan aku liat kamu di sini," balasnya. "Kamu baru selesai ganti baju, ya?"

Naura mengangguk cepat. "Kamu mau ke masjid 'kan?"

"Aku lagi libur, Ra."

"Oh, gitu. Ya sudah Chi, aku ke masjid dulu, ya."

Ochi mengangguk seraya mengamati bayangan temannya yang perlahan menjauh. Helaan napas panjang seketika keluar dari mulutnya.

"Kamu wanita hebat, Ra. Aku yakin, Tuhan pasti ngasih pendamping yang hebat juga buat kamu," gumamnya melangkah ke arah yang berlawanan.

***

Dengan gerakan yang dipercepat, Naura berhasil sampai masjid sebelum jamaah dimulai. Ia melongoskan kepala ke arah mimbar, lalu tersenyum lebar. Dokter itu masih duduk di salah satu sajadah dengan kepala tertunduk.

"Apa dia lagi zikir, ya?" gumam Naura ketika selesai mengenakan mukena.

Wanita itu berpikir sebentar. Apakah dia perlu memanggil dokter itu dan memintanya untuk memulai sholat? Namun itu terkesan tidak pantas.

"Duh, gimana ya?" Naura bingung sendiri. Alhasil, ia memilih untuk sholat sunah qobliyah dulu sebelum sholat wajib dilaksanakan. Beruntung, begitu salam ada seorang dokter perempuan yang datang untuk berjamaah.

"Dokter Yudha, mau jamaah, kan?" tanya wanita di samping Naura.

Oh, jadi namanya Yudha. Nama yang bagus. Batin Naura diakhiri senyum.

"Sok atuh, Dok." Wanita yang berbeda dua tahun dengan Naura itu kembali bersuara, sekaligus memberi kode agar sholat segera dilaksanakan.

Meski penglihatannya dibatasi tirai hijau, Naura bisa melihat laki-laki baik tadi mengangguk. Setelah itu, ia langsung berdiri dan merapikan shaf. Ketika akan memasang niat, matanya 'tak sengaja melihat ke arah Yudha yang juga sedang melihat ke arah mereka. Merasa tidak pantas, Naura langsung menundukkan kepalanya.

Allahu Akbar

Begitu niat terpasang mantap dalam hati, Naura sudah membaurkan diri dan pikiran agar bisa larut dalam bacaan sholatnya. Setiap rukunnya sebisa mungkin dipahami maknanya. Karena dengan cara itu, ia bisa merasakan kekhusyuan dalam sholat yang tengah dikerjakan.

Enam menit berlalu, Naura berhasil menyelesaikan kewajibannya. Kini, ia tengah memainkan jemarinya untuk berzikir, dilanjut dengan doa. Dalam keheningan masjid, ia memohon kepada Tuhannya, mengadu atas apa yang baru saja menimpa, serta meminta jalan keluar.

Sebelum mengakhiri doa panjangnya, ia menyempatkan diri untuk berpikir sebentar. Ia berusaha memantapkan hati untuk menerima pilihan yang akan ia ambil. Berharap setelah ini, setiap langkahnya akan senantiasa diiringi dengan keberkahan dan kemudahan.

Pembantu Halal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang