18. Telat Nikah, Telat Bahagia

4.2K 853 193
                                    

 Alvela menepuk pintu rumahnya dengan napas terengah. Segalanya telah siap, tatanan rumah tak ia ubah. Perabotan kesukaan mamanya dulu tetap berada di segala sudut dengan gagah. Hanya saja, cat rumahnya ia ubah menjadi padu padan warna merah muda dan biru. Agar terlihat ceria dan membuat anak-anak betah.

Ada 5 kamar di dalam rumah, dan 3 kamar untuk asisten rumah tangga di bagian belakang rumah. Sekarang, 5 kamar yang luas-luas itu bisa ditempati untuk banyak anak.

Kamar orang tuanya, Alvela sulap menjadi kamar khusus untuk para balita. Diberi dipan rendah, beberapa kasur empuk yang tebal dan luas, dan juga karpet lembut di lantai.

Sementara kamarnya sendiri, ia ubah untuk kamar bayi-bayi, lengkap dengan lima baby crib yang lucu-lucu dan satu single bed untuk penjaganya nanti.

Dua kamar lainnya tak jauh beda, Alvela alokasikan untuk anak-anak usia kecil. Agar terpantau dan terjaga. Satu kamar utama untuk kepala panti. Sedangkan para pengurus akan ditempatkan di kamar bekas asisten yang sudah Alvela permak sedemikian rupa hingga menjadi nyaman dan minimalis.

Rencananya, 2 hari lagi, mulai ada anak-anak yang masuk ke rumah itu. Bila rencananya berjalan lancar, ia pun akan tinggal di sana selama beberapa hari untuk memantau hingga tanggal peresmian tiba.

Alvela berjalan ke dapur. Menghiraukan para pekerja lain yang sedang menyempurnakan tempat. Ia mengambil soda dari kulkas dan meminumnya sambil berjalan berkeliling lagi.

Kembali ia memasuki bekas kamar orang tuanya di lantai dua. Menikmati perabotan-perabotan dan warna-warna lucu yang ia aplikasikan di sana.

Seharusnya, ia adalah sosok perempuan yang paling benci dengan suara berisik anak-anak. Namun, lihatlah, kini ia bahkan akan menjadi ibu sambung bagi puluhan anak yang tak beruntung dalam menjalani hidup.

Alvela melintasi ruangan, menggeser pintu kaca, dan berdiri di balkon. Menatap kebun belakang yang penuh dengan media bercocok tanam. Juga ada satu bangunan baru yang sedang dalam tahap penyempurnaan.

Alvela tersenyum puas.

Bangunan dua lantai berisi 6 kamar di bawah, dan 6 kamar di atas yang menyerupai kost itu akan bisa menampung 24 anak usia muda hingga dewasa.

Rumah yang dulu sunyi itu akan menjadi seramai apa?

Selain Alvela yang antusias, Bhara pasti juga tak sabaran untuk meresmikan Home of Alexandria.

Namun, matanya menggelap saat ia menatap tepat ke bawah balkon. Ada sosok yang baru saja meletakkan bunga di sana. Lalu berdiri dengan tenang sambil menghadap kuburan.

Beberapa menit kemudian, sosok itu menghela napas. Membungkuk mengusap nisan, lalu menengadahkan kepala demi melihat pohon manga yang mulai berbuah.

Senyumnya lantas terhenti saat ia berserobot pandang dengan sosok yang sedang berdiri di balkon.

Meski demikian, tangannya terangkat, melambai perlahan, dan menyapa, "Hai, Al."

***

"Nggak ke kantor hari ini?" Yaffi bertanya, lalu tersenyum saat Alvela menghidangkan sekaleng kopi instan di meja makan tempat mereka kini berada.

"Kerja di industri hiburan, nggak harus duduk di kantor selama jam kerja. Aku lebih suka moving," Alvela menjawab sambil duduk di seberang Yaffi. "Kamu sendiri nggak berangkat ngajar?"

Yaffi membuka kopinya, lalu menggelengkan kepala. "Tadi habis ngurus berkas ke Kemendikbud. Sekalian aja izin, Al. Nanggung. Kamu udah makan siang?"

SEHANGAT DIPELUK RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang