13

755 82 56
                                    

Sorry telat gays, gue belakangan ini lagi sibuk banget :') sibuk nyariin bapaknya lucky nih

Sorry telat gays, gue belakangan ini lagi sibuk banget :') sibuk nyariin bapaknya lucky nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••


Pagi ini dipenuhi dengan acara muntah, padahal sebentar lagi ujian nasional akan dimulai. Denish dan Steve masih setia menunggu Lucky dari luar kamar mandi, pemuda Zakno itu diserang rasa mual yang luar biasa, perutnya sudah kosong, tinggal cairan asam yang keluar.

"Bos, udah ngga? Jangan mati sekarang bos! Ujian kita belum kelar!" pekik Steve yang mendapat tamparan pelan di tengkuknya oleh Denish.

"Emang bangsat lu ah!" Denish mengetuk pintu kamar mandi. "Ga mau pulang aja boss? Istirahat dulu?"

Sesaat kemudian Lucky keluar, wajahnya pucat pasi, kulit wajahnya yang putih bertambah putih seperti kertas. Dia memegang bahu Denish sebagai penopang, kakinya sudah lemas, namun dia masih mementingkan ujian, ambisi menjadi juara satu masih berkobar dalam jiwa.

"Lucky Zakno tidak selemah itu, sobat." lirih Lucky, dia mengusap bibirnya dengan punggung tangan.

"Kaga lemah begimana?! Dari kemaren perasaan lu muntah mulu bos! Lu kenapa sih? Morning sickness?" celetuk Steve.

"Iya, bos! Lo tuh kek ipar gue pas lagi hamil, muntah mulu, jangan-jangan.."

Lucky menggeplak kepala Steve dan Denish bergantian. "Nih morning sickness! Gue alpha, bego!"

Keduanya mengusap kepala yang berdenyut, geplakan Lucky tidak main-main.

"Tapi kan alpha juga bisa hamil, bos!" cicit Steve yang mendapat pelototan maut dari Lucky.

"Itu female alpha! Gue cowo woi! Argh, kalian ngerusak mood gue aja! Cabut ah!" Lucky melenggang begitu saja. Padahal dalam pikirannya masih terngiang kalimat Denish dan Steve.

"Morning sickness? Hamil? Ya masa gue.. ?" batin Lucky dengan jantung tak beraturan.

Pasalnya, ketika dia melakukan dengan Jake, mereka tidak memakai pengaman apapun. Kacau!

-

Lucky gelisah di rumah, dia bahkan mengabaikan ajakan nongkrong oleh kedua sohibnya padahal ujian terakhir telah terlewati hari ini. Di sofa ruang tengah dia memegangi perutnya, meriang dan mual masih menguasai, apa iya ada bayi di dalam sana? Lucky mulai ber-overthingking. Dia melamun menatap langit-langit hingga sang Papa hadir dengan ponsel yang menempel di telinga, dia duduk di sebelah Lucky membuat Lucky membenarkan posisi duduknya meski kepalanya terasa berat.

"Baik, pak. Saya akan ke sekolah besok, maafkan putri saya pak... ah, iya baik. Selamat siang." Fenly mengakhiri panggilan. Dia meletakan ponsel sembarangan lalu memijat keningnya, pening.

"Kaga abang kaga adek, kenapa suka bikin rusuh sih?!" gerutu Fenly menarik perhatian Lucky.

"Kenapa, Pa?"

"Adik kamu tuh, cewe tapi kelahi sama cowo. Papa pusing, Ki. Kenapa kalian susah banget diatur?"

"Ouvy berantem? Sama alpha male?"

"Iya! Kepsek bilang mereka Ouvy gebukin kakak kelasnya di parkiran sekolah karena belain temennya. Pantes tuh anak ngumpet bae sejak pulang sekolah!"

Lucky hanya meringis. Adiknya memang female alpha, namun tidak menyangka akan melawan male alpha lainnya.

Beralih menatap keterdiaman Lucky, Fenly tertegun mendapati wajah putranya yang pucat pasi, segera Fenly menyentuh dahinya.

"Kamu demam, Ky! Kenapa ga bilang Papa?"

Lucky menggeleng, lalu memeluk Fenly erat. "Ukki baik-baik aja, Pa. Cuma cape habis ujian."

"Baik-baik gimana ini badan kamu panas banget, ayo ke rumah sakit!"

Lucky menggeleng cepat. Ada rasa takut menemui dokter di kepalanya, Lucky takut jika tiba-tiba dokter menyatakan dirinya hamil di hadapan sang Papa. Habislah Lucky.

"Kalo gitu Papa telpon dokter pribadi aja," Fenly meraih ponselnya kembali. Namun Lucky menghentikan tangannya.

"Pa, nanti dulu. Ada yang mau Ukki tanyain."

Fenly mengerenyit. "Nanya apa?"

Lucky menelan ludah. "Ukki mau tanya.. hmm,"

"Apaan, Ki?"

Butuh beberapa menit hingga Lucky melontarkan pertanyaannya. "Kalo alpha sama alpha bisa ngehasilin anak ga, Pa?"

"Hah? Maksud kamu?"

"Ck. Kalo alpha berhubungan sama alpha lain bisa bikin hamil gak, Pa?"

Fenly mengerutkan keningnya. "Hah? Kamu berhubungan dengan siapa?!"

Lucky menjerit. "Bukan Ukki Pa! I-itu Denish sama Steve! Mereka ga sengaja ngelakuin itu katanya, mereka kan sama-sama alpha, katanya Steve takut hamil karena mereka ngelakuinnya tanpa pengaman!"

Fenly masih menatap curiga. "Beneran buka kamu?"

"Beneran, Papa Fenly terganteng. Ukki kan anak baik dan rajin menabung."

Fenly memutar matanya malas. "Delapan puluh persen hubungan alpha dengan alpha tidak bisa menghasilkan keturunan, alpha harus berpasangan dengan omega untuk mendapat keturunan, kecuali hubungan alpha male dan alpha female."

Lucky berharap besar pada delapan puluh persen itu. Namun ucapan Fenly selanjutnya membuatnya tercekat.

"Namun untuk hubungan sesama pria alpha, jika dominant alpha melakukannya dengan submissive alpha, kemungkinan itu menjadi lima puluh persen seperti paman ipar mu, Gilang. Jadi beri tahu Steve untuk berhati-hati."

Kepala Lucky berdengung, kepalanya terasa semakin berat. Terlalu banyak berpikir membuat Lucky pusing, hingga perlahan kesadarannya menghilang, Lucky pingsan dalam pelukan Fenly.

— bersambung

tembus 50 komen gua double up!

The Submissive AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang