Noah & Linna

41.5K 710 8
                                    

"Darimana? "

Linna berhenti berjalan saat di dengarnya suara bariton yang dia kenali bertanya. Dia menengok dan seketika bertatapan dengan mata kelam milik kakaknya, Noah.

"Habis jalan". Nada datar itu masuk ke dalam pendengaran Noah, dia beranjak berdiri, mengitari adiknya yang menatap tanpa ekspresi.

" Kakak gak izinkan, kenapa kamu gak minta izin kakak? "

"Aku udah minta izin kak Tania"

"Kak Tania bahkan gak ada hak untuk mengatur kamu, kakak yang punya hak itu"

"Kakak kan gak dirumah".

Noah berhenti tepat dihadapan adiknya, si bungsu kesayangan orang satu rumah. Tangannya mengusap kepala yang hanya sebatas dadanya, masih dengan wajah datar,  adiknya menatap tepat di matanya. Jantungnya berdebar keras hanya karena tatapan tanpa ekspresi itu.

"Bisa telpon kakak kan? "

"Repot"

Noah menatap tajam sang adik, tapi seberapa besar pun usahanya untuk mengintimidasi gadis ini, adiknya tidak akan pernah takut. Adiknya mengidap sindrom Asperger, jadi sulit baginya mengenali emosi dari orang lain.

"Lain kali telpon kakak, kakak gak mau dengar alasan apapun, ngerti?"

Linna mengangguk, lantas kembali berjalan dan masuk ke dalam kamarnya. Noah mengikuti dari belakang, ditahannya pintu kamar adik kecilnya itu dan ikut masuk ke dalam.

Linna memperhatikan kakaknya yang melepaskan jas dan dasinya, lalu langsung menduduknya diri di ranjang. Kakaknya terus menatapnya tanpa henti. Linna hanya berlalu dengan membiarkan tatapan Noah yang bagi orang lain seperti ingin menerkam.

Noah semakin tajam menatap adiknya saat dilihatnya gadis itu melepas pakaian dan roknya tanpa perduli ada orang lain dikamar. Dia tau adiknya tidak bermaksud menggoda, tapi hal inilah yang membuat dia tertarik pada gadis itu.

Ya, Noah tertarik pada Linna, adik kandungnya sendiri.

Dia tau ini gila, namun sejak adiknya di diagnosa mengidap sindrom Asperger sejak umur 4 tahun, hal itu menarik perhatiannya. Dapat dia lihat adiknya yang berbicara datar seperti robot, jarang menangis, tertawa karena hal yang sebenarnya tidak lucu, dan berbagai macam hal tidak biasa lainnya. Waktu itu dia masih 14 tahun, hal tidak biasa yang menimpa anak dalam keluarga Wijaya ini sungguh membuatnya tertarik.

Linna kecil adalah anak yang mandiri, dia akan makan sendiri, bermain sendiri dan berbagai hal lainnya akan dia lakukan sendiri. Karena kesulitan mengenali emosi orang lain, Linna tidak memiliki teman. Jika dirumah teman bermainnya hanya empat kakaknya dan ibunya saja, sang ayah adalah orang yang sibuk, sangat jarang ada dirumah.

Ibu mereka sebisa mungkin berusaha mengenalkan Linna pada bermacam-macam emosi yang bisa dirasakan manusia. Namun, Linna dapat mengenali itu dengan caranya sendiri, cara tidak biasa yang membuat ibunya bahkan tidak bisa berkutik.

Noah dapat melihat bagaimana frustasi ibunya pada keadaan anak bungsunya, namun berbeda dengan tiga anaknya yang lain, mereka justru amat senang dengan kehadiran Linna, terutama Noah.  Noah adalah kakak yang paling dekat dengan Linna. Dia bahkan mengorbankan diri agar Linna dapat mengenali dan memahami emosi yang bisa dirasakan manusia.

Saat Linna berumur 12 tahun, Noah menjadi sangat tertarik pada adik bungsunya itu. Hal ini dikarenakan sejak dulu hingga sekarang, Linna hanya menurut dengan perkataannya saja, dia tidak pernah membantah, walau sesekali hal tidak terduga bisa dilakukan gadis itu.

Noah pernah mendapati adiknya itu masuk ke dalam kamarnya hanya menggunakan handuk, dia meminta izin menggunakan kamar mandirnya karena shower dikamar mandinya rusak. Noah amat terkejut kala mendapati Linna dengan keadaan seperti itu, walau seharusnya dia tak perlu terkejut lagi karena memahami kondisi adiknya.

Dari hal ini, Noah semakin berani melakukan tindakan nekat terhadap adiknya, karena dia tau adiknya tidak merasa takut dan aneh, juga dia tidak akan mengadu ke ibu dan ayahnya.

Noah mengelus punggung telanjang adiknya, Linna masih bergeming sambil terus berusaha melepaskan ikat rambutnya. Tangan Noah kemudian menjalar ke pinggang hingga perut rata adiknya, dan tiba-tiba Linna menggenggam tangannya, dia berbalik menatap Noah dan membuka mulut.

"Aku mau mandi"

Noah melepaskan adiknya, melihat bagaimana tubuh itu menghilang dibalik pintu kamar mandi. Dia menyeringai, lantas tertawa keras, nyaring menggema ke seluruh kamar.

                               =====

Bikin cerita lagi, padahal cerita dulu belum diselesaikan, ya itu lah aku haha.




𝐖𝐞𝐢𝐫𝐝 𝐁𝐫𝐨𝐭𝐡𝐞𝐫Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang