5

1K 92 48
                                    

Hai, gue balik nih😭 maaf menggantung sebegini lamanya, semoga kalian masih di sini. Lopeh sekebon💙💙

...

Sepeninggalan Shane dan Zweitson, Fiki kembali ke kediaman Christovel. Dia merasa sangat lelah, sekali lagi dia kehilangan kesempatan untuk berbicara dengan Zweitson. Begitu bencinya kah Zweitson pada Fiki, hingga untuk menatapnya saja dia tidak mau.

Fiki duduk di sofa depan sambil memijat pangkal hidungnya, perasaan dari tujuh belas tahun yang lalu masih tersimpan lekat dalam hati, penyesalan dan rasa bersalah pun selalu menggentayangi, seolah tak sedikitpun tak sedetik pun Fiki dapat melupakan sosok Zweitson.

Mungkin hari itu Fiki masih terlalu muda, perasaan labil yang hadir ketika Fiki melihat sosok manis yang duduk di meja sekretaris Fenly membuatnya ingin segera memiliki omega itu, lalu tanpa pikir panjang melakukan hal yang tak seharusnya terjadi. Fiki tau dirinya bersalah dan dia ingin bertanggung jawab.

Namun sekali lagi, Fiki masih terlalu muda, orang tua telah mengatur semua. Dia ingin bertanggung jawab tapi tidak mampu mengambil keputusan. Semua begitu berantakan sampai akhirnya Fiki dikirim ke London untuk melanjutkan pendidikannya.

Setelah Fiki kembali enam tahun kemudian, hal pertama yang dia lakukan adalah mencoba mencari keberadaan Zweitson, dia sempat hampir gila, Zweitson tidak ada di mana-mana, dia sangat merindukan pemilik hatinya itu hingga Fiki mabuk berat dan mengalami kecelakaan di jalan tol, di hari kemudian di menjalani operasi tulang rusuk.

Setelah kekacauan itu, Fiki pergi ke China untuk mengurus anak perusahaan keluarganya dan tidak pernah kembali hingga sepuluh tahun lamanya, berharap bisa melupakan Zweitson namun sial begitu dia kembali ke tanah kelahiran, dia segera bertemu dengan Zweitson secara kebetulan dan perasaan itu menggebu kembali di dalam dada Fiki.

Fiki mengusap kasar lelehan bening di pipi bulatnya yang tanpa sadar meluncur begitu saja, dia menyadarkan tubuhnya ke belakang mencoba menenangkan dirinya, fakta tentang Zweitson telah memiliki seorang putra begitu menyakiti hatinya.

"Mikir apa lo sampai begitunya?" Suara Farhan dari ujung tangga membuyarkan lamunan Fiki. Dia turun tanpa mengenakan atasan, tengah memamerkan ukiran indah pada tubuhnya (tato).

"Mikir hutang negara lo?" Farhan duduk di sebelah si bungsu, sementara Fiki memalingkan wajah.

"Jauh-jauh lo, gue masih dendam sama lo ya, bang."

"Hah?"

"Gue gak lupa ya, lo yang ambil peran buat pisahin gue sama Zweitson!"

"Zweitson? Lo masih belum lupain dia? Udah tujuh belas tahun, Fik?!" Farhan menaikan oktafnya.

"Kaga, dan gak akan pernah! Gue udah cukup dewasa buat ngambil keputusan sendiri, dan lo ga bisa ngelarang gue lagi, i'll do everything to take him back to me!" Fiki pun menaikan nada suaranya.

"Jangan macam-macam lo Fikiaulia?! Jangan harap keluarga ini bakal nerima omega murahan itu!"

"Dan, jangan harap gue bakal nurutin lo!"

Keduanya melempar tatapan yang sama-sama mematikan, aura mencekam alpha ditambah teriakan menggelegar keduanya membangunkan gadis manis Christovel itu dari tidurnya, dia melempar boneka gurita raksasanya pada sang ayah.

"Berisik banget sih! Ga tau inces lagi bobo siang apa?!" pekik gadis itu, Hannie Christovel.

Setelah mengucapkan itu, putri tunggal dari Farhan dan Gilang masuk kembali ke kamarnya dengan suara pintu tertutup yang amat kencang.

Farhan berdiri, memungut kembali boneka milik Hannie lalu menatap tajam Fiki.

"Terserah lo bakal berbuat apapun, tapi gue pastikan pernikahan lo sama Chelsea ga akan diundur lagi." lirih Farhan dengan penekanan.

The Submissive AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang