Dream (II)

1.1K 172 34
                                    

Rasanya canggung.

Benar-benar canggung berada di samping seseorang yang memiliki status sebagai seorang kekasih.

Hal tersebut yang dirasakan oleh Stella saat ini.

Stella merasa canggung berada di samping laki-laki yang berstatuskan sebagai kekasihnya ini.

Terasa sangat asing dan bahkan jauh dari kata sebagai pasangan. Intuisinya mengatakan untuk selalu waspada dan berhati-hati. Tubuhnya merasakan respon ketakutan yang tidak dia mengerti penyebabnya.

Seolah tubuhnya memberikan sebuah alarm tanda bahaya.

Dan harus Stella akui, dirinya kini takut.

Takut berada berdua saja dengan laki-laki yang kini berstatus sebagai kekasihnya.

Hening dan sunyi.

Bahkan suara tarikan nafas pun seolah enggan memecah keheningan diantara keduanya.

Tapi keheningan tersebut hanya sesaat ketika Nala memecahkan sunyi di antara mereka.

"Maaf, kemarin gue khilaf" ucap Nala

"Gue ga bermaksud terlalu keras pukul kepala lo kemarin" ucapnya lagi

Stella masih diam. Enggan menanggapi apalagi melihat ke arah Nala.

Keduanya telah sampai di depan halaman fakultas Stella. Dan rasanya Stella ingin dengan cepat pergi menyingkir dari hadapan kekasihnya saat ini.

Namun sialnya, Stella tidak diberi kesempatan oleh Nala untuk keluar dari dalam mobilnya.

"Gue belum selesai ngomong" ucap Nala

Meskipun begitu, Stella masih menundukkan kepala, menolak untuk menatap Nala.

"Ck!" decak Nala karena melihat Stella menolak melihatnya

"Liat gue!" perintahnya sembari mengangkat paksa kepala Stella

"Lo buta atau tuli?!" bentak Nala, "gue dari tadi ngomong sama lo!"

"Lepasin!" berontak Stella, "lepasin brengsek!"

Plak!

"Mulut lo makin hari makin kurang ajar ya sama gue!" marah Nala

"LO INI SIAPA?!" bentak Stella takut

"Udah gila ya lo?! Gue ya Nala!" jawab Nala

"NGGAK! LO BUKAN NALA!" bantah Stella

Plak!

Lagi.

Satu tamparan lagi mendarat di pipinya.

Panas.

Rasanya sangat panas.

Dan Stella takut.

"SADAR JALANG! KALAU GUE BUKAN NALA, TERUS GUE SIAPA?!" bentak Nala

Xavier.

[α] A Lost Sister | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang