Enam Belas

2 3 0
                                    

Sudah beberapa hari ini Jiwa tidak melihat keberadaan Raga, biasanya dia akan menyapa sang laki-laki tatkala mereka bertemu. Sekarang mungkin akan sulit untuk Jiwa bersikap seperti biasa kepada Raga, itu semua karena kejadian beberapa waktu lalu.

Dimana ya kak Raga? Jujur gue kangen banget sama dia - batin Jiwa

Jiwa tak dapat menutupi rasa rindunya terhadap Raga. Jiwa rindu saat dimana dia banyak bicara tetapi Raga hanya mendengarkan dan tak membalas apapun. Bagi Jiwa, Raga mau mendengar ocehannya juga sudah cukup, dia tak perlu meminta lebih.

"Wa, lo kenapa deh murung mulu?", tanya Sasa.

"Gue kangen kak Raga."

"Lo ga cape apa berharap sama dia?", Aiyla ikut bertanya.

"Engga."

"Ga mau nyerah aja? Apalagi setelah lo liat Raga bareng sama cewek", lanjut Aiyla.

Ya, Jiwa sudah menceritakan kejadian beberapa waktu lalu kepada temannya. Kejadian dimana Jiwa melihat Raga berjalan beriringan dengan seorang perempuan yang asing bagi dirinya.

"Gue ga akan nyerah sebelum kak Raga bener-bener suruh gue buat cari cowok lain."

"Tapi Wa,...", ucapan Aiyla terhenti karena Sasa yang menepuk kecil tangannya.

"Wa, kalo lo mau berjuang buat kak Raga ya silahkan. Tapi apa lo ga kasian sama diri lo sendiri kalo seandainya emang bener mereka pacaran?", kini pertanyaan Sasa mulai membuat Jiwa berpikir.

"Gue ga tau, gue bingung."

"Apa boleh gue pastiin dulu mereka pacaran atau engga?"

Jiwa bersikeras untuk memperjuangkan cintanya. Dia mencoba menghapus pikiran-pikiran buruknya tentang Raga.

"Lo mau pastiin kaya gimana?", tanya Aiyla yang dibuat bingung.

"Kak Adit sekelas sama kak Raga kan? Dia juga yang paling deket sama kak Raga."

"Lo mau nyari tau tentang Raga ke kak Adit, Wa?", tanya Sasa yang mengetahui maksud ucapan Jiwa.

"Iya, gue mau tanya sama kak Adit soalnya ga mungkin kalo gue tanya langsung ke kak Raga."

"Kalo jawabannya ga sesuai harapan lo gimana?", jujur kini Aiyla merasa khawatir terhadap Jiwa.

"Ya apa boleh buat, gue harus mundur. Ga mungkin gue ngancurin hubungan orang lain."

Sekarang sudah memasuki waktu istirahat, Jiwa bersama temannya pun bergegas pergi ke kelas Adit untuk bertanya sesuatu. Dia sengaja mendatangi kelas Adit sebelum kakak kelasnya itu pergi ke kantin. Jiwa terlalu malas untuk mencari orang di tengah keramaian.

"Halo, kak!", sapa Jiwa.

"Eh, Ji. Ada apa nih? Tumben ke sini", balas Adit.

"Hehe, aku mau tanya sesuatu boleh kak?"

"Mau tanya apa?"

"Ini tentang kak Raga."

"Hah? Raga?"

Adit sedikit bingung karena tiba-tiba saja ada yang bertanya kepada dirinya perihal Raga. Sebelumnya, jangankan ada yang bertanya, ada yang kenal saja Adit sudah sangat bersyukur.

"Iya, kakak temennya kak Raga kan?"

"Iya, ada apa sama Raga?"

"Maaf kalo misalnya pertanyaan aku lancang, tapi apa kak Raga punya pacar?"

Jujur saja Jiwa kurang ahli dalam basa-basi dia ingin menanyakan sesuatu langsung pada intinya tanpa bertele-tele.

Sasa dan Aiyla yang memperhatikan dari belakang hanya bisa membuang napas kasar melihat temannya yang tak tahu malu ini.

"Kenapa tanya Raga udah punya pacar atau belum?"

"Em itu... Aku pernah liat kak Raga bareng cewek."

"Siapa?"

"Kalo ga salah namanya kak Fiona."

"Oh Fiona. Sebenernya Raga jomblo sih, jomblo abadi malah."

"Kalo jomblo terus kak Fiona siapa?"

Adit bingung harus menjawab apa karena ini menyangkut masalah pribadi Raga.

"Kalo soal itu gua ga bisa kasih tau soalnya itu masalah Raga. Gua saranin lu nanya langsung aja sama Raga."

"Aku takut kak Raga ga mau ngasih tau."

"Kalo dia ga mau ngasih tau, lu sabar aja. Suatu saat juga pasti dia bakal ngasih tau lu."

"Beneran, kak?"

Jiwa bertanya untuk memastikan adanya harapan bahwa Raga akan bercerita padanya dikemudian hari.

"Iya, dulu gua juga sama penasarannya sama lu. Akhirnya Raga mau cerita juga sama gua."

"Ya udah makasih, kak. Maaf ganggu waktunya."

"Iya, gapapa. Kalo butuh bantuan bilang aja sama gua."

"Oke makasih, kak."

"Sama-sama."

"Dah, kak!", pamit Sasa dan Aiyla.

"Dah!", balas Adit.

Setelah bertanya kini Jiwa dan teman-temannya tak merasa penasaran lagi. Walaupun mereka tidak tahu banyak, setidaknya mereka tahu bahwa Raga tidak memiliki seorang kekasih.

JIWA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang