16

703 70 7
                                    

Katanya mau berteman saja, namun nyatanya Jake malah menghindar dari Lucky. Bukankah yang seharusnya menghindar itu Lucky? Ada apa dengan Jake?

Lucky malah galau sendiri, Jake menghindarinya terlalu jelas, bahkan jika dia melihat Lucky di ujung koridor, dia akan memutar mengambil jalur lain. Begitu pula pagi ini, Lucky menyapanya dengan ramah di tengah perpustakaan, ingin meminta bantuan mencari beberapa buku materi untuk persiapan mendaftar universitas, namun tanpa membalas sedikitpun Jake malah melenggang pergi. Apa yang salah di sini?!

"Jadi itu mau lo?! Lo mau ngehindarin gue?! Oke! Gue bakal lakukan hal yang sama! Sorry aja ya, gue ga mau buang-buang waktu buat baikin bajingan kek elu!" teriak Lucky dari dalam perpustakaan hingga mendapat peringatan dari pengawas perpus.

Sungguh tak habis pikir, Jake bisa melakukan kekonyolan begitu hanya karena cinta ditolak. Lucky berpikir Jake sudah memiliki pola pikir yang dewasa; bisa berteman saja dengannya. Cinta tidak harus memiliki bukan? Apalagi dia akan bertunangan, harusnya dia paham!

Pulang sekolah, di dalam kamarnya Lucky mengutuk dan mengumpat berjuta kali pada foto Jake di ponselnya. Seakan-akan dia sedang menghadapi Jake di hadapan wajahnya. Ah, foto itu dia dapatkan saat ke pasar malam bersama Jake beberapa bulan lalu dan Jake mengambil selfie bersama dengan ponsel Lucky. Jangan tanya kenapa Lucky masih menyimpannya, dia juga tidak tahu.

Lelah mengomel sendirian, Lucky merebahkan tubuhnya ke ranjang. Masih dengan menatap foto selfie dengan Jake di ponselnya. Dia menggeser beberapa, itu lebih dari satu foto, Jake mengambil foto di beberapa tempat yang berbeda dengan pose yang berbeda-beda. Tanpa sadar Lucky menarik senyum tipis begitu melihat foto Jake yang merangkulnya, dia mengakui jika Jake itu sangat tampan, sungguh pahatan sempurna seorang alpha dominan.

"Bangsat! Ngapain gue muji dia?!" Lucky menjauhkan ponselnya, dia membungkus dirinya di dalam selimut lalu berteriak kencang.

-

Setelah makan malam dan membersihkan dirinya, Lucky kembali menaiki ranjang. Dia meraih ponselnya kembali, membuka beberapa sosial media yang menurutnya menarik, membalas beberapa pesan dari teman sekolah juga fans-fansnya, sampai akhirnya Lucky salah fokus pada kontak Jake yang kebetulan sedang online.

Apakah lucu jika Lucky menelponnya sekarang?

Lucky menggeleng lucu, dia menepiskan pemikiran konyol itu. Dia melempar ponselnya sembarang, sekedar mengeringkan rambut dan menyisirnya sebelum kembali rebahan. Dia mengambil ponselnya lagi, dia mendapati akun Jake tidak online lagi, lalu entah dorongan dari mana Lucky malah menyapanya dengan huruf P.

Dada Lucky seketika bergemuruh. "Anjirrr, kenapa gue malah nge-P dia?!"

"Bangkek, malah online!" Lucky buru-buru mengunci ponselnya, tak lama kemudian notifikasi masuk, sudah pasti dari Jake.

Hanya sebuah tanda tanya yang Jake kirimkan sebagai balasan, Lucky segera membuka pesan itu, dia mendengus kesal.

"Sok cuek banget sih lo! Padahal dulu selalu ngespam ga jelas!" Lucky memutar matanya. Juga bingung akan membalas apa, dia berpikir sejenak.

Hingga dia memutuskan untuk menekan ikon telpon di layar.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Submissive AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang