Part 12: Sebenarnya Peduli

753 66 22
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Don't judge a book by the cover. Kalimat itu memang benar. Bisa saja dia yang terlihat cuek dan menyebalkan, ternyata memiliki hati yang seperti berlian."

-Naura Himmatul Kaafi-

🕊️

[Part ini agak panjang. Jadi bacanya pelan-pelan aja 😊]

...

Alby bergegas masuk ke ruangan setelah melihat wanita itu hampir jatuh dari bed-nya karena hendak meraih sesuatu di atas nakas. Beruntung, ia berhasil menahan tubuh renta itu sebelum benar-benar ambruk ke lantai.

"Nenek tidak apa-apa?" tanyanya sangat khawatir. Ia langsung melepas maskernya dan membantu sang nenek untuk kembali pada posisi semula, sekaligus memperbaiki alat medis yang nyaris berpindah tempat.

Nenek Kemala yang terselamatkan oleh pemuda di depannya lantas berterima kasih. Kalau saja tidak ada pemuda itu, mungkin sekarang ia sudah dilarikan ke ICU.

"Nenek tadi mau ambil minum, Cu, tapi tangan Nenek terlalu pendek," ujar Kemala.

Spontan, Alby langsung mengambil air mineral itu dan memberikannya pada Kemala. "Nenek butuh apa lagi? Biar saya ambilkan."

Kemala menggeleng sangat pelan. "Terima kasih banyak sudah membantu Nenek," ucapnya berusaha menampilkan senyum di balik wajahnya yang pucat.

"Apa kamu seorang dokter, Cu?"

Alby tersentak mendengarnya. Bagaimana wanita itu bisa tahu profesinya? Sedangkan dia sendiri tidak sedang memakai baju dokter. Sebelum kebingungannya terjawab, nenek Kemala bersuara lagi.

"Ternyata bukan, ya?" Wanita itu terkekeh ringan karena merasa dugaannya salah. "Nenek kira kamu dokter, Cu. Soalnya kamu tiba-tiba datang dan membantu Nenek."

Kini Alby mengerti mengapa nenek itu menduga dirinya adalah seorang dokter. Meskipun sebenarnya memang benar.

"Oh, itu. Tadi saya tidak sengaja lewat dan kebetulan melihat Nenek yang hampir jatuh. Makanya saya langsung ke sini," jelas Alby membubuhi sedikit kebohongan dalam kalimatnya.

Kemala mengangguk pelan setelah mendengar penjelasan Alby. "Sebenarnya tadi Nenek di sini sama cucu Nenek, tapi dia sedang menemui ibunya di kantin."

"Jadi Naura ke kantin?" gumam Alby.

"Kamu kenal sama cucu Nenek?" tanya Kemala yang sempat mendengar gumaman itu. Meskipun usianya sudah tua, semua panca inderanya masih cukup tajam. Sama dengan pendengarannya.

"M-maksudnya Naura, Nek?" tanya Alby sedikit gugup. Takut ia ketahuan mengikuti perempuan itu tadi.

Kemala mengangguk. "Cucu Nenek namanya Naura. Kamu kenal, Cu?"

"Ah, iya, Nek. Kebetulan dia itu teman saya."

Wanita yang kembali tersenyum. Ia tidak menyangka kalau cucu kesayangannya itu mempunyai teman sebaik pemuda di depannya.

"Terima kasih, ya, Cu. Sudah mau berteman dengan Naura," kata Kemala.

"Tidak perlu berterima kasih, Nek. Naura memang perempuan yang baik. Saya yakin, pasti banyak yang mau berteman dengan dia," ujar Alby tidak sadar jika sudah memuji perempuan itu.

Kemala mengangguk, sangat pelan. Selepas itu, ia menghela napas panjang. Kini kedua matanya sedang menatap langit-langit ruangan yang serba putih sembari memikirkan sesuatu.

Pembantu Halal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang