14. Balada Gerimis

4.3K 953 171
                                    

"Masa aneh banget, ya, Pak Yaffi itu. Aku kira aku dipanggil ke ruang BK karena mau dihukum, eh, malah dikasih cheese cake coba."

"Sama Pak Yaffi?"

Gadis yang sedang menatap sepotong cheese cake di atas meja kantin itu mengangguk antusias. "Aneh banget, kan? Mana dia tahu banget lagi kalau aku butuh temen curhat. Karena Pak Yaffi kelihatan meyakinkan, ya, aku curhat akhirnya."

"Helen! Serius kamu curhat soal kegalauan kamu gara-gara mens pertama yang nggak kelar-kelar selama 6 hari ke Pak Yaffi?" Mima berseru hingga suaranya terdengar hingga ke meja Bhara di seberangnya.

"Iya, dia manggil aku karena aku kelihatan murung katanya. Emang Pak Yaffi tahu dari mana, sih? Emang aku sekelihatan itu, ya, galaunya? Masa dia liat dari CCTV?"

Bhara meringis diam-diam sambil mengunyah burger-nya. Diam-diam, memang dia yang kemarin setor nama Helen ke Pak Yaffi. Karena teman satu ekskul tata boganya itu jadi kelihatan lesu mendadak dan galau berhari-hari.

Kalau tahu Helen galau gara-gara menstruasi, Bhara jadi menyesal sudah laporan ke Pak Yaffi.

"Pak Yaffi, tuh, kurang kerjaan apa gimana, ya?" Hazel bersuara, menyadarkan Bhara bahwa kini ia tak pernah sendirian. Selalu ada Hazel dan Praha yang membuntuti.

Bhara mengangkat bahu. Lalu menyingkirkan tomat dari dalam burger. "Mau nggak tomat?" katanya kepada Hazel.

Tentu saja Hazel tidak mau. Pemuda asli Indonesia dengan darah blasteran Medan-Manado itu boro-boro makan makanan bekas, makanan enak saja kadang tidak doyan.

"Belom aku kunyah, elah." Bhara memaksa sambil terus mengulurkan sepotong tomat yang tak seberapa itu.

"Ih, makan sendiri kenapa, sih!" Hazel meraih tomat itu, lalu dengan usilnya ia bergerak mengapit kepala Bhara, lalu menjejalkan tomat itu ke mulut kakaknya Gamma. "Nih, makan! Katanya kamu anak baik! Makan sayur, lah."

Wajah Bhara memerah marah. Mulutnya komat-kamit ingin muntah. Sementara Praha hanya bisa menahan tawa dalam diam di seberang Bhara.

"Parah, ih, Hazel." Bhara segera meminum jus apelnya. Lalu dengan tergesa menghabiskan burger dan kabur dari tempat itu.

Praha kini tertawa, sementara Hazel berpuas hati sambil berseru, "Hu, dasar anak mama!"

Sementara itu Bhara akan menemui Yaffi. Ia harus tahu tujuan sebenarnya Yaffi di balik program hukuman itu. Bhara yakin, Yaffi ingin reportase yang sungguhan. Bukan laporan-laporan remeh seperti kasus Helen.

Untuk itu, agar Bhara tidak salah sasaran lagi, ia harus tahu apa yang sebenarnya Yaffi inginkan, apa yang sesungguhnya Yaffi incar.

Seorang guru BK memang sudah sewajarnya menjadi tempat konseling, tapi Bhara yakin, yang Yaffi cari bukan hanya sekedar itu. Yaffi pasti punya misi dan sebagai calon presiden Indonesia di masa mendatang, Bhara harus tahu apa misi Yaffi.

***

Romansa ini, bagi sebagian orang mungkin akan sangat membosankan. Suami istri, tidak pernah terang-terangan mencinta. Hanya bertemu dan saling sapa di sebuah ruang sederhana di sebuah lapas di setiap jam makan siang.

Siang itu ada kotak nasi dengan lauk ikan bakar, tumis kangkung, dan balado udang. Jika biasanya hanya ada satu porsi, kini ada dua di meja. Alvela si pemilih, si suka jijik kalau harus makan di tempat yang tidak semestinya, nyatanya malah makan siang bersama napi yang sedang dipenjara.

SEHANGAT DIPELUK RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang