Part 4: Sebuah Pemberian

934 88 60
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

"Tenanglah, dunia ini berputar. Sedih dan bahagia pun akan datang bergantian. Mereka hanya singgah sebentar, lalu pergi meninggalkan kesan."

-Pembantu Halal-
Karya Almayna

🕊️

Dalam ruangan serba putih itu, hanya terdengar suara jarum jam yang berputar, tidak ada suara lain. Semuanya hening dan begitu menenangkan. Sesekali terdengar suara roda brankar didorong, dan juga hentakan sepatu dari para pegawai rumah sakit yang kebetulan lewat.

Sudah hampir sepuluh menit ia menunggu seseorang setelah percakapan singkat tadi. Tangannya masih sibuk memainkan benda kesayangan yang tidak terselamatkan, dengan pandangan lurus ke arah pintu.

"Alby?" sahut seseorang yang baru datang. Sosok dengan wajah putih berseri itu sedikit terkejut melihat dirinya duduk di ruangannya.

Si empunya nama langsung berdiri dan menyambut pemilik asli ruangan itu. "Sorry, Dha. Gue pinjem ruangan lo bentar. Gue nggak tau mau kemana," tuturnya.

Pemuda seusia Alby itu langsung tersenyum dan memeluk sahabat lamanya singkat. Sudah lama, ia tidak melihat wajahnya. "Selamat datang kembali, Al. Akhirnya kamu pulang juga. Aku kira, kamu bakalan menjadi orang Nederland."

Alby yang mendengar candaan itu langsung tertawa ringan. "Setinggi apapun burung terbang, pasti akan kembali ke sarangnya juga, Dha. Lagian, gue juga udah kangen masakan sini."

Pemilik nama lengkap Arkaritma Prayudha itu mengangguk paham. Ia turut bahagia dengan kembalinya Alby. Sama seperti bi Nur, ia akan mengira bahwa sahabatnya itu tidak akan pernah kembali ke sini setelah kejadian waktu itu.

"Aku kira, kamu langsung ke ruangan Dokter Anshof. Makanya telponku nggak ada yang kamu angkat."

"Gimana mau angkat, orang hape gue mati kecebur kolam," gerutu Alby mengingat kejadian tadi.

"Lho, kok bisa?"

"Panjang ceritanya. Sekarang, ruangan dokter Anshof dimana?"

Yudha menepuk jidatnya. Ia lupa jika harus memberitahu direktur rumah sakit kalau ponakannya sudah datang.

"Ayo, Al. Sepertinya, dokter Anshof juga sudah menunggumu," ajak Yudha berjalan terlebih dahulu, dan Alby mengekor di belakang.

***

Kedua laki-laki berjas putih panjang itu masih menyusuri koridor rumah sakit sambil menyapa beberapa perawat dan pasien yang kebetulan mereka lewati. Yudha yang hampir setahun bekerja di rumah sakit tersebut, sesekali menjelaskan beberapa ruangan serta dokter yang bekerja di sana. Agar nanti, Alby tidak kesusahan jika sudah bekerja di sini.

"Nah, itu dokter Anshof." Yudha menunjuk ke salah satu pria yang memakai pakaian operasi. Alby juga melihat ke arah yang sama. Matanya sedikit disipitkan agar bisa melihat seseorang yang berdiri di samping pamannya.

"Gadis yang lagi ngomong sama dokter Anshof itu-"

"Itu Felisya, Al."

Alby menelengkan kepalanya ke samping. "Felisya?" ulangnya.

"Anaknya dokter Ibra, sepupunya Ayla. Kamu masih ingat, kan, sama dokter Ibra?"

Alby mengangguk cepat. Meskipun sudah tiga tahun, ia tidak akan lupa dengan wajah dokter yang sudah merawat Ayla dulu. Apalagi, pria itu adalah sahabat papanya.

"Ngapain dia di sini?"

"Felisya jadi dokter koas di sini, Al. Mungkin, dia sedang konsultasi dengan dokter Anshof."

Pembantu Halal [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang