Delapan

13 2 1
                                    

Tak terasa satu minggu telah berlalu, kini Jiwa dan temannya sudah terbebas dari tanggungan PAS. Mereka tinggal menunggu pengumuman nilai hasil PAS kemarin. Setelah menunggu dengan penuh rasa penasaran dan takut yang bercampur aduk, akhirnya mereka mendapatkan hasil nilai dari PAS yang dilakukan kemarin.

"Aaa... Nilai gue aman ternyata", ucap Jiwa.

"Syukurlah, gue udah dapet firasat nilai lo aman sih", balas Aiyla.

"Hehe, makasih Aiyla udah berpikiran positif."

"Udah bahas nilainya, mendingan kita ke perpus yu. Gue mau pinjem buku sejarah", ajak Sasa.

"Yu, gasss", jawab Aiyla semangat.

Sasa dan Aiyla pergi ke perpustakaan, tak lupa juga Jiwa yang mengikuti dari arah belakang. Kebetulan perpustakaan sedang kosong hari ini karena masih jam pelajaran. Jiwa dan teman-temannya bisa pergi ke perpustakaan karena kebetulan saat ini mereka sedang jam kosong.

"Kalian tunggu disini ya, gue cari bukunya dulu", titah Sasa.

Sasa pun pergi mencari buku sejarah yang dia cari. Jiwa hanya duduk diam di kursi sementara Aiyla pergi ke kamar mandi.

"Gabut banget gue ditinggal sendirian", Jiwa bermonolog.

"Sasa lama ga ya nyarinya, terus si Aiyla juga lama ga ya."

"Kalo ke sini jadi keinget waktu hari itu. Kira-kira dia ke sini lagi ga ya."

Ketika sedang menunggu, tak sengaja Jiwa melihat sosok yang tak asing baginya. Sosok laki-laki yang selalu dia tunggu kehadirannya belakangan ini.

"Ada dia lagi!", sadar Jiwa ketika melihat laki-laki itu.

"Gue samperin ah."

Jiwa menghampiri laki-laki itu yang kebetulan sedang duduk menunggu giliran.

"Halo, kak!", sapa Jiwa.

Laki-laki itu hanya berbalik sekejap dan tidak menjawab sapaan Jiwa. Mata laki-laki itu kini terfokus pada buku yang ada di genggamannya.

"Em, kakak inget ga? Aku yang waktu itu nanya ke kakak. Yang waktu hari libur ke sini terus ga sengaja ketemu kakak dan nanya kakak kelas berapa", jelas Jiwa agar sang laki-laki tidak kebingungan.

Sebenarnya Jiwa merasa gugup sehingga dia kesulitan untuk menyusun kalimat yang akan dia ucapkan.

"Oh iya, gua inget", jawab sang laki-laki.

"Kakak lagi ngapain di sini? Bukannya lagi belajar?"

"Gua lagi jamkos."

"Oh gitu. Aku boleh nanya sesuatu, kak?"

Sang laki-laki hanya mengangkat alisnya menandakan bahwa dia penasaran dengan apa yang ingin Jiwa tanyakan.

"Kenapa kakak jarang keliatan ada di sekolah ya, kak?"

Sang laki-laki pikir perempuan yang di depannya kini akan menanyakan hal yang penting, ternyata dia salah. Pertanyaan yang dia lontarkan justru sama seperti pertanyaan dari para perempuan-perempuan yang suka mencari perhatian padanya.

"Gua sibuk."

"Oh, kakak kelas XII TKJ B kan?"

"Iya, kenapa?"

"Eh, engga apa-apa kak. Cuma mau mastiin aja."

Kini giliran sang laki-laki untuk meminta surat izin peminjaman buku. Setelah dapat surat izin, sang laki-laki pergi menuju pintu keluar.

"Gua duluan."

"Eh tunggu, kak. Nama kakak siapa?"

"Raga", ucap Raga menuju pintu keluar.

Akhirnya Jiwa mengetahui nama sang laki-laki, perlahan rasa penasarannya terjawab.

JIWA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang