4

1K 102 14
                                    

Hai hai guys! Aku kangen banget sama kalian🥺 spam komen dong!
Selamat membaca🤍

..

Seharian ini Shane merasa hampir gila. Hidupnya yang telah kacau kini semakin berantakan begitu Jake bersaing dengan Lucky untuk mendapatkan hatinya. Sial, dikejar Tuan Muda Zakno itu saja sudah menghabiskan seluruh kata sabar yang pernah Shane punya, apalagi ketika Tuan Muda Sergevy juga ikut bergabung.

Jake memang lebih kalem dari Lucky, namun tetap saja tingkahnya membuat Shane risih. Shane mengenalnya sejak awal kelas sepuluh, menganggapnya sebagai teman dan panutan, tidak pernah terbayang jika Jake bisa bertingkah konyol dengan mengejarnya juga.

Berbeda dengan Lucky. Dia memang seorang Luck-nat. Mereka kenal pada masa orientasi, berawal dari Lucky yang sok akrab dengan Shane, hingga berakhir mengejarnya tanpa kenal lelah sampai saat ini. Namun hal lain yang menyebalkan dari Lucky adalah penggemarnya yang terlalu fanatik. Beberapa kali terang-terangan mengatai dan merundung Shane sebab Lucky lebih memilihnya dibanding sekumpulan gadis itu.

Hah, cukup lelah menjadi seorang Shane.

Setelah kegaduhan siang itu, Shane mendapat panggilan dari ibunya bahwa akan menjemputnya terlambat dikarenakan harus lembur hari ini. Shane pun dengan sabar menunggu kehadiran sang ibu, namun tak beberapa lama pria alpha yang dia kenal sebagai paman dari Lucky tiba-tiba muncul di hadapannya.

"Hai, Shane?" sapa Fiki dengan senyuman.

"Eh, om? Sepertinya Lucky tadi udah pulang sama adeknya bawa motor sendiri."

"Masa? Hmm," Fiki terdiam sejenak. "Tapi aku ke sini gak buat jemput Lucky, tapi disuruh ibumu buat jemput kamu."

Shane mengernyit, pria ini tidak terlihat seperti om-om mesum yang menyukai anak di bawah umur. Dia terlihat cukup berwibawa dengan setelan jas kantor di tubuhnya. Namun bagaimana mungkin ibunya menyuruh pria ini untuk menjemputnya padahal untuk berbicara dengannya saja sang ibu tidak mau.

"Om ga niat buat culik aku 'kan? Mama ga pernah suruh orang buat jemput aku lho."

Fiki mendengus geli. Dia mengacak gemas surai gelap Shane. "Om udah punya banyak duit, buat apa om nyulik kamu? Kalo om nyulik kamu dan tebusannya ibu kamu, om mau sih."

"Heh! Aku ga mau om! Aku nunggu Mama aja, om boleh pergi." Shane mendelik, namun tak dapat dipungkiri usapan tangan pria itu sungguh membuatnya merasa nyaman.

Sekali lagi Fiki mendengus geli. "Kamu itu persis kek ibu kamu ya."

"Oke, kalo kamu ga mau om anterin pulang. Tapi boleh 'kan om temenin nunggu ibu kamu jemput?" lanjut Fiki.

"Terserah om sih."

Shane menatap ke jalanan kemudian, menatap kendaraan yang berlalu lalang sepertinya lebih baik daripada menatap alpha dewasa di sebelahnya. Sementara itu Fiki ikut termenung menatap Shane dari samping.

Dia telah mendapat informasi tentang Shane. Menurut hasil pencarian anak buahnya, Shane hanya tinggal dengan ibunya Zweitson, dia anak tunggal. Namun tidak tertera informasi siapa ayah dari Shane. Hal itu membuat Fiki berpikir; apakah Zweitson sempat menikah? Mereka juga pernah tinggal di luar kota sebelum pindah lagi ke sini karena tuntutan pekerjaan Zweitson, namun Fiki berpikir akan lebih masuk akal jika Zweitson pindah setelah berpisah dengan partnernya.

Shane berusia hampir sama dengan keponakannya Lucky, apa itu berarti ketika Zweitson meninggalkannya dulu, dia pergi dengan alpha lain? Memikirkannya membuat luka lama Fiki seolah terbuka kembali.

Helaan napas berat terdengar dari Fiki, menarik atensi Shane untuk menatapnya.

"Kenapa om?"

"Gak kok. Om cuma mau nanya."

"Tanya aja lah om."

"Kamu cuma tinggal dengan ibumu?"

Shane mengangguk lucu.

"Ayah kamu?"

Shane tersenyum simpul. Tersirat kepedihan di sana. "Ntah lah. Kata Mama, Papa udah bahagia di sana. Aku bahkan ga ngerti maksudnya Papa udah meninggal dunia atau Papa pergi meninggalkan kami untuk kebahagiaan dia sendiri."

"Aku juga ga pengen bahas soal Papa lagi, tiap aku nanya itu pasti Mama akan nangis tiap malem. Jadi aku ga pernah tau siapa Papa aku sampe sekarang." lanjut Shane.

Fiki menyesal menanyakan itu, dia menepuk pucuk kepala Shane yang terlihat murung. "Maaf udah mengungkit hal itu. Kamu ga usah sedih, kamu punya Mama yang sangat hebat, kamu harus tetep bahagia biar bisa bahagiain dia, dan kalau misalnya Mama kamu mau cariin Papa baru buat kamu, hubungin om aja ya?"

Kalimat terakhir dari Fiki berhasil membuat dengusan geli lolos dari bibir cherry Shane.

Keduanya asik mengobrol tanpa menyadari kehadiran Zweitson di salah satu mobil putih yang terparkir tak jauh dari sana. Di dalam sana, Zweitson menahan sesak melihat bagaimana ayah dan anak itu berinteraksi. Mereka sangat pantas menjadi sepasang ayah dan anak, wajah mereka bahkan hampir serupa kecuali mata bulat itu adalah milik Zweitson. Apa Zweitson terlalu egois untuk memisahkan mereka?

Tapi berpikir lagi, Fiki pasti sudah bahagia dengan fated pairnya, atau mungkin mereka telah memiliki beberapa anak untuk melengkapi keluarga kecil mereka. Lalu apalah Zweitson yang beruntung bisa melahirkan anak dia yang tak mungkin jadi miliknya.

—bersambung.

kangen gaaa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

kangen gaaa?

The Submissive AlphaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang