Lima

9 2 1
                                    

Cuaca hari ini cukup bagus untuk melakukan kegiatan di luar rumah. Jiwa yang hari ini akan pergi bersama temannya pun sudah selesai bersiap sejak pukul 08.20 tadi. Sekarang dirinya sudah pergi menuju kafe dekat sekolah diantar oleh ojek langganannya. Kebetulan hari ini adalah hari libur, banyak orang yang berlalu lalang di jalanan.

Udah jam 08.40 nih, masih lama kalo nunggu duo perintilan dateng. Apa gue pesen sesuatu dulu kali ya? Gue masuk terus pesen minum aja deh sambil nunggu mereka -batin Jiwa.

Kaki Jiwa melangkah ke dalam sebuah kafe yang cukup ramai. Matanya melihat sekeliling untuk mencari tempat duduk yang kosong. Setelah dapat, segera dia duduk di kursi itu dan menyimpan tasnya di kursi lain sebagai tanda bahwa tempat itu sudah dia booking. Setelah 30 menit menunggu, temannya kini sudah berada di kafe.

"Halo Jiwa sayangku, kasihku, cintaku. Sudah lama kah menunggu disini?", tanya Aiyla ketika sampai.

"Ga kok, baru 30 menitan gue nunggu", ucap Jiwa dengan senyumnya yang entah tulus atau tidak.

"Lo udah pesen sesuatu?", tanya Sasa polos.

"Lo pikir yang di depan mata gue ini apa?"

"Hehe, maaf ga liat", ucap Sasa.

"Selain akhlak lo yang minus ternyata mata lo juga ikutan minus ya", ceplos Aiyla.

"Gue ga liat, jangan ngajak ribut lagi deh", pinta Sasa.

"Iya iya", jawab Aiyla.

"Kalian pesen dulu sesuatu gih, gue juga mau pesen makanan", perintah Jiwa yang disetujui oleh teman-temannya.

Sekarang mereka sudah duduk cantik dengan beberapa hidangan di depannya. Mereka memesan beberapa menu yang berbeda agar bisa mencicipi makanan satu sama lain.

"Aiyla! Udah dong, makanan gue jadi abis", tegur Sasa ketika Aiyla terus memakan makanan miliknya.

"Abisnya ini enak, Sa", jawab Aiyla.

"Tapi jangan diabisin juga dong. Ih Aiyla!", rengek Sasa.

"La udah jangan diabisin, kasian Sasa. Nih makan punya gue aja", Jiwa memberikan makannya kepada Aiyla.

"Beneran nih? Lo udah kenyang?", tanya Aiyla memastikan.

"Udah, gue udah kenyang. Mendingan kalian berdua cepetan deh makannya, kita kan mau ke perpustakaan sekolah dulu."

"Oke, bos!", ucap mereka serentak.

Setelah menghabiskan hidangan yang mereka pesan, akhirnya mereka pergi untuk membayar dan pergi meninggalkan cafe. Tanpa mereka sadari, seorang laki-laki baru saja keluar kafe saat mereka sedang membayar.

Mereka perlu berjalan sedikit untuk sampai ke sekolah. Hari ini memang hari libur, tetapi sekolah masih dibuka karena ada yang sedang melakukan kegiatan ekstrakurikuler di dalam. Mereka bertiga pun meminta izin kepada satpam untuk meminjam buku ke perpustakaan.

Mereka bertiga kini sudah berada di perpustakaan sekolah. Jiwa langsung mencari buku yang dia butuhkan sementara teman-temannya berkeliling untuk melihat apakah ada buku yang menarik atau tidak.

"Mana ya buku paket kimia, gue cari-cari ga ketemu", Jiwa bermonolog.

"Nah itu dia."

"Gue liat-liat dulu deh sebelum pinjem."

Jiwa mencari kursi yang kosong untuk dia duduki. Tak sengaja matanya melihat seorang laki-laki yang sedang duduk sambil membaca buku sejarah. Dia mendekati laki-laki itu dan meminta izin untuk duduk di sampingnya.

"Halo, kak! Maaf sebelumnya apa boleh saya duduk disini?", tanya Jiwa kepada sang laki-laki.

"Silahkan", jawab sang laki-laki yang melihat sekilas ke arah sang gadis.

"Makasih, kak", ucap Jiwa yang hanya dibalas oleh anggukan.

Jiwa sebenarnya penasaran dengan laki-laki di sampingnya karena dia belum pernah melihat sang laki-laki sebelumnya.

"Maaf kak kalo lancang, tapi kalo boleh tau kakak kelas berapa ya? Soalnya saya belum pernah liat", tanya Jiwa kembali.

"Kelas 12 TKJ B", balas sang laki-laki singkat.

Jiwa hanya ber-oh ria mendengar jawaban sang kakak kelas yang amat singkat. Belum sempat dia menanyakan namanya, sang laki-laki sudah meninggalkan dia duluan. Teman-temannya Jiwa pun telah kembali setelah memilih buku yang menurut mereka menarik. Temannya datang beriringan dengan perginya sang laki-laki.

JIWA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang