بسم الله الرحمن الرحيم
"Tidak selamanya wajah baik itu akan berakhir baik. Bisa saja dibalik itu ada topeng tebal yang tersembunyi. Ini bukan masalah prasangka, tapi tentang kecerdasan indera dalam melihat 'kebaikan' di depan mata."
-Pembantu Halal-
🕊️
Belum sampai ruangan tempat suaminya, Naura sudah disambut oleh sosok yang hendak ia temui. Kebingungan pun menghampiri ketika sosok itu tersenyum ke arahnya. Seolah sudah tahu tentang kehadirannya, Alby langsung memeluk Naura. Tentu dengan maksud di dalamnya. Ya, Alby sengaja melakukan itu agar Felisya sadar jika ia sudah menjadi milik Naura sekarang.
"Terima kasih sudah datang, Ra," bisik Alby merasa lega karena perempuan itu ada bersamanya.
"Ini ada apa?" Naura masih belum paham dengan sikap Alby yang tiba-tiba seperti itu.
"Nanti saya jelaskan. Kamu ke sini mau menemui saya 'kan?" ujar Alby setelah melepas pelukannya.
Naura mengangguk singkat. Gerakan kepala tersebut berhasil membuat senyum Alby kian melebar. Tanpa sengaja, pandangan matanya langsung tertuju pada sesuatu yang dibawa Naura.
"Itu apa?"
Naura pun melihat ke arah yang sama. "Oh, ini saya bawa makanan buat Mas. Saya yakin Mas belum makan dari tadi pagi."
"Tau aja," balas Alby tiba-tiba mengacak kepala istrinya. Ia pun merubah posisi agar sejajar dengan Naura dan langsung merangkul pundak di sampingnya. Tepat saat itu, barulah Naura melihat ada orang lain selain mereka di sana.
"Oh, iya, Fel. Tadi kamu bilang mau membantu saya 'kan? Kalau begitu saya minta tolong gantiin saya sebentar di bangsal, ya. Saya mau makan bersama istri saya," pesan Alby membuat Felisya tercengang.
"Tapi, Dok-"
"Terima kasih bantuannya," potong Alby yang langsung berjalan melewati perempuan itu.
Melihat punggung dua manusia itu menjauh, Felisya semakin kesal. Ia menghentakkan kakinya sambil meremas lembaran kertas yang ada di tangannya sampai tidak berbentuk lagi. Ia tidak sadar jika perbuatannya itu sudah merugikan dirinya sendiri.
"Fel! Kenapa kamu rusakin hasil anamnesis yang sudah saya tulis?" teriak Gibran yang berlari ke arahnya. Laki-laki seusianya itu terlihat marah karena usahanya tadi sia-sia karena Felisya.
Felisya yang baru tersadar langsung menghentikan pergerakannya. Ia memandang kertas-kertas yang sudah tidak berbentuk itu dengan penuh penyesalan. "Astaga, Gib! Kenapa kertasnya jadi kayak gini?" Perempuan itu bingung sendiri.
"Ck! Pokoknya saya tidak mau tahu! Kamu harus nulis semua laporan itu sekarang!" titah Gibran terlihat sangat kesal. Ia langsung pergi meninggalkan Felisya yang masih mengumpat tidak jelas.
"Argghh! Kenapa jadi kayak gini sih?! Rencana buat deketin Mas Alby gagal, malah harus nulis semua laporan ini lagi. Apes banget sih!" gerutunya pada diri sendiri.
"Ini semua gara-gara Naura! Perempuan itu harus diberi pelajaran!" tukasnya dengan napas yang memburu.
***
Beralih dari rencana jahat Felisya, kini dua manusia beda gender itu tengah duduk di kantin sambil menikmati makanan yang dibawa tadi.
Setelah pergi dari tempat tadi, Alby tidak menjelaskan apapun pada Naura. Ia malah meminta perempuan itu untuk menemaninya malam ini. Naura yang tidak paham terkait jaga malam atau pekerjaan suaminya itu hanya diam. Dalam hati ia berharap, Alby akan sedikit memberikan penjelasan atas permintaannya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pembantu Halal [TERBIT]
SpiritueelAlby yang suka ketenangan, dan Naura yang selalu membawa keramaian. Bagaimana jika mereka disatukan? Bagi Naura, Alby hanyalah laki-laki dingin, tegaan, dan hanya sering berbicara dengan ikan hiasnya. Sedangkan dimata Alby, Naura hanya wanita yang s...