Part 25: Ungkapan Rasa

1.6K 99 20
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Ketika hati sudah memilih, maka raga sekuat tenaga akan menjaga pilihan itu. Dan aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu, istriku."

-Khalifi Alby Fachri-

🕊

Sebelum matahari beranjak ke permukaan, Felisya cepat-cepat keluar dari rumah sakit agar tidak bertemu dengan Alby. Bisa-bisa, ia akan mendapat tatapan tajam lagi dari laki-laki itu.

Felisya bernapas lega setelah berhasil sampai di parkiran. Sayangnya, kelegaan itu hanya bertahan sementara sebelum akhirnya kedatangan Yudha membuatnya sedikit terkejut.

"Dokter Yudha mau pulang juga?" tanya Felisya.

"Saya hanya ingin mengatakan sesuatu sama kamu," kata Yudha dengan wajah datar.

Felisya bisa merasakan suhu di sekitarnya mulai dingin karena ucapan Yudha tadi. Perasaannya pun semakin tidak karuan.

"Dokter mau ngomong apa?" tanya Felisya ragu.

Sebelum bersuara, Yudha berjalan beberapa langkah ke tempat Felisya. Hal itu membuat Felisya mundur ke belakang sampai membentur mobilnya.

"Dok?"

"Saya sudah tahu apa yang kamu perbuat pada Naura dan itu sangat tidak patut dilakukan oleh seorang calon dokter spesialis seperti kamu. Harusnya kamu tahu kalau perbuatan itu membahayakan nyawa orang lain, Felisya," tegur Yudha membuat kekesalan perempuan itu kembali menguar.

"Bisa enggak sih, Dokter tidak usah membahas perempuan itu? Saya heran, kenapa Dokter begitu peduli sama istri sahabat Dokter sendiri? Apa jangan-jangan, Dok-"

"Saya lakukan ini karena kamu memang salah. Saya bisa saja memberi tahu direktur ataupun residen kamu tentang perbuatan kamu," sungut Yudha berhasil membuat perempuan itu bungkam.

"Saya tidak akan pernah membiarkan kamu menganggu Naura lagi. Ingat itu!"

Seperti Alby, Yudha juga pergi meninggalkan perempuan itu setelah memberikan peringatan. Sungguh, ia tidak rela jika perempuan yang masih disayanginya terluka gara-gara orang lain.

"Dasar orang-orang aneh! Bisa-bisanya terobsesi dengan wanita seperti Naura," cibir Felisya yang langsung mobilnya dan keluar dari tempat itu.

Butuh waktu satu jam untuk Felisya sampai rumahnya. Seperti biasa, kondisi rumah di jam seperti itu masih sepi karena papanya pasti sedang olahraga di halaman belakang.
Berhubung ia merasa seluruh badannya pegal karena jaga semalaman, Felisya langsung masuk tanpa mengucap salam.

Ketika akan menutup pintu, ia dikagetkan dengan kehadiran papanya yang tiba-tiba ada di belakangnya. Mungkin Ibra sudah lama menunggu kedatangan putrinya itu.

"Astaga. Papa ngagetin tau," kesalnya mengusap dada.

"Papa mau tanya sesuatu sama kamu," kata Ibra dengan wajah yang tidak biasa.

"Nanti aja, ya, Pa. Feli capek banget semalaman jaga." Perempuan itu hendak pergi ke kamarnya tapi suara Ibra membuat kakinya tertahan.

"Apa benar, kamu hampir mencelakai istrinya Alby?"

Mendengar nama itu, Felisya berbalik dan menatap sang papa dengan pandangan takut. "Maksud Papa?"

"Papa tanya sekali lagi. Apa benar, kamu menyuruh Naura mengambil sesuatu di gudang sampai membuat kakinya terluka?"

Felisya menelan salivanya sekuat tenaga. Rupanya, kabar itu sudah sampai pada papanya.

"Jawab Papa Felisya!" Ibra meninggikan suaranya satu oktaf. Membuat Felisya semakin menunduk.

Pembantu Halal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang