Dua Belas

4 1 0
                                    

Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 14.00, Raga segera membereskan buku yang dia bawa dan memasukkannya ke dalam tas. Dia memutuskan untuk pulang ke rumah sebelum orang tuanya mencari keberadaan dirinya. Tiba-tiba suara notifikasi ponsel terdengar olehnya, dia melihat layar dan mendapati pesan dari sang ibu.

(Bunda)
Raga
Kamu dimana nak?

Begitu melihat isi pesan tersebut, Raga dengan cepat membalas pesan yang dikirim oleh sang ibu.

(Raga)
Lg di taman bun
Sebentar lg plg

(Bunda)
Ya udh hati2 ya nak

(Raga)
Iya bunda

Raga memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku celana. Dia segera melajukan motornya menuju rumah. Sesampainya di rumah dia mendapati sang ayah yang sedang duduk di teras dengan secangkir kopi.

"Anak ayah udah pulang. Aman kan di jalannya?", tanya sang ayah sesaat setelah Raga memasuki pelataran rumah.

"Aman, yah."

"Syukurlah kalo gitu. Masuk gih, mandi terus makan ya."

"Iya, ayah lagi ngapain di sini? Tumben banget ngopi jam segini."

Raga merasa aneh dengan sang ayah karena meminum kopi pada siang hari, biasanya sang ayah akan meminum kopi pada sore hari.

"Ayah lagi ga ada kerjaan jadi ngopi deh di sini."

"Oh gitu, ya udah Raga masuk dulu ya."

Sang ayah hanya mengangguk untuk menjawab ucapan sang anak.

"Bunda, anak bunda udah pulang nih."

"Eh anak bunda, langsung mandi ya nak", ucap sang ibu dari arah dapur.

"Iya, bunda masak apa hari ini?"

Kini Raga melangkahkan kakinya menuju arah dapur untuk melihat kegiatan masak-memasak yang dilakukan oleh sang ibu.

"Bunda masak ayam bakar kesukaan kamu."

"Wih, enak bun."

"Tentu, masakan bunda."

"Raga mau mandi dulu ya bun, biar langsung makan masakan bunda."

Raga bergegas pergi ke kamarnya lalu menyimpan tas di sembarang tempat. Dia segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya. Sekarang Raga sudah merasa segar, dia segera pergi ke ruang makan dan duduk pada salah satu kursi yang ada.

"Ayo kita makan, nanti masakannya keburu dingin", ucap sang ibu.

"Kayanya ada yang seneng banget bun dibikinin makanan kesukaannya", ledek sang ayah.

"Hehe ayah tau aja, tapi semua masakan bunda aku suka kok."

"Ya udah ayo cepet makan", ucap sang ibu.

Mereka bertiga akhirnya makan dengan segera karena tak ingin makanan yang sudah disiapkan menjadi dingin. Setelah selesai makan, mereka duduk di sofa yang berada di ruang keluarga.

"Raga, gimana? Udah punya pacar belum?", tanya sang ayah tiba-tiba hingga membuat Raga hampir tersedak camilannya.

"Ih ayah, kalo nanya itu aba-aba dulu. Kasian kan anaknya", nasehat sang ibu.

"Haha, maaf. Jadi gimana pertanyaan ayah?"

"Belum yah, aku belum kepikiran buat punya pacar."

"Ayo cari pacar dong biar kamu ga sendiri."

Sang ayah memang suka menggoda Raga hingga terkadang membuat Raga kesal. Sang ayah suka saat melihat anaknya mengadu pada Sang ibu atas isikan yang dirinya lakukan.

"Nanti yah, aku pikir-pikir dulu."

"Kamu masih trauma?"

Pertanyaan sang ayah mampu membuat Raga berhenti sejenak dari aktivitasnya. Rasanya semua memori lama berputar di kepalanya.

"Ayah jangan ngomong gitu", ucap sang bunda memperingati.

"Maaf, ayah ga sengaja", sang ayah merasa tak enak pada anaknya.

"Iya, gapapa kok yah."

Raga mencoba melupakan perkataan sang ayah karena dia yakin bahwa rasa trauma itu perlahan telah hilang dari dirinya. Dia yakin bahwa suatu saat nanti dia tidak akan merasa sakit lagi karena trauma itu.

JIWA RAGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang