Part 20: Perempuan Kuat

775 64 10
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Segala hal yang datang dan pergi dalam hidup ini pasti memiliki makna yang begitu berharga dalam hidup. Yang datang mengajarkan kita untuk ikhlas menerima. Yang pergi mengajarkan kita bahwa yang ada bersama kita sekarang harus benar-benar dihargai."

-Naura Himmatul Kaafi-

🕊

Baru pukul tiga sore ketika seluruh rangkaian acara istimewa itu selesai. Sebenarnya, pesta pernikahan Alby dan Naura sudah usai satu jam yang lalu, tapi mereka dan keluarganya baru pulang ke tempat masing-masing sekitar pukul setengah dua.

Sekarang, baik Alby maupun Naura belum bisa diberikan waktu istirahat karena harus mengerjakan beberapa urusan. Alby yang akan mengantar orang tuanya ke bandara karena Khalif mendapat urusan mendadak dan tidak bisa ditinggal. Sedangkan Naura harus membereskan barang-barangnya yang baru saja ia bawa ke rumah Alby.

Padahal Alby bisa saja menyuruh sopir lain untuk mengantar orang tuanya, tapi ia tidak mau. Naura pun sebenarnya bisa membereskan barang-barangnya nanti, tapi ia khawatir tidak punya cukup waktu besok karena harus menjaga neneknya.

"Maafkan Mama, ya, Sayang. Mama harus pergi sekarang. Padahal Mama pengin banget makan masakan kamu setiap hari," kata Kaila tidak ingin meninggalkan Naura di sana. Wanita itu ingin sekali menghabiskan waktunya bersama satu-satunya putri baru di keluarganya, tapi dia tidak tega membiarkan suaminya pergi seorang diri.

Naura tersenyum demi menghilangkan rasa bersalah pada ibu keduanya itu. "Mama enggak usah minta maaf. Nanti 'kan bisa ketemu lagi. Mama tetap jaga kesehatan, ya. Jangan lupa makan dan istirahat yang banyak."

"Pasti, Nak. Kamu juga baik-baik ya, di sini. Kalau Alby nakal, langsung telpon Mama. Oke?"

Naura mengangguk dan langsung memeluk Kaila. Tingkah keduanya tidak luput dari perhatian dua laki-laki yang berdiri di depan mobil.

"Kok bisa, ya, istri kamu mirip banget sama tingkah Mama kamu waktu remaja?" gumam Khalif. Sedangkan Alby yang masih memfokuskan pandangan ke depan hanya membalas dengan senyum.

Lima menit sampai sepuluh menit memerhatikan dua bidadari surga itu, Khalif lantas memanggil istrinya sebelum mereka ketinggalan pesawat.

"Mama berangkat dulu, Sayang," sahut Kaila dari dalam mobil seraya melambaikan tangan pada Naura.

"Hati-hati, Ma."

"Al, jagain putri Mama. Jangan sampai kamu buat dia enggak nyaman sama sikap kamu," pesan Kaila pada putra semata wayangnya.

Sosok yang diberi pesan langsung mengangguk. "Iya, Ma."

Alby menutup bagasi mobil setelah semua barang orang tuanya dimasukkan ke sana. Sebelum ikut masuk, laki-laki itu menghampiri Naura. Ia ingin menyampaikan sesuatu yang belum sempat tersampaikan tadi.

Namun, bukan Alby namanya jika mengutarakan sesuatu secara gamblang. Dia pasti akan diam beberapa saat dengan ekspresi datarnya. Sampai orang yang ada di depannya dibuat bingung setengah mati menunggu apa yang ingin dia sampaikan. Sama seperti Naura sekarang.

"Kenapa liatnya kayak gitu, Pak?" cicit Naura ketika sosok itu 'tak kunjung bersuara.

"Ada yang ingin saya katakan."

"Apa?"

Satu detik.

Tiga detik.

Lima detik.

Pembantu Halal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang