Enam

8 2 0
                                    

Senin pagi menyapa Jiwa yang sedang mempersiapkan peralatan sekolah. Hari ini dia hanya membawa alat tulis dan satu buku kosong, tak ada peralatan lain yang dia bawa lagi.

"Ma, pa aku pergi dulu ya", pamit Jiwa.

"Sarapan dulu sayang biar gak lemes", ucap ayahnya.

"Sini sarapan dulu, atau mau dibekel aja?", tanya ibunya.

"Ya udah bekel aja ma, soalnya kalo sarapan disini takut telat", jelas Jiwa.

Ibunya segera menyiapkan bekal untuk Jiwa. Hari ini menu yang disiapkan oleh ibunya cukup banyak sehingga dia membuat 3 kotak bekal agar anak beserta teman-temannya bisa makan bersama.

"Ini, kasih juga buat Aiyla sama Sasa ya", ibunya menyerahkan satu totebag berukuran sedang.

Jiwa pun meraih totebag itu lalu berpamitan kepada orangtuanya dan segera pergi ke sekolah. Dia pergi ke sekolah menggunakan ojek online karena takut akan terlambat.

"Mas, tolong agak cepet ya soalnya saya buru-buru", pinta Jiwa.

"Baik, kak", ucap pengendara ojek online.

Biasanya Jiwa akan menempuh perjalanan ke sekolah sekitar 30 menit, hari ini dia hanya perlu waktu 20 menit untuk sampai ke sekolah.

"Makasih ya, mas", ucap Jiwa sambil memberi beberapa lembar uang.

"Iya, makasih juga kak", jawab pengendara ojek online.

Jiwa masuk dengan terburu-buru ke dalam sekolah, dicarinya kelas yang akan dia digunakan hari ini. Tak sengaja matanya melihat seorang laki-laki yang sedang berlalu di seberang sana.

"Bukannya itu kakak kelas yang waktu itu gue liat ya? Tuh kan apa gue bilang, dia itu manusia. Gue harus cepet-cepet ke kelas terus bilang sama temen-temen", monolog Jiwa.

Setelah berjalan beberapa meter dari tempat sebelumnya, akhirnya Jiwa menemukan kelas yang akan digunakannya hari ini.

"Jiwa! Sini duduk disini", panggil Sasa sambil menunjuk bangku yang kosong.

Merasa terpanggil, Jiwa pun pergi menghampiri Sasa.

"Tumben bawa totebag lo", ucap Aiyla setelah Jiwa menyimpan tasnya.

"Ini tuh sarapan tau, dari mama gue", jawab Jiwa.

"Sarapan apa? Kok banyak?", tanya Sasa.

"Soalnya gue bawa tiga kotak", jawab Jiwa.

"Banyak banget udah kaya jadwal makan satu hari full", celetuk Aiyla.

"Ini tuh mama gue siapin buat kalian, katanya sarapannya bagi buat Aiyla sama Sasa."

"Aaa... Tante Anne sweet banget sih", ucap Sasa.

"Ucapin makasih ya buat tante Anne", titip Aiyla.

"Buat mama gue doang nih makasihnya? Buat gue engga?"

"Ga, soalnya kalo bilang makasih ke lo nanti lo terbang", ledek Aiyla.

"Oke kalo gitu unfriend aja kita."

Jiwa pura-pura marah kepada temannya. Sebenarnya dia hanya bercanda dan temannya pun tahu akan hal itu.

"Dih marah, jelek banget tuh mulut lo", ledek Aiyla.

"Mulut lo kaya bebek tau ga", Sasa ikut meledek.

Kini Jiwa benar-benar kesal karena dia hanya bercanda tetapi temannya malah membalikkan candaannya.

"Jatah lo berdua gue makan ya", ancam Jiwa.

"Bercanda sahabatku", Aiyla tertawa kecil karena temannya ini mudah sekali marah.

Setelah berbincang sebentar, akhirnya PAS pun dimulai. Mereka fokus mengerjakan soal-soal yang sudah diberikan. Tak ada yang bersuara sedikitpun saat PAS sedang berlangsung sampai bel istirahat berbunyi.

Jiwa teringat akan niatnya untuk memberitahu teman-temannya tentang apa yang dia lihat pagi tadi. Rencananya dia akan memberitahu setelah masuk ke kelas, tetapi karena waktu yang dia miliki sedikit, dia memutuskan untuk memberitahu saat istirahat nanti.

JIWA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang