Part 14: Surprise

654 64 17
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Ketika seseorang peduli denganmu, maka ia akan menasehati dan menenangkan perasaannmu."

-Naura Himmatul Kaafi-

🕊

[Guys, sebelum baca part ini jangan lupa siapin Snack, ya. Panjang soalnya 😌]

...

Cukup lama berdiri di depan pintu bercat krem ditambah pergelangan tangan yang mulai pegal, akhirnya Naura memilih untuk kembali ke dapur. Niat untuk memberikan minuman hangat buatannya terpaksa diurung karena keadaan yang tidak memungkinkan.

Sejak tadi sore, ia memang berencana untuk membuatkan sesuatu untuk Alby sebagai ucapan terima kasih. Berhubung ia tahu kalau laki-laki itu menyukai wedang jahe campur susu, maka Naura membuatkannya.

Namun, minuman yang harusnya untuk Alby malah diminum sendiri olehnya. Padahal, Naura sangat bersemangat untuk mendengar komentar Alby tentang wedang buatannya, tapi sepertinya ini bukan waktu yang tepat.

Sebenarnya, Naura sudah melihat raut kesedihan yang tidak biasa dari laki-laki itu sejak ia keluar dari mobilnya. Naura tahu itu karena dia tidak sengaja membuka gorden kamar untuk melihat siapa yang baru saja datang.

Awalnya Naura hanya mengira bahwa raut wajah itu disebabkan karena kecapean akibat seharian di rumah sakit dan mengurusi pasien, ternyata bukan itu yang membuat Alby memasang muka seperti tadi.

"Apa dia akan menangis setiap kali merindukan wanita itu?" gumam Naura mengingat hal yang ia dengar di balik pintu.

Benar, dia sempat mendengar Alby memanggil nama Ayla, wanita yang pergi beberapa tahun lalu. Wanita cantik yang ia lihat di layar laptop waktu itu. Seorang wanita yang berhasil menanam luka di hati Alby.

"Pasti berat banget jadi dia," lirihnya kini dengan pandangan yang menatap ke arah tangga. Berharap laki-laki itu akan keluar dan mengomeli dirinya seperti biasa. Sayangnya, apa yang diharapkan Naura tidak terjadi. Tempat itu masih sunyi dan semakin hening karena hanya dia yang masih duduk di sana.

***

"Pak Alby," panggil Naura pagi-pagi sekali.

Sejak semalam ia tidak hentinya memikirkan keadaan laki-laki itu. Bukan bermaksud apa-apa. Naura hanya khawatir Alby akan sakit karena tidak keluar sepanjang malam.
Beruntung hari ini bu Sintya ada acara lamaran ponakannya. Jadi, ia bisa memastikan Alby baik-baik saja karena tetap di rumah sampai sore.

"Pak Al-"

Belum selesai memanggil nama itu, pemiliknya sudah membuka pintu dan berdiri di depan Naura dengan pandangan datar seperti biasa.

"Kenapa?" tanyanya terdengar ketus.

Naura tidak menghiraukan hal tersebut. Spontan ia langsung mendongak dan melihat mata laki-laki di depannya. Helaan napas lega berhasil keluar dari mulutnya.

Syukurlah dia baik-baik saja. Batin Naura diakhiri senyum tipis.

Tersadar belum menjawab pertanyaan tadi, Naura langsung mengalihkan pandangan sekaligus menyusun kata-kata yang masuk akal untuk diberikan pada Alby.

Pembantu Halal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang